The Last Mystery 10

654 33 2
                                    


Deagra membuka matanya segera, entah berapa lama ia tertidur. Terakhir ia ingat, Wildan mengumumkan kabar bahagia itu, lalu mencium dahinya didepan banyak orang.

Matanya berkedip beberapa kali, memastikan ia benar sudah bangun dari tidur. Tapi, kenapa tetap tidak berubah?

Kayu rapuh, cat dinding kusam, tidak ada cahaya masuk melalui lubang ventilasi, sarang laba-laba seakan menjadi tuan rumah disini. Deagra menyadari satu hal, "aku berada dimana?" Tanyanya sendiri.

"Dimana Wildan? Kenapa dia meninggalkanku disini sendirian? Bukankah malam kemarin aku masih dirumahnya?"

Salah. Hingga saat ini, Deagra masih dirumah Wildan. Ya, rumah Wildan. Hanya saja Deagra tak menyadarinya. Seperti nya ia mulai lupa dengan kenyataannya;

Deagra masih terbaring seperti hari hari sebelumnya. Tidak ada hal yang menunjukan bahwa ia sadar.

Beberapa detik kemudian. Jarinya bergerak lemah, diikuti telapak tangannya yang terangkat perlahan, menunjukan bahwa dia sempat sadar saat itu, namun reaksi itu tidak lama, tangannya kembali jatuh, dan sekarang berada di atas tangan Wildan yang tertidur disampingnya.

Wildan, tidak tau sejak kapan ia berada di tempat ini. Beberapa menit yang lalu?

"Woe, bro. Selamat ya!"

Selamat untuk apa?

Wildan hanya membalas dengan tatapan heran.

"Malam tadi, acara yang luar biasa bagi pria seperti mu. Aku tak menyangka, kau bisa mendapatkan gadis secantik dia, aku saja iri.." ujar temannya.

Wildan hanya tersenyum. Otaknya mengolah apa yang sedang terjadi dihadapannya. Tak lama ia pamit untuk pulang kepada teman-temannya.

Keluar dari cafe itu, ia melihat jalanan ramai dilewati orang berlalu lalang dengan berjalan kaki. Wildan bergabung dengan keramaian sambil berjalan santai, sesekali ia menyentuh bahu orang yang berpapasan dengan dirinya. "Disini, aku hidup." gumamnya pelan.

***

Keesokan harinya Lucas mencari keberadaan Sarah.

"AAAAKHH!!"

Lagi dan lagi. teriakan itu memenuhi koridor, para murid lantai dua berhamburan, dengan ekspresi ketakutan, turun dari tangga, dilihat dari orang-orangnya, kebanyakan dari mereka berasal dari ruang kelas XII B Photograph, namun ada juga dari kelas lain, dan itu dia... Sarah. Ia ikut berlari dengan ekspresi ketakutan. "Sarah?" gumamnya. Sarah menoleh, Lucas pun menatap Sarah dengan tajam penuh kecurigaan. Hal itu terjadi beberapa detik, setelah itu Sarah menghilang bergabung dengan keramaian para siswa.


Lucas menarik salah satu siswi dan menanyakan apa yang terjadi. "Te-te-teror itu lagi, tikus-tikus dan iiihh tulisan dari da-da-darah.." ujar gadis itu gugup dengan suara gemetaran.

"Kali ini di XII B," gumam Lucas. Alisnya terangkat pelan. "Jika kemarin XII A. Kemungkinan besok teror itu berada di kelas XII C!" Simpul Lucas. Ya, XII C Photograph. Kelas XII terakhir dari jurusan Photograph yang berada di ujung, jauh dari tangga.


Lucas pergi menuju ruang pemantau CCTV. Sama seperti kemarin, CCTV diruangan itu dirusak oleh pelaku. Begitupun beberapa CCTV yang lainnya. Tapi ada yang mengganjal, CCTV utama tidak di rusak. Bagaimana pelaku bisa masuk ke dalam ruang kelas, jika CCTV itu adalah CCTV yang mengawasi jalan masuk sekaligus keluar gedung sekolah, alias hanya satu jalan.

"Lalu lewat mana dia?"

Perlahan senyum Lucas mengembang seraya berkata, "I Catch You!"

Dddrttt...

Ponsel Lucas bergetar, ia mendapatkan pesan dari seseorang. Segera ia menjauh dari ruang CCTV itu, ia menuju ruang kelas, mengambil tas nya lalu pergi meninggalkan sekolah itu, melewati jalan rahasia yang sering digunakannya untuk bolos saat ia masih kelas sebelas dulu.

Stay or DieWhere stories live. Discover now