4. Dibandingkan.

129 10 0
                                    

Wanita paruh baya itu menghembus kan nafas kesal nya ketika melihat putri semata wayangnya yang masih asyik bergulat di dalam selimut. Tuhan, sampai kapankah putri nya ini menghilangkan sifat kepemalasan akut nya.

Rose-- wanita paruh baya itu- melangkah mendekati kearah tempat tidur yang mana di sana Hanny putri semata wayangnya nampak masih tertidur dengan enak. Posisi tidur yang tengkurep serta seprei yang acak-acakan beserta bantal guling yang sudah berjatuhan ke bawah membuatnya berdecak kesal dan geleng-geleng kepala melihat tingkah laku putrinya. Semakin dewasa bukan nya semakin rajin malah semakin jorok dan anti dari kata rajin.

Hanny memang type cewek yang sangat mementingkan penampilan nya mulai dari baju, sepatu,  atau apapun perempuan itu selalu ingin terlihat perfect dan fashionable di mata orang-orang. Memang terdengar gila reputasi tapi memang itu lah kenyataan nya.

Tapi untuk urusan kerapihan kamar,  perempuan itu benar-benar payah dan tak bisa di andalkan.

Rose menyibak paksa selimut yang di kenakan Hanny, menepuk-nepuk pelan pipi putri semata wayangnya itu. Hanny bergumam tidak jelas, dan dengan tidak peduli nya perempuan itu malah kembali menarik selimutnya dan menutup telinga nya dengan bantal. Dia malas mendengar omelan-omelan dari mama nya. Lagipula apa salah nya dia ingin menikmati tidur sepuasnya di hari weekend seperti ini.

Rose berdecak. "Hanny bangun sudah siang, cepet mandi. Ya Allah ini anak kenapa mesti harus di bangunin terus sih," omel nya.

"Masih ngantuk ma, toh ini hari libur. Rewel banget sih mama," Hanny meracau dengan mata yang masih terpejam. Please deh dia masih ingin menikmati tidurnya,  dia masih sangat mengantuk karena semalam dia menonton film horor yang di koleksinya di laptop hingga dini hari.

Rose menghela nafas dengan kesal, wanita paruh baya itu kembali menarik paksa selimut hello kitty yang menutupi tubuh anak perempuannya itu.

"MANDI HANNY!" ucap sang mama setengah berteriak.

Hanny mendengu,  dengan terpaksa perempuan itu bangun dari tidur nya mengubah posisi nya menjadi duduk. Perempuan itu mengucek-ucek mata nya menyesuaikan cahaya yang mulai masuk melalui celah jendela kamar nya.

Dia menatap mama nya dengan sebal. "Masih ngantuk ma, gak ngertiin banget sih." ucap nya sewot.

Rose mendelik sebal sikap keras kepala dan susah diatur yang melekat pada diri Hanny benar-benar mirip dengan papa nya. Pria yang kini sudah meninggalkan nya hanya demi wanita lain yang lebih sempurna dari nya.

"Cepet mandi," ulang nya lagi.

"Males ntar aja," Hanny berucap dengan enteng nya.

"Nih anak bener-bener deh, kamu itu sudah besar harusnya gak perlu di ingat ingat kan lagi.  KAMU ITU," omel sang mama.

Hanny benar-benar sedang malas mendengar ocehan yang selalu sama seperti yang sudah-sudah. Dia yakin setelah ini mama nya pasti akan membandingkan diri nya dengan Dira-- sepupu nya.

"Kamu tuh ya gak kayak Dira. Dia pintar, rajin, tidak pemalas seperti kamu.  Dia pintar masak nggak ak seperti kamu! Boro-boro mau bisa masak pegang pisau dapur saja kamu belum pernah," nah benar kan dugaan Hanny. Sudah terlalu bosan ia mendengar perbandingan antara diri nya dengan Dira.

Dengan enteng nya Hanny menjawab. "Hanny sama Dira jelas beda lah ma,  tapi yang harus mama tau ada sesuatu yang gak bisa Dira lakukan seperti aku,"

"Apa?"

Hanny bangkit berdiri kemudian melangkah mendekati cermin rias di kamar nya,  melihat pantulan diri nya di depan cermin dengan bangga nya.

"Dira gak secantik Hanny, dia nggak pandai mempercantik diri seperti Hanny. Mama lihat kuku-kuku aku,  masa kuku begini harus motongin bawang. Kan rusak nantinya," ujar nya membanggakan diri. Masa bodo lagipula Hanny terlalu sesak jika harus di banding-bandingkan.

Feeling✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang