BAB 5

6.1K 972 49
                                    

F i v e

- More Than A Change -

Desahan kecil terdengar memenuhi ruangan bertuliskan Director of Office Jeon's Medical Center yang terletak di lantai empat tersebut. AC yang sengaja diatur bertemperatur rendah berhasil membuat dua insan yang sedang bercumbu semakin memperdalam sentuhan mereka satu sama lain. Saling memburu kehangatan karena suhu dingin yang berasal dari AC ruangan tersebut.

"Babe, can ... you stop for a moment?" gumaman kecil sang wanita berhasil menghentikan kegiatan memabukkan bagi keduanya sejenak. "Please," ucapnya lagi dan melepas pagutan mereka, kendati sang pria masih berusaha meraih bibir bawah merah muda wanitanya dengan bibirnya.

"Kenapa, Soo? Ada yang mengganggu pikiranmu?" tanya pria tersebut, Jeon Wonwooㅡdirektur muda di Jeon's Medical Center.

Sooyoung menghela napas dan merapikan kembali rambut serta jas putihnya. Ia pun memperbaiki letak badge bertuliskan dr. Park Sooyoung, M.D., menandakan bahwa ia adalah seorang dokter spesialis kejiwaan di sana. Wonwoo hanya menatap Sooyung yang masih duduk di pangkuannya. Tangannya pun meraih ikat rambut berwarna hitam dari pergelangan tangan Sooyoung.

"Woo"

"Sstt..." potong Wonwoo. Tangannya terulur untuk merapikan rambut Sooyung dan mengikatnya.

"Pelan-pelan! Rambutku sakit kalau kamu tarik seperti itu. Tidak bisa bersikap manis, ya?" rengek Sooyoung.

Wonwoo tertawa lepas di sampingnya yang membuat Sooyoung ikut tersenyum dan menatap lamat wajah Wonwoo. Wajah yang sudah menghiasi hari-harinya selama dua tahun ini. Wajah yang bertemu dengannya pertama kali ketika dirinya masih menjadi dokter internship di Jeon's Medical Center.

Masih segar di ingatan Sooyoung pertemuan pertamanya dengan Wonwoo. Layaknya drama produksi negaranya, Sooyoung sang dokter magang mengalami cinta lokasi dengan direktur rumah sakit tempat ia bekerja. Saat itu, Sooyoung sedang kewalahan mengurusi salah satu pasien sakit jiwa yang mengamuk, mengejarnya sepanjang lorong hingga si pasien berlari ke lantai empat. Tak disangka, secara tiba-tiba si pasien melompat ke punggung seorang pria berjas yang baru saja keluar dari sebuah ruangan. Sooyoung pun dengan gesit berlari dan menarik si pasien untuk turun dari punggung pria tersebut.

Sooyoung tertawa jika ia mengingat kembali saat Wonwoo berteriak ketakutan sehingga si pasien ikut panik dan tidak sengaja mencakar wajah Wonwoo di area sekitar telinganya. Untung saja beberapa perawat segera membantu Sooyung dan seorang psikiater senior langsung menyuntikkan diazepamobat anti cemaskepada pasien. Tentu saja Sooyoung merasa bersalah dan berakhir dengan mengobati Wonwoo di ruang kantornya. Setelah kejadian itu, mereka menjadi sering menghabiskan waktu di akhir pekan bersama, hingga mereka memutuskan untuk menjalin hubungan lebih dari sebatas direktur dan dokter.

"Woo," lirih Sooyoung tersenyum sambil tangannya mengelus bekas luka yang masih nampak di dekat telinga pria tersebut. "Papa selalu menanyakan kabarmu. Kapan kamu akan mengunjungi Papa ke Departemen Orthopedi dan Traumatologi?" tanya Sooyoung lembut.

Wonwoo menghela napasnya pelan dan meraih tangan wanitanya. "Aku malu menemui papamu. Setiap Beliau menanyakan kapan aku akan melamarmu, aku selalu berakhir diam dan membiarkanmu terus menunggu," ucap Wonwoo sambil mengelus pelan tangan Sooyoung dengan ibu jarinya.

Sooyoung tersenyum menatap Wonwoo dan mengacak rambut pria tersebut. "Woo, kamu percaya denganku, 'kan? Kita itu masih muda dan sedang bersemangat meniti karier masing-masing. Papa pasti bisa mengerti kalau kamu menjawab dengan keadaan yang sebenarnya," jelas Sooyoung lagi.

More Than GravityWhere stories live. Discover now