Chapter 17

4.1K 203 2
                                    

Setelah beberapa menit tanpa ada yang membuka obrolan, Kevan kembali mengumpulkan niat dan keberaniannya. Ini mungkin saat yang tepat.

"Di?"

"Hmm?" sahut Diandra mengalihkan pandangannya menatap Kevan yang menatap lurus ke depan.

"Gue suka sama lo." Kevan mengalihkan pandangannya ke Diandra. Diandra mengerutkan keningnya bingung.

"Lo gak lagi becanda, 'kan?" tanya Diandra ragu.

Kevan menggeleng tersenyum tipis. Diandra mengalihkan pandangannya ke arah lain. Sambil mengigit bibir bawahnya, kemudian melipat bibirnya ke dalam, lalu mengulangnya dari awal.

"Gue mau kita serius pacaran, bukan cuman status palsu,"

Diandra menunduk. Jawab apa? Dia aja belum yakin dengan perasaannya selama ini? Apa itu cinta? Atau hanya sekedar perasaan nyaman?

"Gue ... butuh waktu, Van." ujarnya memberanikan diri menatap kedua bola mata Kevan.

"Berapa lama?"

Diandra berdehem, "Sampai gue yakin kalo yang gue rasain ini emang bener-bener cinta," ujar Diandra membuat Kevan membentuk senyum di bibirnya.

"Jangan lama-lama, ya." Kevan mengacak-acak rambut Diandra sayang. Diandra hanya mengangguk paham.

~{♥ ♥ ♥}~

"Jadi, selama ini lo sama Kevan cuman status palsu, dan Kevan beneran nembak lo kemaren?" tanya Helena kaget.

"Kok kalian bisa kepikiran buat ngelakuin hal semacam itu sih?" tanya Zelfa menggaruk tengkuknya keheranan.

"Siapa emang cowok yang lo suka dulunya?" tanya Aleta kemudian.

Pacar lo, Ta. Kak Yarsaf. Jawab Diandra dalam hati.

"Satu-satu kali nanyanya." ucap Diandra menopang kepalanya dengan bantal kemudian mengganti channel tv setelah di rasanya tidak ada tayangan yang asik.

"Jawab pertanyaan gue dulu," ujar Helena.

"Iya, Len. Gue masih ragu sama perasaan gue, gue emang ngerasa nyaman dan ...." Diandra menggeleng. Ragu dengan perasaannya.

"Deg-degan gak?" Diandra mengernyit mendengar pertanyaan Zelfa.

"Lo kalau lagi sama dia deg-degan, gak?" ulang Zelfa.

"Mungkin karena udah biasa jadi ya biasa aja, tapi kalau dia ..." Diandra menggantung lagi kalimatnya, gimana bilangnya?

"Kalau dia apa?" tanya Helena penasaran.

"Kalau dia ngomong yang aneh suka bikin gue blushing."

"Kayaknya lo suka deh sama dia, jadi jangan lama-lama. Ntar lo malah nyesel," ujar Aleta. Diandra manggut-manggut.

"Iya juga." sungutnya.

"Selama kalian pacaran pura-pura lo nggak ngapa-ngapain, 'kan? Enggak ngelakuin hal aneh-aneh?"

Diandra mengerjapkan matanya beberapa kali mendengar pertanyaan Zelfa. Mengingat kejadian dimana Kevan menciumnya di depan Giofany.

"Biasanya disitu lo bisa tau dia tulus apa nggak? Dan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan lo selama ini." lanjut Zelfa.

"Dengerin dari ahlinya nih," ucap Helena menepuk-nepuk bahu Zelfa sambil mamasang ekspresi yang mengungkapkan bahwa Zelfa patut di percaya.

Zelfa menekan dahi Helena dengan kedua jarinya. "Daripada lo masih jomblo sampe sekarang." cibir Zelfa.

Helena memanyunkan bibirnya.

Diandra melirik layar ponselnya yang baru saja menampilkan notifikasi dari Kevan.

Kevan  : Sibuk nggak nanti malam?

Diandra  : Enggak, kenapa emang?

Kevan  : Mau ngajak lo keluar, bisa nggak? Udah lama gak makan angin.

Diandra  : Kemana?

Kevan : Kemana aja, nanti gue jemput. Jam 7

Diandra : Iyaaa. Itu aja?

Kevan  : Iyaa, emang apa lagi?

Diandra  : Enggak papa.

Kevan menggeleng sambil tersenyum memandang layar ponselnya. Kemudian, pandangannya kembali fokus ke televisi. Yarsaf yang turun dari tangga berjalan menuju kulkas, meneguk segelas air putih disana, memandang Kevan yang fokus dengan layar televisi di depannya.

"Gue tadi liat Cinta di sekolah."

Kevan melirk Yarsaf sekilas yang tengah memperhatikannya. Dengan acuh, dia tidak memperdulikan perkataan Yarsaf.

"Gue sempet ngobrol sebentar sama dia," lanjut Yarsaf. Kevan masih berpura-pura fokus pada televisinya.

"Dia bilang katanya dia seneng lo dapet yang lebih baik dari dia sekarang."

"Gue nggak nanya," sahut Kevan menatap Yarsaf dengan kerutan keningnya.

"Bagus kalo lo emang benar-benar udah move on," lanjut Yarsaf berjalan menuju tangga.

Kevan terdiam sejenak.

"Aku harus pergi, dan kita gak bisa lanjutin hubungan kita, Van." ucap gadis ini sambil menangis.

"Kenapa?! Kamu masih cinta sama Yarsaf? Meskipun kamu pindah seenggaknya kita masih bisa LDR, 'kan?"

"Aku nggak bisa! Tolong kamu jangan salahin Yarsaf. Aku sama dia cuman temenan sekarang," gertak gadis itu sambil menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

"Okey, kalau itu mau kamu, aku gak akan ngelarang. Tapi, kata maaf gak akan pernah kamu dapetin  dari aku,"

Plakkkkkk!

Kevan melempar remote tv di depannya. Kenapa kenangan menyebalkan itu kembali datang lagi dalam otaknya? Gara-gara Cinta!

_________________________________________

Vote + comment jangan lupaaaa!
Sorry kalo pendek.

PERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang