22

1.2K 87 12
                                    

Setelah hari itu, penjagaan keamanan semakin diperketat. Jika benar musuh mereka adalah Sebastian, Sean tidak boleh lengah sedikitpun. Dia juga tidak boleh melewatkan apapun yang terjadi, walaupun itu hanya masalah kecil.

Sekarang Sean sudah berdiri didepan sebuah makam. Di batu nisan itu tertulis nama Sebastian Pratama. Selama tujuh tahun, Sean baru sekarang mengunjungi makam pelatihnya, mentor yang sangat dikaguminya.

Mata Sean penuh dengan kebencian saat menatap batu nisan itu, dia tidak bisa memungkiri rasa kecewanya selama ini.

"Kalau kau memang pelaku penculikannya. Jadi siapa yang terbaring disini? aku melihatmu dikuburkan disini, Sebastian."

Ternyata tanpa disadari oleh Sean, dari kejauhan ada sebuah mobil yang memantau Sean dari kejauhan. Dia memperhatikan Sean, kemudian dia langsung memutar stir dan pergi dari wilayah kuburan.

----

"Electra kau sebaiknya jangan sekolah dul–" ucapan Harry terputus akibat dia tidak sengaja melihat Electra sedang memakai celana dalamnya. Harry langsung menutup pintu kamar Electra. Salah Harry memang tidak mengetuk pintu terlebih dahulu. Dan juga Electra yang lupa mengunci pintu kamarnya.

"Aku akan sekolah dengan Siska," jawab Electra dengan santai. Dia membuka pintu dan hanya mengeluarkan kepalanya dibalik pintu.

Harry masih berada didepan kamar Electra. Dia tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Electra terlihat biasa saja, seperti tidak ada kejadian apapun.

Memang Harry sudah pernah melihat seluruh tubuh Electra, bahkan menyicipi tubuh itu. Namun, ada sensasi aneh yang terjadi jika dia melihat tubuh itu lagi. Tubuh Electra seperti heroin bagi Harry. Dan itu sangat mengundangnya.

"Kata Sean kau harus berada dirumah," kata Harry berusaha menenangkan jantungnya yang berdebar kencang.

Kepala Electra yang tadi muncul dibalik pintu, sekarang menghilang. Dia sudah masuk kedalam, melanjutkan berpakaiannya dan membuka sedikit pintu kamarnya agar dia bisa mendengar ucapan Harry.

"Aku sudah bilang dengan Sean. Dan dia setuju. Lagi pula, Riza akan pulang dari rumah sakit hari ini," kata Electra bersikeras.

Harry ingin memprotes, tapi fokusnya pecah akibat dia dapat melihat tubuh Electra melewati pantulan cermin didalam kamar Electra.

"Kita akan berbicara setelah kau siap berpakaian!" teriaknya frustasi kemudian pergi dari situ. Dia butuh udara segar. Harry juga menyadari bahwa dia sudah hampir dua bulan tidak melepaskan hasratnya.

---

"Kau dari mana?" tanya Poppy saat dia melihat Sean baru saja masuk ke kamarnya.

Saat melihat Poppy berada didepannya, Sean langsung menarik Poppy dan menciumnya. Sean sangat frustasi dan amarah menguasainya. Dia melumat bibir Poppy dengan kasar dan menuntut. Membuat Poppy kehabisan nafasnya.

"Ada apa?" tanya Poppy saat dia berhasil melepaskan ciuman Sean.

Sean menatap dingin Poppy, dia enggan memberitahukan Poppy, walaupun wanita didepannya ini adalah wanita yang paling dicintainya.

"Ada apa?" ulang Poppy, kali ini sedikit membujuk. Dia menangkup kedua pipi Sean.

Sean memejamkan matanya, memutuskan akan memberitahukan hal ini atau tidak.

"Sepertinya aku harus membunuh Sebastian lagi," ucap Sean dingin saat dia membuka matanya. Poppy segera melepaskan tangkupan tangannya di pipi Sean. Dia tampak terkejut. Namun, dia berhasil menutupi rasa keterkejutannya.

SleeplessWhere stories live. Discover now