1 - Ada Luka Dalam Hatiku

16.5K 338 1
                                    

“Nyatanya aku tidak mampu membuatmu bahagia,
jadi biarkan saja aku meninggalkan semuanya.
Karena jika aku tetap tinggal,
maka hanya akan menambah luka.
Luka yang dulu telah kau goreskan masih membekas.
Dan aku akan pergi, sebelum luka itu kembali hadir.”
***

Senja berwarna jingga, angin berhembus semilir, desir laut menambah bising yang terdengar ditelinga. Suasana saat itu menenangkan, hingga beberapa orang mulai meninggalkan tempat itu, tatapan mereka sudah tidak tertuju pada sesuatu yang horizontal jauh didepan sana. Perlahan lengkungan matahari yang menampilkan warna jingga itu tenggelam. Malam akan datang, dan gelap yang menemaninya. Satu persatu mereka telah pergi bersama pasangan masing-masing, hanya menyisakan jejak kaki yang terlukis jelas diatas pasir putih gading.

Gadis itu masih duduk menekuk lututnya yang tidak terlalu jauh dibibir pantai, menatap kosong kearah hamparan laut disana. Langit mulai menggelap, ramai orang tidak seperti beberapa waktu lalu. Hanya dia yang ada disini. Sendiri.

Sesekali dia menghela napasnya jengah, seolah dengan begitu beban yang dia pikul telah hilang. Namun nyatanya tidak, beban dalam hidup serta kenangan itu menyeruak terlalu jauh dalam otaknya. Gadis itu, menghilangkan senyumannya sudah beberapa tahun lamanya. Padahal orang-orang tahu, senyumannya begitu sangat mengagumkan. Terkesan manis dan menyenangkan. Sorot mata ramah tidak lagi terpancar dari kedua bola mata yang berwarna coklat terangnya.

Sesuatu menyentuh pundak kanannya, ia hanya melirik sekilas tangan lembut itu. Lantas tatapannya kembali tertuju pada hamparan laut yang menghitam itu. Bulan dan bintang dilangit sana telah nampak begitu jelas, bercahaya dan berkelap-kelip. Ia kembali menghembuskan napasnya dengan jengah. Dirasakannya seseorang tadi mengambil duduk disebelahnya, dengan menyilangkan kedua kakinya–duduk bersila, diatas pasir yang mulai terasa dingin itu.

"Cukup, jangan lo terusin hidup dengan kekosongan. Disini ada gue, lo enggak kesepian.” Orang itu memeluk tubuhnya dari samping, membuatnya sedikit terkesiap.

“Jangan terusin lagi, lo enggak boleh kayak gini. Lo masih punya orang-orang yang mencintai dan menyayangi lo, dan ada gue disini, Nika.” Lanjutnya, ia menyembunyikan wajahnya dipundakgadis itu.

Nika Isara, orang-orang cukup memanggilnya Nika. Gadis berusia tujuh belas tahun itu yang kehidupannya berubah drastis, kejadian beberapa tahun yang lalu membuatnya sering kesepian sampai saat ini. Dan dia benar-benar hidup dalam kekosongan, tidak ada yang memeluknya, kecuali Kinar–sahabatnya dari kecil.

“Gue baik-baik aja.” Singkat Nika.

“Lo enggak baik-baik aja, gue tahu lo mikirin sesuatu.” Sergah Kinar dengan nada lirihnya, sungguh dia tidak tega melihat sahabatnya menderita seperti ini. Nika melepas pelukan Kinar.

“Gue baik-baik aja, gue cuma tenangin diri gue disini. Lagian gue juga bahagia. By the way, kok lo bisa tahu gue ada disini?”

“Hehe, gue ngikutin lo.” Kinar menggaruk pelipis kanannya, seraya meringis kearah Nika.

“Kebiasaan, stalker!” cibir Nika, ia kembali menatap hamparan laut yang tidak bisa dia jangkau untuk menghitung berapa luasnya. Sungguh, ciptaan Tuhan memang menakjubkan, sangat indah.

“Bodo, yang penting gue bisa tahu kalo lo ada disini.” sahut Kinar tidak terima dengan julukan yang baru saja dikatakan Nika. “Besok jalan-jalan kepuncak yuk,” ajak Kinar kemudian. Nika beralih menatap Kinar dengan terkejut.

Just A Dream [Completed]Where stories live. Discover now