Chapter 8

11.9K 900 132
                                    

-Elena’s POV-

“Elena!”

“Ya?” aku memutar kepalaku, menghadap ke arah Candice yang tiba-tiba sudah berdiri di belakangku disaat aku hendak memasuki kelas Bahasa Spanyol. Asal kau tahu saja, sudah satu minggu lebih aku memasuki ruang kelas seorang diri tanpa bersama Ro. Entah apa penyebabnya sehingga ia menghindariku sejak pesta kebun di villa milik Max, aku tidak berani untuk memikirkannya.

“Mr.Wesel mencarimu. Kau ditunggu di ruangannya.”

“Mr.Wesel? Ada apa memangnya?”

Candice menggidikkan bahunya dan menggeleng, membuat rambut pirangnya yang bergelombang bergoyang kesana kemari, “Aku juga tidak tahu.”

Aku diam sebentar. Tumben-tumbenan kepala sekolah menyuruhku datang ke ruangannya. Apa telah terjadi sesuatu? Seingatku aku tidak pernah mencari masalah baik di dalam mau pun di luar sekolah.

Maka aku pun memutar tubuhku dan berangsur menuju ruang Mr.Wesel secepat mungkin. Demi Tuhan, jika nilai akademisku anjlok pada semester ini, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya. Aku hanya berharap agar itu tidak berpengaruh pada Universitas yang hendak aku masuki tahun ini.

Aku mengetuk tiga kali, memutar kenopnya sebelum mendorong pintu ruang kepala sekolah dan menyembulkan kepalaku ke dalam, “Mr.Wesel?”

“Ah, Nona Dixon. Masuklah, ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu.” Dengan gelagatnya yang khas, Mr.Wesel mempersilahkanku untuk duduk dari belakang mejanya.

Aku menarik napas dalam-dalam, memperhatikan raut wajahnya yang datar dan firasatku langsung berubah tidak enak. Perlu kau ketahui kalau ekspresi datar Mr.Wesel adalah pertanda bahwa sesuatu yang buruk telah terjadi padamu.

“Ada apa kau mencariku, sir?”

“Begini, Nona Dixon. Aku memanggilmu kemari untuk membicarakan soal nilaimu dalam beberapa ujian terakhir.” Ia berdehem, mengaitkan jari-jarinya di atas meja dan memandang lurus ke arahku.

Aku menelan ludah. Oh, ya Tuhan. Seorang Elena Dixon akhirnya telah menemukan titik terendah dalam kehidupannya. Ini yang aku takutkan. Ini yang akan membuat mom marah besar. Brengsek.

“A-apa ada yang salah?” lagi, aku menelan ludah. Aku bahkan menahan napasku untuk beberapa saat.

“Hanya kau yang bisa menjawabnya, Nona Dixon. Nilai-nilaimu turun drastis.” Mr.Wesel menyodorkanku selembar kertas di atas mejanya, yang mana disitu tercantum seluruh nilai dari ujian tengah semesterku beberapa hari yang lalu.

Tiga kali. Tiga kali aku menelan ludah dan sekarang mulutku kering. Oh, ya Tuhan.

“Harvard hanya menginginkan murid yang sempurna dalam hal akademis. Dan apa kau pikir nilaimu itu sempurna, Nona Dixon?”

Tanpa kusadari bibir dan kedua tanganku bergetar hebat, masih memandangi rentetan nilai yang ada di kertas yang kupegang ini. Rasanya mustahil. Mustahil jika aku memiliki nilai selain A seperti ini. “Tidak.”

The Middle (Harry Styles - Short Story)Where stories live. Discover now