+4 : Kamu Mau Dijodohkan dengan Saya?

160K 19.4K 746
                                    

        Mulmed : Adara Darra.
**

"Udah lama Mas?"

Sosok yang mengenakan kemeja berlengan panjang yang telah dilipat sampai batas siku itu mengangkat kepala dan tersenyum, "Belum sampai lima menit. Ayo duduk."

Dara mengangguk dan langsung menarik tempat di depan pria itu, "Udah pesan?"

"Belum," Jawab pria itu apa adanya, "Ini pertama kalinya saya makan di sini. Ada rekomendasi?"

"Kepiting saus pedas," Dara memberitahu dengan ekspresi meyakinkan, "Kalau Mas suka ikan, kerapu goreng di sini juara. Sambelnya ada tiga jenis."

"Kalau gitu kita pesan kepiting saus pedas dan kerapu goreng," El mengatakan itu sambil mengangkat kepala dari buku menu, "Ada pesanan lain?"

"Cah kangkung," Dara memberitahu sambil tersenyum, "Dara nggak bisa makan kalau nggak ada sayurnya."

            El mengangguk tanda mengerti, kemudian menyebutkan pesanan pada pelayan yang sabar menunggu. Setelah pelayan tersebut berlalu, El langsung menatap gadis di depannya dan sekali lagi memberinya senyuman, "Makasih karena kamu mau diajak ketemu."

            Sopan. Itu penilaian pertama Dara kepada pria di depannya. Bahkan meski Dara pernah bersikap tidak sopan dengan sibuk menghadapi toples kue kacang, pria di depannya ini tetap memperlakukannya dengan baik. Karena itulah Dara membalas senyuman El dan mengangguk, "Tapi kalau boleh tahu, Mas El dapat kontak Dara dari siapa ya?"

"Dari Nendra," El memberitahu sambil membuka salah satu botol air mineral yang dijejerkan di atas meja, "Dia nggak bilang apa-apa sama kamu?"

"Nggak," Jawab gadis itu apa adanya, "Malah Dara baru tahu kalau Mas El kenal dengan Mas Nene... Mas Nendra maksudnya."

"Dia junior saya waktu masih SMA."

"Oh ya?" Tanggap Dara terkejut, namun dengan cepat mengalihkan percakapan, "Jadi sekarang ini Mas El kerja apa?"

            Mungkin orang lain akan menyebutnya matre, tapi Dara menyebut dirinya realistis. Ia perlu tahu pekerjaan El agar bisa menebak penghasilan pria itu, kemudian membandingkannya dengan penghasilannya sendiri. Dara tidak mau menikah dengan pria berpenghasilan lebih kecil darinya, karena demi Tuhan, ia masih ingin mengoleksi lipstik keluaran terbaru yang diluncurkan anak bungsu salah satu keluarga sosialita Hollywood. Upah minimum kota Batam memang tergolong tinggi dibandingkan beberapa kota lainnya, tapi semua orang tahu kalau biaya hidup di sini tidak murah. Dara tidak ingin kesempatan untuk mengoleksi lipstik hilang dari genggamannya karena alasan menghidupi suami, dan karena itulah ia harus tahu berapa pendapatan El setiap bulannya.

"Saya kerja di bank."

            Hanya itu informasi yang diberikan oleh El dan Dara gatal ingin bertanya lebih lanjut, namun tidak tahu cara untuk melakukannya tanpa membuat El tersinggung. Pada akhirnya gadis itu hanya mengangguk-angguk, sambil membiarkan pelayan memenuhi meja mereka dengan pesanan yang telah tiba.

"Saya minta maaf kalau ucapan saya terdengar kurang sopan, tapi kalau boleh tahu, Dara udah punya pacar?"

            Dara langsung tersedak bumbu kepiting yang pedas karena pertanyaan tanpa basa-basi itu. Dengan cepat gadis itu meraih gelas untuk meredakan batuknya, namun tidak berhasil. Airmata gadis itu sudah keluar ketika El menyodorkan sesendok nasi dengan ekspresi yang menunjukkan kalau nasi adalah cara efektif untuk meredakan penderitaannya saat ini. Dara mengunyah nasi tersebut dengan cepat, menelannya, dan bersyukur karena batuknya benar-benar reda.

"Maaf. Kaget ya?"

Pertanyaan bernada polos itu hampir membuat Dara melemparkan botol air mineral ke kepala pria di hadapannya, namun berhasil menahan diri dan bertanya, "Kalau Mas jadi Dara, kaget nggak?"

Pria itu tertawa, "Saya minta maaf, tapi tetap berharap kamu menjawab pertanyaan saya."

"Nggak punya," Desah gadis itu akhirnya.

El mengangguk tanda paham, "Saya juga nggak punya."

"Memangnya itu penting?" Tanya gadis itu hati-hati.

"Tentu," Jawab El sambil memecahkan cangkang kepiting dengan penjepit yang disediakan, "Nggak mungkin kita menerima rencana perjodohan ini, padahal salah satu di antara kita memiliki pasangan. Benar kan?"

"Ma..Maksudnya Mas El setuju dengan rencana perjodohan orangtua kita?"

"Karena itulah saya menjumpai kamu hari ini," El berkata sambil mengeluarkan daging kepiting dari cangkangnya, "Mama saya ngebet sekali ingin menjadikan kamu menantu, tapi saya nggak bisa menjanjikan apapun karena belum tahu status kamu."

"And then?" Tanya Dara karena El justru sibuk dengan kepiting di tangannya.

"Dan kemudian saya ngajak kamu ketemu untuk memastikan kalau kamu nggak sedang menjalin hubungan dengan siapapun."

"Lalu?"

"Lalu kamu bilang kalau kamu nggak punya pacar."

"Ya terus?!"

"Saya juga nggak punya pacar, jadi saya pikir, kita punya kesempatan untuk mencoba mengabulkan keinginan orangtua kita untuk menjadi besan," Sahut El dengan ekspresi serius, "Menurut kamu gimana?"

            Dara menganga karena tak sanggup menemukan satu katapun untuk diucapkan. Pria di depannya ini.... gila ya?

"Kalau Mas dijodohkan dengan perempuan lain, apa Mas juga akan melakukan hal yang sama seperti sekarang ini?" Tanya Dara setelah berhasil menemukan suaranya, "You know? Ngajak ketemuan dan nanyain statusnya."

El mengangguk dan segera menjelaskan ketika melihat ekspresi tersinggung dari gadis di depannya, "Tapi kamu perlu tahu kalau niat saya untuk menemui kamu bukan hanya untuk kepentingan orangtua kita, melainkan karena saja juga ingin mengenal kamu lebih dekat."

"Eh?"

"Anggaplah keinginan orangtua kita untuk menjadi keluarga telah saya manfaatkan untuk mendekati kamu," El mengatakan itu sambil tersenyum, "Saya beruntung ya?"

"Ma.. Maksudnya?" Tanya Dara sesak napas, "Mas beneran tertarik sama Dara?"

Ekspresi El terlihat geli ketika bertanya, "Memangnya kamu pikir siapa yang nggak akan tertarik sama cewek yang sibuk dengan toples kue kacang ketika akan dijodohkan?"

Wajah Dara langsung panas karena godaan itu, "Mama nggak pernah bilang apa-apa, jadi Dara benar-benar nggak tahu kalau kita akan dijodohkan."

El terkekeh dan kembali sibuk dengan cangkang kepitingnya, "Saya tahu."

            Dara memenunduk untuk memandang tangan telanjangnya yang sedang memegang cangkang kepiting. Ia tahu kalau seharusnya ia tidak selera makan karena percakapan ini, tapi... kepiting ini lezat sekali. Maka meskipun kepalanya pusing oleh kalimat-kalimat El barusan, gadis itu tetap menyuapkan nasinya sambil mendesah kepedasan.

"Mas marah kalau seandainya Dara menolak perjodohan ini?" Dara kembali bertanya setelah sedari tadi sibuk dengan makanannya.

"Alasannya?"

"Ya?"

"Alasan kamu menolak perjodohan kita?"

"Karena Dara nggak mau dijodohkan."

"Saya tahu kamu nggak mau dijodohkan, tapi apa alasannya?"

"Memangnya nggak mau dijodohkan, nggak bisa dijadikan alasan ya?"

"Kenapa kamu suka makan kepiting?"

"Karena enak," Jawab Dara tanpa sempat berpikir, "Dagingnya manis."

"Kalau saya suka kepiting karena saya mau."

"Eh? Alasan macam apa itu?"

El tersenyum, "See? Mau dan nggak mau itu nggak bisa dijadikan alasan. Jadi Dara, kenapa kamu menolak dijodohkan dengan saya?"

            Dara menganga. Ia tahu telah mengatakan ini sebelumnya, tapi... pria ini gila ya?

**

JJ.

28+ (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang