Chapter 5

8K 855 78
                                    

-Ro’s POV-

Tepat pukul tujuh malam Niall datang menjemputku dan dia membawaku untuk pergi menonton film. Awalnya aku sangat bersemangat, mengingat ada film horror yang begitu ingin aku tonton sekarang ini, tapi sayangnya begitu aku memilih film mana yang kuinginkan, Niall langsung menolak keras karena ia sangat teramat ingin menonton film ber-genre romantis nan cengeng yang kujamin akan membuatku tertidur di dalam studio. Aku memutar bola mataku. Oh, ya Tuhan, sangat tidak kusangka bahwa Niall adalah tipe orang yang melankolis! Kami bahkan sempat berdebat selama beberapa menit hanya untuk memutuskan film mana yang harus kami tonton, namun akhirnya aku yang memilih untuk mengalah darinya.

Selama menunggu filmnya dimulai, Niall telah banyak bercerita mengenai dirinya yang seorang Irish dan betapa bangganya ia bisa menjadi orang berkebangsaan Irlandia. Niall berkata bahwa setiap pagi ia selalu menyanyikan lagu kebangsaan Irlandia sebelum memulai aktivitasnya sehari-hari. Namun, yang membuatku sedikit terkejut adalah ketika ia berkata bahwa ia sudah sangat ingin mengajakku pergi kencan sejak kami masih duduk di bangku kelas 10, tapi sayangnya ia belum mendapatkan keberanian hingga siang tadi.

“Apa kau ingin mendengarkan lagi lagu kebangsaan Irlandia yang lainnya?” tawar Niall dengan nada penuh keantusiasan, cengirannya melebar dan aku hanya bisa tertawa hambar.

“Tidak, terimakasih.” Sudah cukup. Kau mempermalukanku di hadapan banyak orang dengan yodel Irish-mu itu! Gadis batinku langsung memakai kantung belanjaannya untuk menutupi wajah.

“Ta-tapi aku bisa melakukannya dengan tarian khas Irlandia, lihat?” Oh, Niall mulai memperlihatkan kelincahan kakinya dengan sepatunya yang berisik itu. Astaga, kumohon hentikan! Jangan permalukan aku lagi!

“Niall! Niall! Hentikan... filmnya sudah hampir dimulai. Ayo masuk.” Dengan segera Aku menarik tangannya dan menggiringnya masuk ke dalam studio. Oh, sialan betul orang ini.

Saat filmnya sudah dimulai, aku berusaha sebaik mungkin untuk bisa fokus dan mengerti jalan ceritanya. Niall terus mengoceh dan mengomentari tentang betapa rapuhnya si pemeran utama wanita ketika ia ditinggal oleh suaminya. Well, seberapa pun aku membenci cerita semacam ini, aku mencoba untuk bisa merasakan ketegangan dan kesedihan yang ada, namun alhasil aku berakhir dengan mata yang sayup-sayup terbuka akibat menahan kantuk.

Sontak, aku menggeleng-gelengkan kepala dan melirik kesana-kemari mencoba untuk mengusir rasa kantuk yang menghadang, akan tetapi begitu aku mendapati lengan Niall yang menumpangkannya di lengan kursiku serta telapak tangannya yang menghadap keatas, aku pun mulai berpikir bahwa ia berharap kalau aku akan memegang tangannya.

Namun, sayangnya setelah apa yang terjadi padaku hari ini, aku tidak ingin melanjutkan apa yang ada di antara kami.

***

“Kau pergi berkencan dengan Niall semalam?!” Elena terkesiap setelah aku menceritakan soal kencanku tadi malam, aku melewatkan bagian-bagian yang memalukan karena tahu bahwa Harry pasti akan menertawaiku nantinya. Lihat saja ia sekarang, ia menatapku tidak percaya seolah-olah berkata ‘mustahil-ada-seseorang-yang-mengajakmu-pergi-kencan’. Meski jika diingat-ingat Harry juga pernah melakukan hal yang sama, hanya saja ia tidak serius denganku saat itu.

The Middle (Harry Styles - Short Story)Where stories live. Discover now