10 - Permulaan 2

2.1K 71 0
                                    

"Disetiap lembaran mata,
t'lah kutulis ratusan kali.
Namamu,
yang selalu terngiang dalam pendengaranku!"

***

Diluar masih terlihat hujan, sore tadi hujan memang sempat mereda. Namun siapa yang tahu jika titik-titik hujan itu kembali mengguyur kota Jakarta. Hawa malam ini masih terasa dingin.

Sore tadi, setelah Devan mengantarnya pulang, awan putih diatas sana sudah tidak sabaran mengeluarkan air matanya. Semenjak kejadian tadi, Nika terlalu repot memikirkannya. Bukan, bukan karena Nika heran memikirkan perubahan Devan, namun ada hal lain dalam diri Nika yang selama ini sudah dia kubur dalam-dalam. Sebuah rasa yang nampaknya mampu membukakan hati Nika. Ini sudah bertahun-tahun dirinya tertutup, akankah dia mau membukanya hanya karena satu cowok yang mampu menyita perhatiannya?

Ya, Nika akui jika memang dia mulai merasakan getaran aneh akhir-akhir ini. Apalagi kedekatannya dengan Devan. Nika tidak bisa memungkiri jika dirinya tidak merasa gugup, jika jantungnya tidak bergetar sehebat tabuhan puluhan gendang yang memekakkan telinga.

Nika duduk diatas kusen jendela kamarnya, mengamati setiap rintik hujan yang turun-- memukul atap-atap rumahnya. Pikirannya tertuju pada satu titik, Devan.

Ditengah asyiknya termenung, benda pipih persegi panjangnya berbunyi, membuat layarnya berkedip. Nika tergugah, gadis itu beranjak dari duduknya dan berjalan tertatih--kakinya masih terasa sakit, pasca terjatuh tadi--menuju nakas dekat tempat tidurnya. Meraih ponsel yang sedari berkedip. Ada sebuah pesan masuk dari nomor tidak dikenal. 

Kening Nika berkerut, namun tidak sampai urung untuk membuka isi pesan tersebut.

From : 0822xxxxxxxx
Hai, Nika?

Kening Nika semakin terlihat banyak kerutannya, tanda heran mengelabuhi benaknya.

To : 0822xxxxxxxx
Ya. Ini siapa?

Send.

Lalu, tak lama muncul sebuah balasan.

From : 0822xxxxxxxx
Ini gue, Devan.

Kedua mata Nika terbelalak, saking terkejutnya. Pasalnya, ia sendiri bingung, dari mana Devan mendapatkan nomor teleponnya?
Belum sempat dia mengetikkkan pesan balasan, namun dia terlebih dahulu mendapatkan sebuah pesan dari nomor tersebut.

From : 0822xxxxxxxx
Enggak usah kaget, gue dapet nomor lo dari Kinar.

Kinar?
Kinar memberikan nomor ponselnya kepada Devan? Tidak, dalam hati dia memang berharap jika dia dan Devan akan lebih akrab dengan saling tukar kontak. Namun siapa sangka jika Devan terlebih dahulu mendaparkan nomor ponselnya?

Kedua bola mata Nika nyaris keluar, karena terkejut. Belum sempat dia membalas pesan tersebut, suara merdu Adam Levin dari Maroon 5 yang menyanyikan lagu Lost Star berdering.
Nomor itu menghubunginya.

Susah payah Nika meneguk salivanya, niat untuk me-reject namun malah menerimanya.

"Halo?" suara cowok dari seberang, Nika diam. Dirinya sudah gugup sedari tadi, dan dia merasa ini adalah waktu untuknya seperti waktu test SBMPTN, yang membuat jantungnya berdetak kencang antara lulus atau tidaknya dia melakukan test tersebut.

"Nik, ini lo kan? Lo masih disana, kan?" suara Devan, kembali terdengar.

Nika gelagapan, "Eh, i-iya. Ada apa Dev?"

"Kaki lo udah nggak papa? Gue mau nanyain kabar lo doang kok."

"Em, udah mendingan sih, tapi masih agak sakit."

Just A Dream [Completed]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt