BAB 18

68 18 33
                                    

Zaki pov

Aku sudah tiba di rumah sejak setengah jam yang lalu. Aku berada di kamarku dan sedang memikirkan bagaimana caraku memberitahukan kepada Vira yang sebenarnya. Aku benar-benar frustasi.

Aku melihat jam tangan. Pukul tiga sore. Masih ada waktu satu jam lagi sebelum Vira pulang kuliah. Aku mengambil jaketku dan kunci motor yang berada di atas meja. Aku segera turun dan pamit kepada mama akan menjemput Vira.

Aku menaiki motorku dan melajukannya ke tempat tujuanku. Rumah Sera. Banyak sekali pertanyaan dibenakku yang menginginkan jawaban.

Dua puluh menit kemudian, aku telah tiba di depan gerbang rumahnya. Rumahnya tampak sepi. Aku menekan bel rumahnya. Seorang ibu-ibu keluar dari rumah itu dengan menggunakan celemek dengan bekas noda bumbu masakan.

"Cari siapa, ya?" tanya ibu itu yang kuyakini adalah pembantu rumah tangga di rumah itu.

"Saya mencari Sera," ucapku.

"Nona Sera belum pulang kerja. Mungkin sebentar lagi akan pulang. Apa mau menunggu di dalam?" ucap ibu itu dan menawarkanku untuk menunggu di dalam yang kubalas gelengan.

"Tidak perlu, bu. Saya pamit kalau begitu. Terima kasih," ucapku kemudian menaiki motorku.

"Apa ada yang mau disampaikan ke nona Sera? Biar nanti saya yang menyampaikan," ucap ibu itu.

"Tidak ada, bu. Saya pamit dulu," ucapku sekali lagi dan melajukan motorku meninggalkan rumah Sera.

Tujuanku sekarang adalah kampus Vira. Lima belas menit perjalanan, aku telah sampai di depan kampus adikku ini. Tiba-tiba, handphoneku bergetar pertanda ada telepon masuk. Kurogoh saku celanaku untuk mengambil handphoneku. Kulihat nama si penelepon dan segera kuangkat telepon tersebut.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Bang, Vira udah selesai kuliahnya. Abang bisa jemput?" tanya si penelepon di seberang sana.

"Ini abang udah di depan kampus kamu. Kamu di mana sekarang biar abang samperin," ucapku kepada Vira sambil memperhatikan sekitar.

"Abang di mana? Depan gerbang? Vira aja yang ke tempat abang," ucap Vira di seberang sana.

"Abang ada di depan gerbang."

"Oke. Tunggu bentar ya bang."

Tak selang beberapa lama, aku melihat Vira berjalan keluar dari kampus sambil melihat kesekelilingnya.

"Vira! Di sini," panggilku sambil melambai-lambaikan tangan hingga membuatnya menoleh kearahku. Vira pun menghampiriku.

"Udah lama, bang?" tanyanya sambil memakai helm.

"Enggak, baru aja sampai," ucapku kemudian menyalakan mesin motor.

"Yuk pulang," ajakku kepada Vira.

Vira pun mengangguk dan menaiki motor sambil berpegangan padaku. Aku pun segera menjalankan motorku membelah jalanan yang cukup padat oleh kendaraan.

Di tengah perjalanan, Vira mengajakku untuk mampir di salah satu supermarket yang dekat dengan kompleks rumah kami. Ia bilang ingin membeli sesuatu. Aku pun membelokkan motorku menuju supermarket. Aku menunggu Vira di depan supermarket tidak ikut masuk.

Lima belas menit telah berlalu tetapi Vira belum juga keluar dari supermarket. Aku pun masuk ke dalam supermarket dan mencari Vira. Apa yang kulihat sungguh membuatku ingin marah. Bara sedang memegang tangan Vira yang jelas-jelas dari raut wajah Vira, ia ingin Bara melepaskan tangannya. Aku memandang Bara tidak suka.

Kebahagiaan yang TerpendamWhere stories live. Discover now