BAB 30

2.8K 479 69
                                    

T h i r t y

- More Than A Clarity -

Hujan di akhir musim gugur selalu membawa perasaan asing. Rintik-rintik airnya membasahi kaca jendela mobil membentuk butiran-butiran air. Berhasil mengalirkan rasa dingin saat jari-jari Yerim menyentuh permukaan jendela tersebut.

Pikiran Yerim berkelana. Bergeming setelah mendengar cerita Seungho lima belas menit yang lalu. Jungkook memang akhir-akhir ini semakin sering menemuinya. Kadang datang tiba-tiba, lalu di hari lainnya selalu memaksa untuk bertemu.

Alasannya?

Bukankah ini yang biasa dilakukan oleh seorang teman?

Yerim tahu Jungkook melakukannya bukan karena perasaan. Pria itu menjadi kompulsif atau bersifat memaksa. Bahkan Yerim semakin yakin dengan arti perilaku Jungkook selama ini.

"Jungkook tidak mememuiku sama sekali selama satu hari penuh," ucap Yerim membuka percakapan mereka. "Bagaimana kalau dia tiba-tiba marah?"

Seungho sedikit meringis mendengar suara serak Yerim. Hampir empat jam Yerim menangis di ruangan Sooyoung sore tadi. Hingga kedua matanya begitu sembab, bahkan hidungnya masih merah. Penampilannya pun sangat kacau, sehingga tadi Sooyoung harus mengompres kedua kelopak dan bagian bawah mata Yerim.

"Aku sudah beritahu Wonwoo," jawab Seungho. Lalu memutar kemudi ke kiri, melewati lampu lalu lintas yang berwarna merah. "Paginya Jungkook latihan, setelah itu Hanbin mengajak Jungkook menonton baseball hingga sore. Malam ini Jungkook ada di rumahnya karena Nyonya Jeon tiba-tiba demam setelah pulang dari JMC tadi. Dokter Jeon meminta kedua putranya pulang."

Yerim terdiam mendengar Seungho. Wanita itu memandang lekat langit kelam. Semua tahu, bahkan Seoyeon tahu. Namun, hanya Yerim yang tidak sadar. Padahal Jungkook ada di dekatnya beberapa minggu ini. Mengapa Yerim tidak bisa menebak perilaku Jungkook? Bodoh! Ia terlalu bahagia belakangan ini.

Atau mungkin, hanya pura-pura bahagia agar semuanya terlihat baik-baik saja?

Gedung tinggi tampak gemerlap, sedangkan jalan aspal yang hitam sedikit mengilap karena genangan air hujan memantulkan cahaya lampu-lampu dari gedung. Helaan napas keluar dari bibir Yerim begitu saja, sengaja diembuskan pada kaca jendela mobil.

"Aku ingin kamu tahu, Seungho." Yerim mengukir inisial nama dari embun napasnya yang menempel di jendela mobil. "Tentang apa yang aku takutkan dan yang aku khawatirkan."

Seungho melirik Yerim dari ujung matanya. Kening pria itu sedikit berkerut mendengar perkataan Yerim. "Jangan dipaksa. Semua butuh proses. Kamu hari ini sudah bekerja keras."

Yerim tersenyum lirih menggelengkan kepalanya. Menurut Yerim, apa yang ia lakukan ini belum cukup. Jika dari awal Yerim sudah tahu keadaannya, mungkin menjauh dari Jungkook adalah langkah terbaik.

Bukankah mereka bilang salah satu penanganan yang tepat adalah menjauhkan subjek dari hal-hal yang berhubungan dengan objek obsesinya?

Yerim ingin sekali menertawakan dirinya sendiri. Jadi, selama ini Yerim hanya objek? Jungkook sadar, tetapi ia memilih diam. Jungkook tahu, tetapi ia tidak mau menjadi lebih baik. Malah pria itu kembali datang untuk menyeret Yerim.

Seketika Yerim membenci dirinya sendiri. Ia terlalu bodoh untuk menyadarinya. Betapa aneh dan lucu. Sangat konyol.

Suasana mobil kembali hening. Yerim cukup merasa lelah, baik fisik maupun bagian dirinya yang lain. Diam pun mengisi kekosongan di antara mereka selama hampir sepuluh menit.

More Than GravityNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ