The Last Mystery 19

592 31 1
                                    

Gadis berusia 19 tahun itu berlari menyusuri koridor rumah sakit. Sesampainya di depan ruangan yang ingin ia kunjungi, ia segera membuka pintu itu.

"Ketemu juga akhir--nya." ia mencoba menstabilkan nafasnya yang menderu. "Huff." matanya beralih ke sosok gadis yang baru bangun dari komanya. "Kau sudah sadar?" tanya Eldira.

Deagra mengangguk, sembari tersenyum. "Iya."

Matanya beralih lagi ke Wildan yang sekarang sudah berdiri disamping ranjang Deagra, "Hei kau! Kenapa kau bisa menghilang begitu saja setelah aku menunjukan kode itu kepadamu. Aku susah payah mencarimu, akhirnya ketemu juga disini." ujar Eldira kesal.

Deagra dibuat tersenyum dengan keluhan gadis manis berseragam seorang perawat itu. Ingin rasanya ia mengatakan bahwa Wildan adalah makhluk gaib yang bisa melakukan banyak hal sesuka hatinya.

Pintu kamar mandi terbuka dari dalam. Sosok Lucas muncul, ekspresi heran langsung tergambar di wajah tampan nya, "Kau? Kenapa tiba-tiba ada disini?" tatapannya mengarah ke Wildan. Lucas bahkan hampir lupa siapa Wildan itu. "Oh iya. Aku mengerti." ujarnya kemudian.

Eldira menghela nafas, "Wildan, soal kode itu. Firasat ku mengatakan bahwa itu nama dari seseorang yang telah menyuruh Dr. Rei untuk membunuh Dea."

"Kode apa?" tanya Deagra. "Apa masih ada orang yang ingin aku mati?"

Eldira memberikan isyarat kepada Wildan untuk mengatakan yang telah terjadi selama ia koma, begitupun Lucas, ia menunggu Wildan menceritakan nya.


Cukup panjang Wildan menjelaskan se-detail mungkin kepada mereka. Dan akhirnya mendapatkan anggukan paham dari Lucas. Namun tidak Deagra. Deagra kembali mengingat kejadian yang terjadi padanya. "Jadi aku terjebak di dalam khayalan ku sendiri, karena Dr. Rei? dan jika tubuhku di suntik terus menerus oleh cairan itu, kemungkinan aku sudah tiada saat ini?"

Wildan mengiyakan.

Deagra menyentuh dahinya, "sepertinya orang itu sungguh menginginkan kematian ku." ujar Dea.

Suasana hening seketika. Tak berapa lama, Lucas membuka suara, "Boleh aku lihat kode itu?" pintanya. Eldira segera menunjukan layar ponsel nya ke Lucas.

Lucas mengambil sebuah pulpen di saku tasnya, kemudian mencatat kode itu ditangan nya. "Aku akan berusaha memecahkan kode in untuk memastikan dugaan ku benar atau tidak." ujar Lucas. Ia memiliki dugaan tersendiri siapa yang berada di balik semua ini. Lucas pergi dari ruangan itu.

Suasana kembali hening, namun tak bertahan begitu lama. Eldira berdehem, tangannya mengusap lehernya pelan. "Sebenarnya, mudah saja memecahkan kode-kode seperti ini. Jika kita memberikan kepada orang yang ahli di bidang ini."

"Apa kau tau orangnya?" tanya Deagra.

"Walau aku benci untuk menemuinya, tapi aku akan mencoba untuk memintanya memecahkan kode ini." ujar Eldira pasti.

***


Eldira berdiri di depan sebuah toko sepatu, sendirian dimalam hari. Meskipun ramai oleh pejalan kaki, Eldira merasa tak nyaman dan risih. Karena sepanjang mata memandang sosok yang ia tunggu belum muncul juga.

"Aku kira kau sudah tidak ingin bertemu dengan ku lagi." suara bariton milik seorang pria terdengar jelas ditelinga Eldira.

"Jika aku tidak butuh, tidak mungkin aku meminta mu untuk datang." ujar Eldira.

"Owh, begitu? Baiklah. Aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. Mungkin lain kali aku bisa membantumu, atau menunggu waktu luang." ujarnya kemudian berbalik badan.

Inilah yang dibenci Eldira ketika ia bertemu lagi dengan pria itu. Eldira mengepal tangannya erat, sungguh ia tidak suka dengan sikap sok tidak perduli milik pria itu, "Gery!" panggilnya.

Dengan malas pria dengan nama Gery itu berbalik badan. "Ada apa lagi? Sudah aku bilang,"

"Baiklah. Aku minta maaf atas perlakuan ku kepada mu saat itu." mata Eldira tampak berkaca-kaca. Dia pernah berjanji tidak akan meminta maaf sebelum Gery yang melakukan nya. Ia juga berjanji untuk tidak menemui Gery, sebelum Gery meminta maaf. Namun, sekarang ia mengingkari janji sendiri.

Gery berjalan mendekat ke arah Eldira, "apa yang membuat mu bisa mengingkari janji sendiri, hm? Sekuat itu kah hal itu, hingga kau mengingkari nya?"

Eldira menggigit bibir bawahnya, "Ya, aku akui aku mengingkari nya untuk menyelamatkan hidup seseorang. Kurang baik apa lagi aku? Aku bahkan rela meminta mu untuk bertemu."

"Kalau begitu jangan pernah berjanji seperti itu lagi." ujar Gery. "Aku juga merasa sakit kau berkata seperti itu. tak ingin menemuiku, tak ingin melihatku, dan menganggap ku tidak pernah ada di hidupmu."

Eldira mengangguk pelan, "Aku meminta mu kesini, bukan untuk membahas masa lalu. Soal itu, anggap saja aku menyesal."

"Baiklah, aku setuju dengan mu. Apa yang bisa aku bantu?" tanyanya menaikan sebelah alis.

Eldira menunjukan layar ponsel nya ke depan wajah pria itu. "Kode?" tanyanya menaikan sebelah alisnya.

"Menurutmu apa?"

Pria itu mengambil ponsel milik Eldira, ia tampak tertarik dengan hal itu. "Kenapa kau menunjukannya kepadaku?"

"Bukankah kau seorang detektif? Harusnya kau mengerti apa maksud ku."

"Memecahkannya?"

Eldira mengangguk.

"Baiklah ikut aku." ujar Gery.

***

Next part>>

Stay or DieWhere stories live. Discover now