Empat Belas

273K 15K 969
                                    

"Ambil

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Ambil. Obat. James." Desis Devano lagi, karena James yang kurang menanggapi perintahnya. James tergeragap, tergesa ia ke bagian belakang mobil, mengambil kotak obat yang selalu tersedia di bagasi, lalu memberikannya pada Devano.

"Apa sebenarnya pekerjaanmu ini!!" bentak Devano.

James membungkuk. "Maafkan saya, Tuan Muda."

"Nanti,James."

"Dev,bukan salah James. Tadi aku kepentok pintu toilet." Ujar nayra pelan, sambil menarik ujung kemeja Devano. Tapi perhatian Devano tidak teralih, cowok itu masih sibuk dengan botol obat dan kapas.

"Buka mulut."

Nayra mematuhi perintah. Membuka mulutnya, kedua tangannya meremas ujung kemeja Devano saat perih menyengat luka di sudut bibirnya. Pelan-pelan Devano mengobati luka disudut bibirnya. Sementara tangan satunya menahan dagu Nayra agar terus mendongak padanya.

Jarak wajah mereka sangat dekat. Nayra bisa merasakan napas Devano yang memburu menerpa wajahnya disaat rahang cowok itu mengeras.

Saat selesai Devano menaruh peralatan itu sembarangan, yang langsung dibereskan oleh James.

Dipandanginya wajah Nayra sambil mengelus pipi Nayra yang masih meninggalkan rona merah.

"Sakit?"

Nayra mengangguk jujur.

"Kenapa?"

"Kepentok pintu." lirih Nayra mengalihkan pandangan kearah lain.

Devano diam. Takut - takut Nayra kembali menatap mata Devano yang tetap memandangnya lekat-lekat. Selama semenit penuh Devano tetap memandangnya, Nayra tau Devano kembali menyelam ke kedalaman matanya. Membaca apakah Nayra jujur atau berbohong. Nayra tau Devano selalu tahu kapan ia berbohong tapi kemudian cowok itu menghela napas lalu memajukan wajahnya untuk memberi kecupan singkat tepat dibibir Nayra yang luka.

"Pahit?"

Nayra mengangguk lalu menubruk Devano dengan pelukan erat dipinggangnya. Mengubur wajahnya diperut Devano yang wangi.

Mengelus rambut Nayra dengan lembut, Devano berbisik. "Aku hanya perlu tau siapa. Dan aku akan menemukannya."

"Jangan." Nayra mengeratkan pelukannya. "Please. Kali ini aja, dia gak maksud jahat. Ini gak sengaja."

"Jadi bukan kepentok pintu."

Nayra menegang. "Dev, please."

Di sudut parkiran, dibalik tembok,Cecilia menyaksikan itu semua. Air matanya bercucuran. Dirinya mengalami patah hati hebat, tidak seperti biasanya, kali ini Cecilia tidak berdaya,mengetahui kalau saingannya jauh lebih unggul dari pada dirinya. Cecilia telah kalah.

****

Setelah membaca pesan penting di handphonenya Nauval kembali mengantongi benda pipih itu. Dia harus segera pulang.

DEVNAY (Telah Terbit)Where stories live. Discover now