BAB 9

84 30 15
                                    

Happy Reading~

"Perumahan Mawar kompleks F ya, pak," ucap Mama kepada supir taksi tersebut.

"Baik, Bu," jawab supir taksi itu kemudian menjalankan taksinya meninggalkan rumah itu.

Sekitar dua puluh lima menit kemudian, taksi itu tiba di depan perumahan mawar kompleks F. Jalanan malam ini memang agak macet sehingga butuh waktu cukup lama untuk sampai tujuan. Tiba-tiba, mama meminta supir taksi untuk berhenti di seberang jalan perumahan dekat pos satpam kompleks.

"Pak, saya turun sini saja," ucap mama kemudian memberikan ongkos kepada supir taksi itu.

Taksi itu pun melaju pergi meninggalkan mama yang berdiri dipinggir jalan masuk kompleks F. Mama memutuskan untuk menunggu papa di depan kompleks rumahnya. Mama tidak ingin kebohongannya kepada Zaki terungkap.

Kebetulan sekali di dekat tempat mama berdiri, ada sebuah kursi taman. Mama pun memutuskan untuk duduk di kursi itu. Mama mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu di sana.

To: Papa

Mama akan nunggu papa di depan kompleks rumah kita. Kita akan pura-pura pulang bareng. Jangan terlalu malam nanti anak-anak khawatir.

From: Mama

Pesan itu mama kirimkan kepada papa. Berharap papa dengan cepat membalasnya. Udara malam ini sangat dingin walaupun tetap saja masih lebih dingin sikap papa terhadap mama. Mama merindukan masa-masa indah di mana mereka berempat masih tertawa dan bercanda bersama. Kalau waktu bisa dikembalikan. Mama ingin kembali ke saat itu.

Sudah lima belas menit tapi tidak ada balasan pesan yang mama terima dari papa. Mama berusaha menahan dinginnya malam ini. Ia mengusap-usapkan tangan sambil memeluk kedua lengannya yang kurus itu. Akhirnya terdengar notifikasi pesan masuk. Mama segera membuka pesan itu.

To: Mama

Kamu ini menyusahkan saja. Papa sedang ada urusan sebentar. Tunggu di sana selama 30 menit lagi.

From: Papa

Mama membacanya dengan perasaan campur aduk. Entah dia harus sedih atau bahagia. Papa, yang masih berstatus sebagai suaminya itu masih peduli kepadanya walaupun kata-kata yang ia gunakan sangat menyakiti hati. Tapi, mama tahu niatannya itu baik.

Mama merindukan papanya yang dulu. Papa yang selalu tersenyum bersamanya. Papa yang sangat peduli terhadap keluarganya dan memiliki sifat yang hangat. Suaminya yang dulu adalah suami idaman para wanita. Namun, sekarang suaminya itu telah berubah seratus delapan puluh derajat. Semenjak kejadian itu.

Tiin.. Tiin..

Suara klakson mobil menyadarkan mama yang sedang menunduk. Mama segera mendongakkan kepalanya. Kemudian, secara perlahan kaca jendela mobil itu turun dengan sendirinya memperlihat si pengemudi mobil. Tenyata papa telah sampai.

"Ayo, mau sampai kapan kamu di situ? Cepetan masuk!" teriaknya yang membuat mama segera sadar dan bangkit dari duduknya.

Mama segera berjalan memasuki mobil dan memilih duduk di sebelah pengemudi. Papa mengerutkan dahinya sambil memandang mama seperti meminta penjelasan.

"Nanti anak-anak curiga kalau mama duduk di kursi belakang."

Papa pun pasrah dan segera menjalankan mobilnya menuju ke rumah. Mobil papa telah sampai di depan rumah kami. Ternyata, memang anak-anak itu menunggu kedatangan mereka di teras rumah. Mama melihat ekspresi papa yang seperti tertegun mengetahui bahwa anaknya sekhawatir itu jika orang tuanya belum pulang.

Kebahagiaan yang TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang