BAB 2

8.5K 1.2K 100
                                    

T w o

- More Than An Argue -

"Jungkook, sarapan dulu ayo!" Yerim yang masih mengeringkan rambutnya dengan handuk berjalan ke arah pintu apartemen dan mencegat Jungkook yang nampak bergegas pergi. "Aku hanya makan malam dan ikut mengantar Papa ke bandara, Jungkook. Tidak ada percakapan apapun, bahkan aku menolak ajakan Mama untuk menginap di sana. Mereka merindukanku, tapi aku mengabaikan mereka untukmu. Apa kamu bisa berhenti mendiamkanku?" tanya Yerim lagi sambil tangannya meraih lengan Jungkook.

Jungkook membalikkan badannya dan menatap Yerim dengan tatapan datar. "Jadi, apa salahnya kamu meminta izin kepadaku dulu, Yerim? Aku tidak mungkin melarangmu menemui orangtuamu. I only did my responsiblity to you. Apa sekadar mengirim pesan begitu susah untukmu sekarang?" tanya Jungkook balik tanpa melepas tatapan datarnya yang memandang Yerim.

"Baiklah, aku minta maaf. Tapi, mengapa masalah kecil seperti ini harus dibawa berlarut-larut? Tidak bisa ya kita tentram sehari saja tanpa ada perdebatan?" Yerim melepaskan genggaman tangannya dari lengan Jungkook dan melipat tangannya di depan dada, berusaha untuk terlihat tegar dan tidak cengeng.

Jungkook lalu menghela napasnya pelan dan kembali menatap Yerim. "Jangan menungguku malam ini. Aku ada pertemuan dengan Sana dan akan pulang larut."

"Minatozaki Sana? Model asal Jepang itu?" tanya Yerim dengan mata mendelik dan terlihat tidak suka.

"Apa kamu harus menyebut nama lengkapnya, Yerim? Seniman asal Jepang ingin mengadakan pameran berskala Asia di Artseoul dan aku butuh maskot untuk Artseoul," jelas Jungkook.

Yerim pun menatap Jungkook dengan kesal. "Sejak kapan Artseoul harus memakai maskot produk Jepang? Apa model asal Seoul sudah tidak pantas untuk jadi perwakilan negaranya sendiri, ya? Itu Artseoul, bukan milik negeri sana," balas Yerim sarkastis.

Jungkook hanya tertawa dan mengambil tas kerjanya yang diletakkan di samping rak sepatu. Lalu, pria tersebut berjalan meninggalkan apartemen mereka. Berdebat dengan Yerim memang tidak akan menemui ujung. Wanita mungil tersebut memang keras kepala dan suka mempertahankan egonya, setidaknya seperti itulah pandangan Jungkook selama tinggal bersama Yerim enam bulan ini.

Sepuluh menit setelah mobil Maserati miliknya keluar dari basement apartemen mereka, telepon genggam Jungkook bergetar, lalu ia mengangkatnya. "Halo, Pa."

"Ini Mama, Jungkook. Kapan kamu ke rumah?" tanya sebuah suara di seberang sana.

Jungkook menjauhkan telepon genggamnya dan menatap layar ponselnya yang menampilkan nama kontak ayahnya. "Mama sudah pulang dari Jerman?" tanya Jungkook lagi kepada Seoyeon, ibunya.

"Sudah dan Mama juga akan membawamu pulang ke rumah. Kamu masih tinggal bersama dia, Jungkook?" tanya Seoyeon lagi dengan nada suara yang kali ini terdengar sedikit meninggi.

"Aku dan Yerim baik-baik saja, Ma," balas Jungkook sedikit memelas. Padahal hari ini dirinya baru saja berdebat lagi dengan Yerim.

"Kamu baik-baik saja, tetapi keluargamu tidak baik-baik, Jungkook. Pulang ke rumah dan Mama akan mengenalkanmu pada putri Dokter Park, kepala Departemen Orthopedi dan Traumatologi di Jeon's Medical Center. Ini semua agar tidak ada kesalahan lagi, Jungkook," jelas Seoyeon lagi seolah memberikan titah tidak terbantah kepada Jungkook.

"Yerim tidak pernah menjadi kesalahan, Ma."

"Bagi keluarga kita, Yerim adalah kesalahan. Ikuti kata Mama kalau kamu masih ingin menjadi bagian keluarga." Seoyeon menutup sambungan telepon mereka secara sepihak setelah menyelesaikan kalimatnya kepada Jungkook.

More Than GravityTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon