Empat Puluh Empat : Sad Drama

141K 10.4K 1.6K
                                    

*Dimana pun kalian semoga kalian membaca Devnay dalam kondisi sehat wal'afiat. Amin*

.
.
.

Venesia kembali menaikkan masker untuk menutupi wajah nya saat beberapa pasien memandanginya.

Beberapa waktu yang lalu ia kesini, ia masih mendapati tatapan kagum dari orang-orang berseragam biru itu tapi kini sebagian besar dari mereka menatapnya kasihan.

Dia kesini untuk bertemu seseorang,atas permintaan Mommy nya yang kini sedang pergi mencari minuman hangat.

Venesia mengangkat wajahnya saat seseorang berdiri di depannya.

"Dean."

Sosok didepannya sudah tidak menggunakan kursi roda,dan rona wajahnya tidak sepucat dulu.

"Gue denger dari perawat lo kesini."

Venesia tersenyum miring. "Oh ya?"

"Ada apa?"

Mata Venesia menerawang. "Gue ngga ada tujuan lain."

Setelah berita itu tersebar di seluruh televisi,Venesia sempat masuk sekolah sekali,dan orang-orang benar-benar menjauhi nya seperti wabah.

"Venes gue pengen ngomong sesuatu sama lo. Kali ini gue pengen banget lo percaya sama gue."

Venesia menunggu ucapan Dean dalam diam,memangnya kapan Venesia tidak mempercayai cowok itu? Bahkan ketika Dean mengatakan semua hal - hal gila tentang penyakit menular nya Venesia yang awalnya menyangkal nya tetap saja mempercayai Dean.

"Devano.. Devano cuma pengen lo ngedapet hukuman lo."

"Lo bisa liat sekarang Dean,Devano udah dapetin keinginan nya kan? Gue udah hancur."

"Iya tapi.. tapi bukan itu." Dean terlihat celingak celinguk ke koridor rumah sakit.

"Devano  cuma pengen lo tau kalo gue nularin penyakit ini atas suruhan dia."

Okey sebenarnya kemana arah tujuan omongan cowok ini?

"Gue gak tau kenapa gue harus ngomong ini sama lo, gue hanya gak bisa tenang kalo ngga jujur,gue berharap lo percaya gue."

"Jadi inti omong kosong lo ini apa,Dean? Gue udah cukup pusing."

"Sebenernya gue curiga kalo lo udah tertular sejak you know one night stand pertama kita. Devano cuma nyuruh gue pastiin lo tau kalo dia ada dibalik gue, dia pengen lo beranggapan begitu tapi.." Dean kembali menoleh kebelakang nya,koridor yang sepi. "Tapi gue cukup terbebani,gue rasa disini gue yang paling jahat,malam kedua ketiga itu pure karena keegoisan gue,gue pikir toh lo mungkin udah tertular jadi nggak ada beda nya."

Drama apalagi ini? Mana yang harus ia percayai sekarang? Apa Devano menciptakan panggung untuknya,agar bisa mempermainkannya seperti boneka? Apa Devano kali ini menyuruh Dean agar seolah Devano tidak sejahat kelihatannya?

Tanpa terasa air mata Venesia menetes satu persatu,andai saja ia tidak tidur yang kedua atau ketiga kalinya dengan Dean apa sebenar nya dia aman? Venesia mulai menyesali kenapa ia begitu mudahnya di ajak ke atas tempat tidur.

Dean menggenggam tangan Venesia. "Venes gue pengen lo diobatin,Devano atau Nayra pasti bakal nawarin lo pengobatan. Gue kenal lo,dengan dengar penjelasan gue,gue pengen lo terima andai Devano nawarin sesuatu sama lo."

Devano menawarkan sesuatu padanya? Yang benar saja Dean,Venesia bahkan datang ke rumah sakit ini atas permintaan Mommy nya karena Mommy nya ingin ia mengemis untuk pengobatan terbaik.

Karena tiba-tiba saja kartu-kartu di dompet nya tidak bisa di gunakan,jelas saja kartu-kartu itu pemberian Revan Salvatore. Sementara semua kontrak modelling dan iklan iklan nya memutuskan kontrak sepihak.

DEVNAY (Telah Terbit)Where stories live. Discover now