BAB 28

81 11 1
                                    







Sepeninggalnya Bara dari pemakaman, Vira menunggunya di depan pemakaman. Sebenarnya Vira penasaran kemana Bara pergi tapi ia tidak berani bertanya kepada Bara.

Vira berjongkok di depan pemakaman sambil menelusupkan kepalanya dibawah tangannya. Terdengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. Ia pun mendongakkan kepalanya.

"Papa? Papa ngapain di sini?"

"Harusnya Papa yang tanya ke kamu. Kenapa kamu ada disini?" tanya Papa dengan pandangan tidak bersahabat.

"Cepatlah pulang. Nanti Mamamu mencarimu."

Vira diam. Ia ingin menanyakan sesuatu kepada Papanya. Tapi, Papanya seperti mengacuhkannya sekarang. Seketika hatinya seperti dihujam sesuatu yang membuatnya merasa sakit. Setetes air mata jatuh dari pelupuk matanya dan mengalir di atas pipinya.

"Apa Papa tidak rindu padaku?"

"Jangan meracau di sini. Lebih baik kamu segera pulang."

Papa berjalan melewati Vira tanpa memandangnya sekalipun. Hingga Vira mengatakan sesuatu yang membuat Papa menoleh kepadanya.

"Aku ke sini untuk bertemu dengan Mamanya Sera, Istri Papa yang pertama."

"Untuk apa kamu menemui Istriku?" tanya Papa kepada Vira sambil mengepalkan tangannya disebelah badannya.

Vira yang mendapatkan pertanyaan seperti itu pun terdiam. Kemudian, ia menatap Papanya dengan perasaan bersalah.

"Aku minta maaf, Pa."

Papa yang tak mengerti dengan maksud anaknya itu pun mengernyitkan dahi. Tapi tetap memilih untuk diam.

"Maaf kalau kehadiran keluargaku mengganggu keluarga Papa. Aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang hal ini. Mulai sekarang, aku berjanji untuk tidak mengganggu keluarga Papa. Dan juga.." Vira tidak bisa menahan air matanya yang sudah terkumpul di pelupuk matanya.

Vira mencoba mengatakan sesuatu yang ingin sekali ia katakan kepada Papanya itu dengan senyum penuh keikhlasan, "Dan juga terima kasih karena pernah ada di keluargaku."

Vira pun melangkah pergi dari pemakaman secepat-cepatnya. Ia tak bisa berlama-lama lagi di sana. Bahkan ia lupa kalau Bara meminta ia untuk menunggunya kembali. Ia berlari tanpa tujuan yang terpenting sekarang adalah ia ingin sendiri dan menenangkan dirinya.

Tepat di depannya sekarang ada sebuah pangkalan ojek. Ia pun menghampiri salah satu tukang ojek.

"Bang, bisa antar saya ke suatu tempat yang bagus gak?" tanya Vira kepada tukang ojek yang memakai helm bermotif macan tutul.

Tukang ojek itu menaikkan salah satu alisnya, "Ini neng gak salah tanya ke saya? Dimana-mana penumpang yang memberi tujuan bukannya sebaliknya."

"Abang gojek antar saya ke tempat yang bagus ya? Saya mohon," ucap Vira yang benar-benar terlihat berantakan.

"Iyadeh, neng. Saya kasihan lihatnya. Ayo langsung naik," Akhirnya tukang ojek itu pun mau mengantar Vira.

~°°°~


Bara berlari kembali ke pemakaman. Tetapi, orang yang dicarinya tidak ada di tempat. Ia pun panik. Ia memutari pemakaman tapi tak menemukan siapapun.

Apa yang sudah terjadi?

Bara mencoba menelepon nomor Vira. Tapi, suara operatorlah yang terdengar dari seberang sana. Bara bingung harus bagaimana. Tidak mungkin Vira pergi tanpa sebab apalagi setelah Bara memintanya untuk menunggu.

Kebahagiaan yang TerpendamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang