Chapter XIII: Kebimbangan

119 10 0
                                    

Maret, 2017

Calla membaca cermat berita yang tersebar luas di media sosial, mengenai pencurian data pribadi milik pejabat negara dan tokoh politik. Data-data tersebut disalahgunakan untuk memiskinkan para korban dengan cara menjual aset kekayaan –menggunakan sidik jari dan tanda tangan- lalu hasil penjualan digunakan untuk kepentingan masyarakat. Para jurnalis memberi julukan 'Sang Pencuri' untuk pihak yang menjadi dalang utama tersebut.

Mendadak otak Calla menghubungkan berita heboh itu dengan salah satu proyek yang pernah melibatkannya. Sistem untuk mengacak-acak basis data, mengembalikan data yang dienskripsi ke bentuk semula itu tidak mungkin hanya kebetulan. Dengan sistem yang ia rancang beberapa waktu lalu, data apa pun bisa dicuri dan dideskripsi apalagi Blueray sempat memberi saran mengenai algoritma yang harus dipakai untuk membongkar kunci enkripsi.

Calla meneguk ludah, tubuhnya mulai gemetaran. Ia meraih ponsel dan melihat wajah Iris, dia ingin menceritakan apa yang ia kerjakan Untuk Perdamaian dan berita heboh yang tengah terjadi di negara mereka. Calla takut, dia termasuk dalam Sang Pencuri meski belum ada bukti kalau perusahaan tempatnya bekerja adalah Sang Pencuri. Apalagi, Untuk Perdamaian ada di bawah Kepolisian Negara, Calla yakin ini hanyalah kebetulan. Jika benar sistem rancangannya ada di balik peristiwa itu, mungkin saja ini salah satu cara licik kepolisian untuk menghancurkan para maniak korupsi. Para tokoh yang datanya dicuri sudah sering ditimpa kasus korupsi walau sampai sekarang, KPK tidak bertindak apa pun.

Berpikir positif, Calla mengurungkan niat menghubungi Iris. Dia berdoa agar pekerjaannya tidak membahayakan dirinya dan orang-orang yang berharga. Dan di saat itu jua, sebuah telepon masuk, mengabarkan dengan hormat kalau Calla lulus beasiswa S2 ke Universitas Tokyo dan diharapkan sudah tiba di Tokyo pada akhir Maret.

Calla segera bersujud, bergembira sambil memuji-muji Tuhan. Tak lama, perempuan mungil itu menelepon Iris. Iris ikut bahagia mendengar kabar dari Calla. Calla sempat menggoda Iris untuk tinggal bersamanya selama di Tokyo. Calla rencananya akan menyewa sebuah apartemen 1DK di distrik Bunkyo, dekat kampus Hongo. Awalnya dia ingin di dekat Iris, distrik Meguro –daerah kampus Komaba- tapi karena Iris di asrama internasional untuk laki-laki sementara untuk perempuan sudah penuh, Calla memilih tempat yang dekat kampusnya.

Pada akhir pembicaraan, Calla menyatakan cinta entah yang ke berapa kali sementara Iris membalas, "Seperti biasa, aku tahu."

****

Iris tercenung mendapati Calla menyiapkan makan malam berupa mie rebus dan telur mata sapi untuk mereka berdua di atas kotatsu padahal istrinya itu baru sampai beberapa jam di Tokyo. Beberapa hari sebelum ini, Iris bersama Zaid mencari apartemen untuk Calla. Dan setelah mendapatkan satu yang lumayan murah, bonus kotatsu dan beberapa keperluan rumah tangga, Iris segera menata dan memindahkan semua barangnya ke sini. Dia sudah memutuskan untuk tinggal bersama Calla, merelakan asrama yang sudah dibayar penuh oleh BSPN serta lebih jauh dari kampusnya demi Calla.

"Rencanaku tadi mau mengajakmu makan malam di Roppongi, kedai Sumiyaki-ya. Di sana ada yakiniku daging sapi halal. Atau... kita ke kedai Hanasaka-Jisan, ada daging sapi shabushabu halal," Iris menuangkan minum di gelas Calla sebelum ke gelasnya. Kakinya yang berada di bawah kotatsu bergerak-gerak senang, sudah lama sekali dirinya merindukan masakan Calla dan tidak menyangka perempuan yang rambutnya pendek itu akan memasak.

Calla menoleh, dia bertanya dalam hati apakah Iris kecewa karena dia hanya memasak makanan instan yang ia bawa dari negara mereka? Apakah Iris tidak suka masakannya? Karena cuaca masih dingin, Calla hanya berpikir kuah mie rebus yang hangat bisa mengaburkan suasana dingin.

"Duduklah di sini." Iris menepuk bantal duduk di sisi kirinya. Calla bergerak, duduk sembari mengulurkan kakinya memasuki kotatsu. Ini pertama kali dia merasakan duduk di lantai dan menikmati rasa hangat kotatsu. Pantas saja Nobitasangat suka dengan kotatsu di kala dingin.

"Kita harus menunggu sebentar karena kuahnya masih panas." Iris mengingatkan sementara perempuan di sampingnya menujukan pandangan ke mangkok mie. "Ya, makanan atau minuman panas tidak boleh ditiup." Calla menyahut. Pikirannya masih penuh dengan rasa penasaran apakah Iris suka yang ia masak atau tidak.

"Aku menargetkan Desember ini sudah mid-presentasi." Iris mematahkan keheningan di antara mereka dengan topik pendidikan. Calla mengernyitkan dahi lebarnya, "Apa itu mid-presentasi?"

Tangan Iris meraih rambut Calla, membelainya. "Presentasi kemajuan riset yang dilakukan di depan semua peneliti di lab. Bisa dibilang presentasi internal kalangan laboratorium."

"Setelah lulus, apa rencanamu? Mau pulang?" mulut Calla tertahan, benaknya langsung menggambar timeline, jika Iris lulus dan pulang ke negara asal maka Calla dan Iris harus menelan perpisahan hingga Calla lulus dan kembali. Pilihan lain adalah Iris menetap di Tokyo menemani Calla tapi... perusahaan Iris hanya mengutus Iris dua tahun, jadi... tidak mungkin Iris akan tinggal sementara.

Seolah bisa membaca pemikiran Calla, Iris menempelkan dahi ke dahi Calla. "Akan kuusahakan untuk tinggal di sini satu tahun lagi, setidaknya sampai kau lulus."

Pipi Calla memerah dan di sisi lain, ada bagian dirinya yang membeku. Jika Iris harus pulang dan Calla masih di negeri asing, Calla tidak mau. Lebih baik dia ikut Iris daripada menyelesaikan pendidikan. Dari awal, tujuan Calla bukan pendidikan melainkan Iris. Sekarang dia mulai menyesal, mengapa dia tidak tinggal di Tokyo untuk bekerja saja, tak apa jika itu hanya pekerjaan paruh waktu, dia hanya ingin bersama Iris. Tapi, jika ia menyodorkan opsi seperti itu, Iris pasti tidak mengizinkannya ke sini. Iris mungkin menganggap Calla yang paruh waktu hanya beban atau mengganggu.

"Iris, aku bukan anak kecil." Calla melepas dahinya dari dahi Iris. Dia tersenyum sumringah dan menepuk dada, "Seorang Calla bisa hidup mandiri karena selalu bersama Tuhan. Aku akan belajar serius lalu lulus dengan sangat baik. Kau juga, ilmu yang kau dapatkan di sini harus jadi manfaat untuk negara atau setidaknya untuk dirimu sendiri." Calla berbohong, dia mengatakan hal-hal yang ingin didengar Iris, bukan hal yang ingin disampaikannya. Dia takut Iris merasa dirinya adalah beban. Calla tidak mau mengekang Iris karena Iris pasti punya rencana hebat sendiri.

Dan Iris tahu, Calla sedang berusaha membuatnya tidak khawatir. Untuk mengalihkan pembicaraan, Iris mengajak Calla memakan mie rebus telur mereka. Selama makan, mereka berdua berpikir tentang rencana satu tahun ke depan. Calla tak tahu apakah jika ia bilang akan membuang kesempatan belajar demi pulang bersama Iris, bisa disetujui Iris. Iris orang yang sangat berdedikasi tinggi pada pendidikan, Calla sempat membaca kalau wanita yang menjadi tipe Iris adalah wanita yang berpendidikan tinggi dan suka belajar. Hal itu, tidak ada dalam diri Calla sebenarnya tapi dia bisa berpura-pura mempunyai kriteria itu.

Sementara Iris, dia tahu Calla orang yang memaksakan diri. Iris tahu Calla tidak punya hasrat menempuh pendidikan lanjut dan yang Calla lakukan sekarang adalah caranya mengejar Iris. Irislah motif utama Calla, jika dia tidak ada maka Calla akan kehilangan motif. Perempuan itu bisa saja berhenti kuliah lalu pulang bersama. Iris sangat memahami Calla dan semakin memahami Calla, dia semakin terjerat dan tak tahu harus bagaimana.

Malam itu akhirnya ditutup dengan kebimbangan di hati masing-masing. Iris tidak bisa mengabaikan perusahaan dan BSPN, dia harus kembali tahun depan sementara hatinya tertancap di Calla. Sementara Calla ada di antara melanjutkan pendidikan yang tidak ia sukai tapi Iris sukai atau kembali bersama Iris dengan konsekuensi Iris kesal padanya yang menyia-nyiakan beasiswa.

Dan, hal itu membuat bercinta jadi tidak sehangat biasanya. Mereka berdua saling menyimpan bimbang yang tersampaikan secara tidak sadar antara satu sama lain. Meski begitu, keduanya kompak untuk diam dan menghadapi rasa bimbang sendiri-sendiri. Setidaknya sampai ada ide lebih baik untuk semuanya.

Catatan:

KPK = Komisi Pemberantas Korupsi

1LK = Dining, Kitchen. Satu apartemen dengan ruang makan dan dapur.

Kotatsu = Meja penghangat

Nobita = Tokoh di Doraemon


My Perfect Rival : Saingan Sempurnaku [TAMAT]Where stories live. Discover now