7. Dari Donat Kentang Turun ke Nastar

12.9K 1.1K 33
                                    

Semenjak aku pindah ke rumah keluarga Salendra, aku menuruti nasehat yang diberikan budhe sebelum aku pindah ke rumah itu. Tiap hari aku bangun jam 5 lalu mandi kemudian jam setengah 6 turun ke dapur untuk membantu cuci piring atau memotong sayuran. Biasanya jam segitu mbak Ratih sudah berada di dapur lebih dulu berkutat dengan bahan makanan.

Karena aku tak bisa memasak, aku mengajukan diri untuk mencuci piring, panci atau sayur. Kadang membantu untuk memotong sayuran atau mengupas bawang. Kadang juga aku menawarkan diri jadi "pesuruh". Maksudnya jika ada bahan yang kurang, aku yang akan pergi membelinya.

Pertanyaanku mengenai rumah itu yang dulu hanya mempekerjakan seorang ART sedikit banyak terjawab. Urusan membersihkan rumah dulu itu tugas budhe tapi semenjak aku tinggal di sana, itu jadi tugas bersama. Padahal aku sebenarnya tak keberatan kalaupun memang harus membersihkan rumah itu. Toh budhe biasanya menggunakan vacuum cleaner. Lalu untuk urusan memasak, itu sudah jadi urusan mbak Ratih. Dia yang paling pintar memasak. Semua masakan rumah bisa ia buat dan semua rasanya luar biasa enak! Lalu ingat dulu aku pernah berkata kalau rumah itu punya taman yang asri dan rapi? Itu semua karena jasa mbak Rini. Dia hobi berkebun. Semua tanaman di sana terawat.

Selama lima bulan pertama aku menikah dengan mas Bara, aku baik-baik saja. Dalam artian kami tak pernah berselisih paham. Bagaimana bisa berselisih jika bertemu saja jarang? Tiap mas Bara pulang bekerja, aku sudah bangun dan berkecimpung di dapur. Dia biasanya langsung mandi dan tidur seharian. Lalu sorenya baru bangun, sesekali mengajak Roxy untuk jogging lalu latihan calisthenics di samping rumah. Setelah itu ia mandi lalu pergi bekerja.

Saat itu, semua lebih terasa seperti aku menumpang di rumah keluarga Salendra. Aku diterima tapi merasa asing. Tapi keramahan mbak Ratih membuat hatiku menghangat. Mbak Ayu mungkin terlihat judes. Dia juga suka blak-blakan. Tapi aku tau dia pribadi yang peduli dengan sekitarnya. Sementara mbak Rini, dia orang yang pendiam, saat mbak Ayu dengan antusias bercerita tentang skandal terbaru seorang artis atau menceritakan gosip murah yang beredar di komplek, mbak Rini lebih suka diam dan mendengarkan, kadang hanya menanggapi dengan senyuman. Berada di tengah-tengah ketiga wanita itu membuatku merasa menemukan teman baru.

Sedangkan hubunganku dengan mas Bara...yah begitulah. Kami berbagi kamar yang sama, ranjang yang sama tapi tak pernah benar-benar tidur bersama. Selama lima bulan itu tak seujung rambutpun ia menyentuhku. Jikapun kami bertatap muka, aku hanya tersenyum tipis, mengangguk lalu berlalu dari hadapannya. Mas Bara juga demikian. Hanya melihatku sekilas dan mengangguk lalu melanjutkan kegiatannya. Kami tak pernah mengobrol. Tak ada kontak apapun di antara kami. Aku hampir tak melakukan apapun untuk pantas disebut sebagai istrinya. Kecuali jika dengan menyiapkan baju ganti dan mencuci baju kotornya bisa dianggap sebagai memenuhi kewajiban sebagai seorang istri, maka aku sudah melaksanakannya dengan baik.

Oh aku hampir lupa, selama lima bulan pertama pernikahanku dengan mas Bara, ia memang tak menyentuhku sama sekali, tapi aku tahu dia mencari pelampiasannya di luar. Aku tahu karena saat itu beberapa kali aku melihat bekas merah ke unguan di tubuhnya. Aku memang awam untuk urusan hal tersebut, tapi aku tidak polos. Aku tahu itu bekas cumbuan. Aku tak keberatan. Sungguh. Aku tahu ia pria normal. Aku tahu dia punya kebutuhan biologis yang harus dipenuhi.

Mm...aku sebenarnya tak sepintar itu, jujur saja aku awalnya tak berpikir mas Bara mencari pelampiasan di luar. Bagaimana ya aku mengatakannya? Begini, ingat waktu aku katakan mbak Ratih tak mengungkap apa pekerjaan mas Bara? Jujur saja waktu itu, saat melihat bekas cumbuan itu, aku kira mas Bara bekerja sebagai gigolo. Oh Tuhan, maafkan aku. Aku tahu itu pemikiran yang bodoh! Tapi coba saja pikir, saat itu aku baru saja masuk dalam lingkup keluarga itu. Mas Bara dan aku tak pernah berkomunikasi, lalu jam kerja mas Bara yang aneh, pergi malam pulang pagi, belum lagi hampir tiap pagi aku melihat bekas cumbuan yang berbeda di beberapa bagian tubuhnya.

KiranaOnde histórias criam vida. Descubra agora