Chapter IX : Tim Khusus

161 9 0
                                    

Akhir Februari, 2016

Iris dan Zaid diajak ke sebuah gedung yang terpisah jauh dari gedung Badan Sandi dan Pengamanan Negera yang asli. Mereka bersama beberapa orang yang lulus perekrutan bergerak menuju bawah tanah. Tak pernah disangka oleh mereka kalau di negara yang mereka tinggali ada bangunan bak di film-film. Terlebih ketika lift terbuka dan banyak orang serta mesin-mesin canggih menyambut.

Yang lebih membuat jantung berhenti berdetak adalah kehadiran Nyonya Aleya lengkap dengan pakaian bewarna biru kelam seperti yang dipakai orang-orang di lantai tersebut. Nyonya Aleya memasang badge dan mengenalkan dirinya sebagai anggota intel BSPN. Dia bertugas menyusup ke perusahaan-perusahaan untuk menjaring orang yang berbakat.

"Selamat bergabung di pasukan khusus Badan Sandi dan Pengamanan Negara. Kami dan kalian adalah orang-orang yang akan melacak hacker serta terorisme di negara ini." Nyonya Aleya meminta para anak baru berkeliling seraya menjelaskan kalau ada beberapa penyadap dari negara lain yang ketahuan kemudian ada juga rencana terorisme yang digagalkan. "Kalian akan menerima pendidikan S2 di Universitas Tokyo dan kuliah online tentang komputer forensik sebelum terjun langsung ke sini. Kalian boleh datang ke sini setelah meminta izinku. Satu hal yang harus kalian camkan, tidak boleh membocorkan tentang tempat ini apalagi tentang misi dan pekerjaan kalian."

Iris mencerna baik-baik perkataan Nyonya Aleya yang berperan sebagai kapten pasukan khusus.

"Ada proyek yang terus dikembangkan oleh para pakar IT, sistem untuk menghalangi hacker menerobos. Ya, itu adalah masalah klise karena hacker selalu berkembang sebagaimana sistem seperti sebuah hubungan simbiosis. Pekerjaan itu jadi tidak ada habisnya." Nyonya Aleya melirik ke arah Iris, "aku yakin kau punya kemampuan untuk mengalahkan hacker, kau perlu diasah terlebih dahulu. Di kuliah, jurusanmu sedikit menyinggung keamanan dan jaringan komputer, kan? Satu-dua tahun lagi aku harap kau bisa ada di sini."

Iris meneguk ludah, dia masih takjub dengan apa yang ia lihat sekarang. Sebuah ruangan luas penuh dengan alat canggih, pekerjaan yang berhubungan dengan hacker dan terorisme, serta ekspetasi Nyonya Aleya terhadapnya. Sebenarnya dia tidak begitu antusias dengan keamanan dan jaringan komputer karena bidang kesukaannya adalah kecerdasan buatan, walau... kecerdasan buatan juga berperan di keamanan dan jaringan komputer.

"Jika kalian punya ide tentang sistem atau sesuatu yang menarik, beritahu aku." Nyonya Aleya menggiring para anak baru keluar dari ruang bawah tanah. Iris menoleh sebentar ke belakang, ada rasa aneh merayapi hatinya.

****

"Tim khusus? Tim Peretas? Aku... menjadi bagian tim peretas?" Calla menutup mulut tatkala Rasyid membeberkan posisi tiap orang yang diterima. Calla yang sama sekali tidak tertarik dengan keamanan dan jaringan komputer malah ditugaskan di tim peretas. Lebih jauh, dia tidak punya kemampuan yang mumpuni.

Rasyid meminta Calla tenang. Pria berjanggut itu lantas menghidupkan proyektor dan memutar sebuah slide show. "Kita sebenarnya berada di bawah Kepolisian Negara. Misi khusus kita adalah menjaga perdamaian di negara tercinta ini secara diam-diam. Ada banyak organisasi bawah tanah di luar sana yang berniat menghancurkan dan mengambil alih kekuasaan pemerintah. Tugas tim peretas di sini adalah membobol sistem dan menggagalkan rencana buruk organisasi-organisasi tersebut. Tak menutup kemungkinan kalau ada teroris di sana. Mereka tengah menyeringai dan merencanakan sesuatu."

Rasyid menayangkan beberapa video pengeboman, pembajakan pesawat dan gedung pemerintah, serta pencurian data rahasia negara. Beberapa dari kasus tersebut ada yang dipublikasikan oleh media, sisanya menjadi rahasia.

"Bukan hanya warga negara sendiri yang membentuk organisasi berbahaya tapi juga warga asing, banyak negara yang sepertinya berteman atau tak acuh tapi diam-diam menyusup dalam sistem untuk mendapatkan info berharga. Seperti ketika ada penemuan tambang emas di pulau Gana, informasi yang hanya diketahui oleh sedikit orang Kementerian Pertambangan entah mengapa diketahui pihak asing. Pihak tersebut menawarkan kerjasama yang berujung pada penjualan pulau dan merugikan negara."

Sebelum Rasyid bersuara lebih lanjut, Calla mengangkat tangan kanan, menginterupsi. "Saya tidak punya kemampuan dalam bidang keamanan dan jaringan komputer, lagipula saya melamar untuk posisi freelance analis perangkat lunak. Menurut saya, berdasarkan apa yang telah saya dengar... rasanya pekerjaan saya terlalu berat dari yang saya bayangkan. Lagipula, mengapa bagian kepolisian memperkerjakan freelance? Bukankah itu malah menambah resiko bocornya informasi mengenai tim khusus ini?"

Seorang perempuan yang pernah menjadi pewawancara berdiri, dia memandang tajam bak elang ke arah Calla. Wanita berpakaian serba hitam itu sedikit gugup dilihat seperti itu, seakan tengah berhadapan dengan soal-soal kalkulus.

"Pekerjaan ini sangat memacu adrenalin dan untuk melindungi diri kalian maka kami tidak mengikat kalian menjadi anggota resmi. Soal kebocoran informasi ke pihak luar... kami tidak pernah takut karena kami tidak akan pernah terendus karena tim ini sangat tersembunyi. Lagipula, kalian tidak akan sanggup membawa rahasia ke luar."

Perempuan serba merah lanjut berkata, "Semua pekerjaan dilakukan secara remote, kita hanya bertemu kala perekrutan dan pembagian tugas, sisanya kalian belajar sendiri dan bekerja di mana pun kalian suka. Urusan gaji, akan ditransfer setiap bulan berdasarkan kinerja."

Calla yang masih penuh tanda tanya terpaksa menunda bicara karena perempuan berkerut itu mencelanginya, seakan berkata 'aku belum selesai ngomong, tak menerima potong-memotong kata'.

"Kau, Nyayu Calla Azalea. Kami memilihmu sebagai analis di tim peretas untuk merancang sistem yang bisa digunakan oleh peretas untuk menyusup ke sistem mana pun, untuk perdamaian. Kau punya kemampuan analisis yang cerdas. Selain proyek penyusupan, kita juga banyak proyek lainnya, bersiaplah menganalisis."

Wajah bulat Calla mendadak tersipu karena dipuji.

"Dan untuk pengkodingan dari semua analisis dan perancangan diserahkan ke Tuan Perta Yuruwa, dia punya bakat koding luar biasa. Dia sudah banyak terlibat dalam pembuatan perangkat lunak."

Seorang pria bertubuh kurus tersenyum lebar, pakaiannya ala hip hop dan sama sekali tidak terlihat sebagai seorang programmer. Topi biru kelamnya diputar sembari menyebutkan nama. Matanya yang besar sempat mengerling ke arah Calla seraya berucap, "Mohon kerjasamanya."

"Yang akan membuat perangkat keras apabila diperlukan adalah Tuan Morar, dia bertangan emas karena sangat pandai dengan perangkat keras."

Tuan Morar adalah pria kecil yang terkesan pemalu. Kulitnya putih bersih, dia terus menunduk.

"Dan seorang lagi, Tuan Blueray, peretas paling ditakuti oleh polisi cyber. Dia yang akan melakukan pengujian pada sistem peretas baru."

Orang yang disebut Tuan Blueray nyatanya adalah anak laki-laki yang mungkin berusia 12-13 tahun. Anak berwajah angkuh itu menatap lurus semua orang dewasa di ruang tertutup itu. Bibir merah itu lantas membuka, "Aku tidak terima sistem perangkat lunak yang jelek."

Melihat kesombongan anak itu, Calla jadi keki. Wanita yang tengah membayangkan Iris itu jadi tergelitik untuk tahu sehebat apa Tuan Blueray yang sangat dijagokan sebagai peretas itu. Dia berharap anak laki-laki berjas hitam itu tidak besar mulut saja.

Pandangan Calla dan Tuan Blueray sempat beradu tapi Calla harus mengakhirinya karena pesan masuk dari Iris. Setelah membaca dengan penuh harap, Calla tersentak sampai wanita kecil itu berdiri dari kursi.

[Calla, kuliah S2-ku akan mulai bulan April tapi karena ingin mengeksplorasi tempat serta belajar bahasa Jepang intensif, Maret ini harus berangkat. Aku akan tinggal di asrama khusus selama dua tahun. Maaf.]

Air muka Calla menunjukkan kalau ia syok, kalimat yang dituliskan oleh Iris mengandung kata yang menyakitkan, 'perpisahan dua tahun'.

My Perfect Rival : Saingan Sempurnaku [TAMAT]Where stories live. Discover now