+3 : Dara Sayang Sama Mama?

180K 18.6K 554
                                    

Mulmed : Adara Darra.
**

Oke! Dara tahu kalau harga dirinya sudah terhempas sampai ke titik tidak tertolong karena setoples kue kacang yang mengalihkan perhatiannya. Ia juga sadar kalau IP dan IPK yang tidak pernah kurang dari 3,5 tidak akan menyelamatkan harga dirinya, karena justru membuat Nendra semakin bersemangat untuk tertawa terpingkal-pingkal. Tapi bagaimana mungkin Dara bisa menduga kalau dirinya yang akan dijodohkan? Demi Tuhan, bukan hanya sehari atau dua hari, melainkan sudah bertahun-tahun ia menunjukkan gelagat tidak tertarik pada kehidupan pernikahan. Itu kenapa tidak pernah terbersit sedikit pun di dalam benaknya, kalau ia yang akan dijadikan tumbal dalam perjodohan konyol ini.

"Dara nggak percaya kalau Mama tega ngelakuin ini!"

"Loh? Kok malah marah-marah? Bukannya kamu sendiri yang kemarin minta dijodohkan?"

"Itu sarkas Ma!" Tegas Dara kesal, "Itu sindiran karena Dara kesal sama Mama!"

"Suaranya boleh tolong diturunkan sedikit?"

Teguran dari Andra membuat Dara memijat kening lantas mulai merengek, "Ma? Please?"

"Please apalagi sekarang?" Sang Ibu mengomel sambil menyuapi Ara yang adalah anak pertama Andra.

"Dara nggak mau dijodohkan dengan El."

"Eh? Nggak sopan!" Nendra menegur dari tempat duduknya, "El itu bahkan lebih tua daripada Mas. Kalau bukan karena calon adik ipar, mana mungkin Mas manggil dia dengan nama aja."

"Maksudnya Dara harus manggil Mas ke dia? Ih, najis!"

"Gimana perasaan kamu kalau Mbak Nindy manggil Mas dengan nama aja?"

"Eh?"

"Nggak sopan kan?" Balas Nendra lagi, "Padahal Mbak kamu itu lebih tua beberapa bulan daripada Mas, tapi dia nggak pernah manggil Mas hanya dengan nama, bahkan waktu kami masih pacaran. Masa bocah bau kencur kayak kamu nggak bisa sopan sama El?"

"Intinya Dara nggak mau dijodohkan dengan E.. Ma.. Mas El!"

"Dicoba dulu kenapa sih Dek?" Andra bertanya dengan nada sabar, "Mama itu kan cuma minta kalian kenalan, bukannya langsung nikah dalam waktu tiga Minggu ke depan. Lagipula dia terlihat baik kok."

"Mas cuma pernah ketemu sekali dengan dia, jadi dari mana bisa langsung menyimpulkan kalau dia baik?" Tantang Dara tak terima El dipuji di depan hidungnya, "Lagipula dia udah tua Mas! Bahkan lebih tua daripada Mas Nendra. Udah bau tanah!"

"Berarti Mas juga udah bau tanah dong?"

"Eh?"

"Mas kan lebih tua daripada calon suami kamu itu. Berarti Mas udah bau tanah kan?"

"Dia bukan calon suami Dara!"

Nendra geleng-geleng kepala melihat tingkah adiknya, kemudian bertanya, "Kamu punya pacar?"

"Nggak."

"Ya udah, apa salahnya kenalan dengan El?"

"Jadi karena Dara nggak punya pacar, Dara harus mau disuruh kenalan dengan semua anak teman Mama? Diobral kayak barang nggak laku. Gitu?"

"Memangnya udah berapa kali Mama ngenalin anak temannya sama kamu?" Dara terdiam dan Nendra melanjutkan kalimatnya, "Sebenarnya Mas heran karena terakhir kali merajuk, kamu nuduh kalau Mama nggak sayang dan nggak mau ngertiin kamu. Tapi sepanjang penglihatan Mas, kamu juga nggak mau ngertiin perasaan Mama yang peduli sama masa depan kamu. Kalau kamu nggak mau kenalan dengan El, ya udah, nggak usah. Tapi coba tanya ke diri kamu sendiri, sebenarnya Mama yang nggak sayang sama kamu? Atau kamu yang nggak sayang sama Mama?"

Kedua mata Dara sudah panas ketika menjawab, "Cuma karena Dara nggak mau dijodohkan, bukan berarti Dara nggak sayang sama Mama!"

Nendra menghela napas kemudian mendekati Dara dan meletakkan tangan di bahu kedua adiknya itu, "Seperti yang dibilang Mas Andra tadi, kenapa nggak dicoba dulu? Kamu cuma diminta mencoba, bukan menikah sekarang juga. Kamu juga nggak punya pacar, jadi nggak ada alasan buat nolak permintaan Mama ini. Tapi kalaupun kamu tetap berniat untuk menolak, setidaknya kamu bisa menolak dengan cara yang lebih lembut, dan bukannya membentak-bentak Mama. Iya kan?"

Napas Dara sesak karena ucapan panjang lebar itu. Ia belum berhasil mengeluarkan bantahan ketika Nendra melanjutkan kalimatnya, "Mas Andra loh Dek, udah 32 tahun jadi anak Mama, dan sepanjang 30 tahun kehidupan Mas jadi adeknya, belum pernah sekalipun Mas dengar dia meninggikan suara ke Mama. Mbak Rara dan Mbak Nindy juga nggak pernah. Kamu anak kesayangan kok malah bikin Mama sedih terus?"

Sakit. Ucapan Nendra barusan terasa sakit, sampai Dara tidak sanggup membalasnya.

*

28 + - JessJessica

*

Elliot DDathan Menambahkan Anda Sebagai Teman.

Elliot DDathan : Dara?

Adara Darra : Ya?

Elliot DDathan : Ini El.

Adara Darra : El? Maksudnya Mas Daniel?

Elliot DDathan : Iya.

Elliot DDathan : Besok bisa ketemu?

Dara terduduk sambil mengucek matanya yang sembab karena terlalu lama menangis setelah mendengar ceramah menyakitkan Nendra tadi siang. Sambil berusaha bernapas lewat mulut karena hidungnya tersumbat, gadis itu memeriksa profil El dan menyadari kalau foto yang terpasang di akun yang sekarang sedang mengiriminya pesan, memang benar pria yang tadi siang bertandang ke rumahnya. Kenapa pria ini menghubunginya dan bahkan meminta bertemu? Dan dari siapa El mendapatkan kontaknya? Tidak mungkin asal-asalan menebak, karena Dara tidak menggunakan nama sebagai ID Line-nya.

Adara Darra : Bisa Mas, tapi sore.

Adara Darra : Soalnya kalau siang Dara kerja.

Elliot DDathan : Oke.

Elliot DDathan : Jam berapa dan di mana saya jemput kamu?

"Saya?" Dengus Dara begitu membaca pesan tersebut, "Sok keren banget sih ini cowok?!"

Adara Darra : Ketemuan aja, Mas.

Adara Darra : Soalnya Dara bawa kendaraan ke tempat kerja.

Adara Darra : Nanti repot bolak-balik jemput kendaraan.

Elliot DDathan : Oke.

Elliot DDathan : Kamu tentukan lokasi dan waktunya.

Setelah mengirimkan alamat dan waktu untuk bertemu, Dara langsung menghapus percakapan itu sekaligus menjadikan El sebagai salah satu kontak pertemanannya. Sambil berbaring gadis itu memeluk boneka doraemon kesayangannya, sementara benaknya dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Kenapa El ingin bertemu dengannya? Apa tujuan pria itu sesungguhnya? Kenapa Dara merasa tidak tenang dan gugup? Apakah ia sayang kepada Ibunya?

Dara bahkan tidak mengerti kenapa pertanyaan terakhir itu muncul di benaknya. Yang pasti, keesokan harinya gadis itu terbangun dengan napas tersengal dan tubuh berkeringat karena bermimpi kalau Ibunya meninggal dunia setelah dicekik oleh boneka kesayangannya. Sepertinya perjodohan ini benar-benar membuat Dara tertekan dan hampir sakit jiwa.

**

28+ (Slow Update)Where stories live. Discover now