The Terror Of Two Worlds-Just Dream

1.4K 100 3
                                    

Puk. Puk. Puk.

"Honey?" Panggil seseorang sambil menepuk pelan pipi gadis itu. "Hei, bangun.." Panik nya. Gadis itu terus saja mengeluarkan air matanya. Meskipun matanya dalam kondisi tertutup.

"Deagra? Kau dengar aku? Bangunlah. Apapun mimpimu, itu hanya kebohongan. Tidak ada yang bisa menyakitimu disana. Ayo, bangun."

Tidak sia-sia ucapan pria itu. Alhasil Deagra terbangun dari bunga tidur yang cukup membuat dadanya sesak. "Lucas?" Panggil Deagra.

Lucas meraih kepala Deagra dan meletakkan nya di dada nya. "Iya, aku disini. Jangan takut. Itu hanya mimpi."

"Aku dimana?"

"Kau berada di ruang kesehatan pengadilan Jakarta." Jawab Lucas.

Tiba-tiba Deagra beranjak dari kasurnya dan berlari keluar menuju ruang persidangan teman-temannya.

Dia ingin melihat orang itu. Orang yang duduk di bangku belakang.

Deagra mendorong pintu, sehingga menampakan seorang terdakwah. Dan itu bukan salah satu dari temannya. Matanya langsung beralih ke bangku belakang. Ada seorang pria duduk dengan kepala menunduk.

Deagra meraih bahu orang itu. Sontak dia menoleh. Betapa kecewanya Deagra tidak menemukan apa yang ia cari. Orang itu bukan dia.

"Maaf, apakah anda duduk disini sedari tadi?"

"Oh, tidak nona. Aku duduk di sini karena seseorang memintaku untuk menjaga bangku ini. Dia akan kembali beberapa dalam beberapa menit lagi."

Seketika.. Harapan muncul. Deagra mendaratkan pantat nya ke bangku yang berada di sebelah orang itu.

Pandangan nya lurus ke depan. Jiwanya disana, tapi tidak dengan pikirannya. Ia memikirkan hal yang ingin ia lakukan bersama nya, ketika ia sudah kembali dan duduk di sebelahnya.

terus berharap, tanpa memikirkan. Hmmm, apa kah dia yakin orang yang ia lihat dalam sekilas itu adalah orang yang ia tunggu kedatangannya?

Tidak, Deagra tidak memikirkan hal itu.

"Permisi, tuan." Suara bariton terdengar di telinga Deagra. Familiar dan memacu detak jantungnya.

"Terima kasih sudah menjaga tempat duduk ku. Karena di bangku ini aku bisa melihat ayahku yang duduk disana." Tunjuk pria itu ke arah kursi terdakwah.

"Dia memiliki seorang ayah? Bukankah Wildan..."

Runtuh seketika. Dengan berani Deagra menoleh ke arah suara bariton itu.

Bukan.. itu bukan dia. Sekali lagi, itu bukan Wildan.

Bibir ranum Deagra mengatup. Dia sudah tidak ingin mengeluarkan kata apapun. Saat yang ia tunggu tidak sesuai dengan harapan. Deagra berjalan keluar. Dan bertemu dengan Lucas, tetap dengan raut wajah yang selalu mencemaskan dirinya. "Dea.." Lirih Lucas sambil memeluk gadis itu.

Mungkin sudah saatnya dia mengubur memori indah itu. Dan melupakan nya. Sudah saatnya dia bangkit dan mulai membuka hati untuk pria yang selalu ada dan mencemaskan dirinya itu... Lucas Alexander.

TbC....

Stay or DieDonde viven las historias. Descúbrelo ahora