Unshaven

8.2K 1.1K 26
                                    

       Senyum menyebalkan itu lagi. Senyum menyebalkan yang sejujurnya selalu Joanna rindukan. Bisa dibilang dari sekian tahun mereka habiskan bersama, baru kali ini mereka berjauhan dalam jangka waktu yang cukup lama. Satu bulan lebih! Mungkin bagi pasangan lain itu adalah hal biasa, namun tidak untuk pasangan aneh yang satu ini. Mereka itu bagai Tom dan Jerry, selalu bertengkar disetiap harinya tapi tidak dapat dipisahkan.

       Pria itu tersenyum saat ia melihat wanita yang sangat ia rindukan. Sedangkan yang wanita tersenyum maklum melihat pria yang memakai kemeja putih yang digulung hingga siku, suspender, dasi kupu-kupu, celana chino panjang warna coklat, serta rambut kecoklatannya yang berantakan dan rahang yang dipenuhi jambang namun cukup rapi sedang berdiri didepan pintu kedatangan sambil membawa bunga dan secarik kertas A3 bertuliskan, “WANITA PALING CANTIK TAPI GALAK SEJAGAD RAYA A.K.A MRS. DAVINSKY!”

       Alih-alih menghampiri Aidan yang sudah berupaya bersikap manis, Joanna malah berjalan cepat ke arah zebra cross agar ia cepat sampai ke tempat parkir mobil. Aidan yang melihat hal tersebut dengan sigap langsung menyusul Joanna.

       “Kok aku ditinggalin sih? Enggak seru kamu, Jo!” gerutu Aidan sambil menyerahkan buket bunga lalu mengambil koper yang dibawa Joanna.

       Dengan senyum Joanna menggenggam tangan Aidan sehingga membuat dunia pria itu berhenti seketika. Kapan lagi Joanna yang mengambil inisiatif untuk menyentuh Aidan? Benar-benar momen yang sangat langka.

       Bunyi klakson membuyarkan segala hal yang mendadak mampir di benak Aidan. Menurut teori Aidan, salah sendiri kenapa mobil itu mau lewat dikala momen super langka ini terjadi!

       Tadinya Joanna ingin melepaskan genggamannya namun keburu ditahan oleh pria itu sehingga mereka melanjutkan perjalanan ke tempat parkir mobil sambil terus bergenggaman tangan.

       “What's up with the suspenders and bowtie?” tanya Joanna saat mereka sudah memasuki tempat parkir.

       “Tadi aku habis fitting terus sekalian aja aku pakai biar kamu bisa lihat, what do you think?”

       “Kamu mau aku jujur?”

       “Of course.”

       Joanna berbisik ke arah Aidan. “Tinggal pakai kacamata, cupu, Ai.”

       “Thank you. Biasanya kamu itu kebalikan, dasar enggak kredibel!”

       Wanita itu tersenyum sebab dirinya memang sangat jarang memuji Aidan, jadi pria itu pasti tahu kalau Joanna berkomentar seperti itu, itu tandanya ia menyukainya. Lain cerita kalau Joanna bilang, 'ya terserah kamu sih' itu tandanya Joanna benar-benar tidak suka.

       “Kamu parkirnya dimana sih, Ai?” tanya Joanna setelah sekian belas menit mereka hanya berputar diparkiran.

       “Ha? Hmm--”

       “Jangan bilang kamu lupa?”

       “Aku mana pernah lupa sih Jojo aku parkir dimana,” jawab Aidan dengan bangga.

       “Terus dimana mobilnya?”

       “Itu!” tunjuk Aidan dengan dagunya sebab kedua tangannya masih sibuk—yang satu memegang gagang koper dan yang satu menggenggam tangan Joanna.

       “Kita udah tiga kali--”

       Sebelum Joanna tambah murka, Aidan buru-buru memotong kata-kata Joanna, “Habis nanti kita jadi udahan pegangan tangannya.”

       Sambil menggelengkan kepalanya Joanna lanjut berjalan ke arah mobil yang ditunjuk Aidan.

       “Mobil siapa?” tanya Joanna sebab ia sudah sangat hafal dengan mobil-mobil yang Aidan miliki.

       “Ganendra. Mobil aku mereka yang bawa duluan ke venue.”

       “Mereka?”

       “His fiancée sama Banyu dan pacarnya. Tadinya mau pakai mobil aku aja tapi berhubung besok kita pulang duluan jadi pakai dua mobil.”

       Sekarang mereka sudah berada di depan mobil Ganendra namun Aidan tak kunjung juga membuka mobil tersebut.

       “Sekarang kenapa lagi?”

       “Aku enggak bisa ambil kunci, both of my hands are busy,” ucap Aidan sambil melihatkan tangan kanannya yang memegang gagang koper dan tangan kiri yang menggenggam tangan Joanna. “Could you--”

       “No,” jawab Joanna tegas sebab ia tahu apa yang ingin ditanyakan oleh Aidan sambil melihatkan tangan kanannya yang digenggam Aidan serta tangan kiri yang memegang buket bunga. “Actually, koper aku bisa berdiri sendiri tanpa perlu kamu pegangin terus sih, Ai.”

     Dengan senyum menyebalkan Aidan mengambil kunci mobil dengan tangan kanannya lalu bertanya serius sebelum membuka pintu penumpang untuk Joanna. “Se--”

      “No,” jawab Joanna cepat tanpa pikir panjang.

       “Emang kamu tahu aku mau nanya apa?” tanya Aidan.

       “Kamu mau kita keliling sekali lagi kayak tadi kan?”

       Seketika itu juga Aidan menyerah dan dengan berat hati harus melepaskan tangan Joanna.

       “Sejagat pakai 't' bukan 'd' tau!” ucap Joanna saat Aidan sudah duduk di kursi pengemudi setelah sebelumnya memasukkan koper Joanna ke bagasi.

       “Oh ya? Aku harus les bahasa indonesia nih kayaknya,” kata Aidan bersungguh-sungguh sambil melihat ke arah wanita disebelahnya.

       “Anyways, konsepnya emang unshaven face gini jadinya?” tanya Joanna sambil mengusap rahang Aidan.

       Aidan mengangguk. “Bagus kan? Kamu harus lihat Banyu jadinya gimana.”

       “Gimana?” tanya Joanna masih sambil mengusap pelan rahang Aidan.

      “Besok kamu harus lihat sendiri,” jawab Aidan sambil memperhatikan dengan saksama wajah Joanna yang terlihat lelah. “Anyway, Jo, kamu enggak mau lanjutin pegang-pegang akunya nanti aja di apartemen kamu?”

       Sambil memutar matanya dengan sebal Joanna menurunkan tangannya dan beralih untuk memakai sabuk pengaman. Sedetik kemudian Aidan tanpa aba-aba mendekatkan tubuhnya ke arah Joanna sehingga posisi pria itu persis dihadapan Joanna, dan seketika itu juga Joanna merasakan sandaran kursinya mendadak turun disertai kecupan singkat di keningnya.

       “Sleep well, nanti aku bangunin kalau kita sudah sampai apartemen kamu,” kata Aidan sambil kembali ke posisinya semula.

       Tanpa harus disuruh untuk kedua kalinya Joanna langsung memejamkan matanya sebab entah mengapa jantung wanita itu langsung berdegup dengan sangat cepat saat Aidan melakukan hal tersebut. Mungkin karena sudah terlalu lama mereka berpisah sehingga berdekatan seperti itu lagi terasa seperti remaja yang baru mengenal cinta.

       Lagipula Joanna benar-benar bersyukur Aidan dapat mengerti apa yang ia butuhkan sekarang yaitu istirahat karena wanita itu baru tidur sekitar dua jam akibat mengobrol dengan Ussy hingga larut malam dan memikirkan Gibran yang mendadak hilang bersama Herman dan Heru.

#######

nnrslnty
07 Jul 2018

TOMORROWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang