Awal Kisah Vampire Itu (short)

2.7K 313 11
                                    

Hujan jelas tidak akan berhenti malam itu. Udara dingin yang diciptakannya serasa penuh dendam menusuk-nusuk kulit hingga menembus tulang.

Gema raungan aligator di dalam rawa sekeliling kastil yang biasanya begitu ramai berdebat dengan para gagak usil malam itu sampai menghilang 一sunyi, nampaknya memilih untuk menyimpan tenaga dari bekunya udara di musim hujan ini.

Terlihat gemerutuk deretan gigi seorang bocah di depan gerbang raksasa kastil Uchiha yang menunjukkan betapa ia menderita melewati labirin berhari-hari di tengah hujan. Ia berkali-kali tersesat, sangat lelah namun lebih karena kehabisan tenaga oleh suhu dingin yang melahapnya. Ia mengerang samar, kalau saja ia bisa membuat portal di labirin itu, tentu ia tidak akan terancam hipotermia seperti sekarang hanya untuk melewati pekarangan kastil horor yang  berdiri kokoh di hadapannya tersebut.

Bocah itu mengenakan mantel tebal gelap, membungkus tubuh kecilnya dari ujung kepala hingga menggelantung dikedua sisi betisnya, meneteskan air hujan dan debu yang menjadi satu. Ia masih saja menggigil setelah mengetuk pintu baja itu untuk keempat kalinya.

Seorang pelayan beruban dengan setelan mantel hitam kuno rapi akhirnya membuka gerbang, mendapati sosok bertundung itu menatap ke arahnya. Basah kuyup, berkulit pucat, kuku-kuku kaki dan jemarinya yang hitam nampak sangat kontras dengan warna kulitnya. Sang kepala pelayan segera membawanya masuk ke dalam kastil setelah sosok itu mengutarakan tujuannya, disambut oleh tiga pelayan wanita yang sigap mengganti mantel yang meneteskan banyak air hujan itu dengan sebongkah handuk besar kering untuk menyelimuti sosok kurusnya.

Bocah yang kelihatannya mungkin masih berusia tujuh tahun itu baru saja menggenggam secangkir besar minuman akar dandelion yang dicampur dengan susu almond serta kayu manis ketika sesosok pria tegap berwibawa memasuki ruangan.

Tatapan anak itu berpendar sejenak ke seluruh ruangan. Karpet merah besar tertata apik diapit kursi kayu berukiran dan sebuah perapian raksasa yang nampak berkobar angkuh di sisi utara ruang besar tersebut.

Sang bocah sekilas tertarik dengan karpet merah besar yang tengah ia pijak, seolah warnanya mengingatkan ia akan sesuatu, nampaknya benda besar nan lembut itu pun berhasil meredam suara tapak sepatu si pria yang baru saja bergabung, ia sangat yakin gemerutuk sol sepatu mengkilap itu akan sangat gaduh jika dibiarkan bersentuhan langsung dengan lantai oak dibawahnya.

Sang bocah kini menghadapkan tatapannya ke depan. Sang tuan rumah sungguh tampan, jika saja yang diluar sana bukanlah labirin melainkan sebuah kota, sudah pasti ia adalah seorang raja. Kastil dan kemewahan di dalamnya, pria ini jelas tau cara membuat dirinya terlihat megah.

Pria itu tidak menegur atau pun menghardik kepala pelayan yang lancang membawa orang asing masuk ke kediamannya ketika ia bertengger diseberang tamunya berdiri, ia justru menatap bocah yang masih menimang cangkir besarnya itu dalam diam. Meneliti tiap sisi dan sudut wajah bocah tersebut, menerka pernah melihatnya entah dimana. Kulit putihnya, kukunya yang gelap, rambut basahnya yang kelam dan kedua iris matanya yang menyaingi tegasnya warna merah karpet dan api di dalam ruangan itu.

"Uchiha Itachi, tuan. Atau setidaknya marga Uchiha ini baru saja saya dapatkan setelah ibu saya meninggal dan memberitahukan demi-God mana yang menjadi ayah saya."

Bocah itu mengambil suara di dalam kesunyian. Tatapannya sama lurusnya dengan sorot dari sosok yang baru saja ia berikan perkenalan. Kedua iris rubi miliknya tidak bergeming.

Sang tuan rumahlah yang justru tiba-tiba bergeming samar, suara paraunya terdengar begitu berat ketika ia bertanya, "Bagaimana....dia meninggal?"

"Ratu Drakula Romania 一ibu saya," Bocah itu terdiam sesaat sebelum melanjutkan, "...dibunuh, tuan."

Pria berkemeja putih dengan celana panjang di hadapan Itachi semakin merunggut, "Siapa?" dagu itu perlahan berubah tegas, mantel persegi yang ia kenakan melorot hingga kepunggungnya, jelas mimpi buruknya baru-baru ini memiliki arti, urat-urat di keningnya nampak bermunculan dan semakin jelas, rasa sakit yang ia rasakan ketika mimpi itu muncul nyaris merenggut nyawanya, ia jelas tidak akan santai mendengar berita ini.

"Seorang manusia," Bocah itu menjawab nyaris tanpa emosi, "...ada sekumpulan perompak yang datang ke kota kami saat semuanya sedang lengah." Itachi masih bertahan dalam ekspresinya, ia sangat dingin, sama sekali tidak menunjukkan kerapuhan bocah tujuh tahun yang baru saja kehilangan ibunya, ia bahkan tidak menghentikan penjelasannya meski sosok di hadapannya itu sudah berubah ekspresi menjadi murka. "Ibu saya bukan mate tuan, saya mengerti itu. Drakula nyaris tidak menikahi siapapun 一yah, sifat mereka yang angkuh jelas tidak membuat heran jika mereka ingin memiliki banyak kekasih dan tidak ingin terikat." ujarnya, "Tapi saya kenal ibu saya, selama 350 tahun saya bersamanya, saya tau satu hal pasti. Ibu saya tidak pernah bersama satu pria mana pun di dunia ini...," rubi itu berkedip perlahan, "...selain Anda, tuan Uchiha Fugaku. Karena itulah saya datang kesini. Ke tempat dimana saya seharusnya berada."

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
A/N
Sorry, tapi AKS cuman pengen bilang, chapter depan diPRIVATE, jadi silahkan follow dulu sebelum membacanya.
Psstt *bisik* nanti ada yang ena-ena di chap depan hohoho
btw, suka AKS pake sudut pandang orang pertama atau ketiga? 

THANK YOU FOR READING
Please vote and say something in the comment box, i will fully appreciate that *wink

NON HUMAN (SASUNARU) 18+Where stories live. Discover now