BAB 29

2.6K 482 76
                                    

T w e n t y - N i n e

- More Than A Sadness -

Jungkook memandang keluar jendela kamarnya yang berada di lantai dua. Sekarang sudah masuk akhir musim gugur, membawa angin yang tidak bersahabat. Kadang di hari saat Jungkook bersama Yerim, ia merasakan angin yang kering. Namun, di hari lainnya Jungkook malah merasakan angin yang dingin menusuk-nusuk hingga ke tulangnya.

Seperti kemarin sore di dalam mobilnya, saat Jungkook mencengkeram kuat kedua bahu Yerim. Membiarkan wajah wanita itu memerah, hingga pipinya basah dan bulu matanya yang lentik terlihat jarang-jarang. Jungkook sempat mengumpat kepada dirinya sendiri saat Yerim meminta diantar pulang. Menolak untuk menemani Jungkook makan siang.

Rasanya sakit. Jungkook tidak suka Yerim mengabaikan permintaannya dan tidak mengacuhkan perintahnya.

"Nak, ayo sarapan." Suara Seoyeon mengalun dari daun pintu. Wanita itu memandang Jungkook yang bergeming di tepi jendela. "Mama memasakkan sup daging kesukaanmu."

Jungkook hanya mengangguk, cukup menandakan bahwa ia akan segera turun ke ruang makan. Melihatnya, Seoyeon hanya menghela napas pelan dan berjalan meninggalkan kamar Jungook.

"Dia tidak akan turun?" tanya Sangwoo yang sudah memulai sarapannya. Tuan Jeon tersebut harus segera ke JMC karena akan ada rapat finalisasi pembangunan JMC cabang Busan.

Seoyeon membalasnya dengan anggukan, lalu berjalan ke dapur untuk mengambil kimchi di dalam lemari pendingin. Tiga hari yang lalu, Sooyoung mengirimi keluarga Jeon sekotak kimchi. Sooyoung bilang kimchi tersebut merupakan buatan ia dan neneknya. Sekilas senyum tipis terpatri di wajah Seoyeon saat mengingatnya.

Wonwoo juga keluar dari kamarnya dan sudah berpakaian rapi. Tentu saja Direktur Muda tersebut akan menemani sang papa dalam rapat. Wonwoo segera mengecup pipi Seoyeon dan ikut duduk bersama mereka.

"Jungkook!" teriak Wonwoo memanggil adiknya tersebut. "Kamu jangan menyesal kalau sup daging ini aku habiskan!" teriaknya lagi dan mulai menuangkan nasi ke dalam piring mangkuknya.

Derap kaki terdengar dari lantai dua. Jungkook tampil dengan tas yang tersampir di pundak dan topi olahraga di kepala. Jungkook akan melakukan latihan menembak.

"Aku tidak ingin sarapan," seru Jungkook pelan yang hanya mengambil apel dari dalam keranjang buah.

Seoyeon menghentikan pergerakan tangannya dan menatap ke arah nasi. Wonwoo dan Sangwoo kompak melihat Jungkook yang melangkah meninggalkan ruang makan.

"Kamu mau sarapan di rumah temanmu lagi? Tidakkah ini berlebihan? Makanlah! Mama sudah bangun sejak pagi dan memotong daging untukmu," sahut anak sulung Sangwoo tersebut.

"Tidak apa, Woo," lirih Seoyeon pelan dan melanjutkan gerakan tangannya.

"Ck!" desis Wonwoo kesal dan berdiri dari duduknya, berniat mengejar Junngkook.

Sangwoo yang melihat Seoyeon hendak menghentikan Wonwoo, segera menahan istrinya tersebut dan menggeleng pelan. "Jangan biarkan kebiasaanya berulang terus-menerus, Seo."

Menurut, Seoyeon menatap sendu piring dan mengembuskan napasnya pelan. Hangat, tetapi tidak menghangatkan.

"Sebenarnya ada apa denganmu?" tanya Wonwoo yang menahan tangan Jungkook. "Kamu pulang ke rumah hanya untuk menumpang tidur. Setidaknya hargai usaha Mama meski kamu tidak suka."

More Than GravityWhere stories live. Discover now