The Pearl

9.2K 1.2K 52
                                    

       Jumat pagi Joanna dan Gibran sedang serius mengecek ulang alat-alat yang harus mereka bawa ke tempat kejadian perkara untuk menyelesaikan misi pertama yang Gibran inginkan.

       'Sekop?' tanya Gibran dengan serius.

       Dengan wajah tak kalah serius Joanna menaikkan sekop yang telah ia beli di toko yang menjual bahan bangunan kemarin siang sebelum taping hari kedua.

       'Kaca pembesar?'

       Joanna mencari ke dalam tas kanvas berisi peralatan yang dibutuhkan untuk misi hari ini. Kemudian mengambil dan memperlihatkan kepada Gibran sebagai isyarat bahwa ia tak lupa membawa kaca pembesar.

       'Good! Topi?'

       Joanna mencodongkan badan dengan siku yang ia sandarkan ke jok penumpang dan membuka dashboard yang ada di dekat lutut Gibran kemudian mengambil topi yang ada di dalam sana.

       'Aw! I'm glad you can't touch me, or else, you already touched my precious thing a second ago,' ucap Gibran dengan wajah nakal.

       Sambil memakai topi Joanna melirik tajam ke arah Gibran.

       'Ehehe just kidding. Oke, kita kembali serius. Kipas tangan?'

       Wanita itu mengangkat kipas kecil portable.

       'Woah! Canggih banget! Ekspektasi saya Kak Joan bakal bawa kipas yang suka jadi souvenir pernikahan.'

       Dengan heran Joanna berkata, “Kamu yakin empat tahun lebih muda dari saya? Bukan empat ratus tahun lebih tua dari saya?” Seingat Joanna kipas kecil yang pakai baterai seperti ini sudah lama beredar di masyarakat tapi ekspresinya Gibran tadi seperti baru pertama kali melihat penemuan paling canggih sepanjang sejarah.

       Gibran hanya memberikan cengiran khasnya. 'Oke oke, sekarang the last item! Gloves!'

       Joanna mengambil sarung tangan dari plastik yang ia ambil dari dapur di rumah ibunya, kemudian dengan wajah serius Joanna memakai sarung tangan tersebut diikuti Gibran yang turut melakukan hal yang sama seperti wanita di sebelahnya dengan wajah yang tak kalah serius.

       'Are sure you won't back off when we're in the midst of doing it?' tanya Gibran setelah selesai memakai sarung tangan.

       “It depends. I only have around four hours, so let's make the best of it.”

       'And if four hours is not enough for us?'

       “Well, there's always tomorrow right?”

       'We can't go on weekend.'

        “By the way, Gibran. Let's not talk about the worst scenario. For now, let's just do our best.”

       'Alright then! Let's get it!' ucap Gibran semangat.

       Mereka berdua turun dari mobil dengan memakai sarung tangan, topi, kacamata hitam, membawa bekal air meneral dan perkakas yang dibutuhkan untuk menjalankan misi dan berjalan ke tempat kejadian perkara. Joanna mulai mencari dari tempat yang diprediksi oleh Gibran.

       'Kak, coba deh mulai dari situ!'

       'Kak Joan, ke kanan sedikit. Naaah, coba cari di situ!'

       'Kak, mending batunya disingkirin dulu!'

       'Kak, di dekat akar pohon deh coba lihat!'

TOMORROWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang