bab 8

7.8K 362 2
                                    

Dara merasakan ada sesuatu yang menyentuh pipinya membuatnya perlahan membuka mata. " Morning kiss " ujar Rio tersenyum cerah dan menyibakan selimut yang menutupi tubuh Dara.

Dara kembali menarik selimutnya dan membelakangi Rio.

" Bangun Nda, udah siang " Rio mengguncang tubuh Dara, membuat gadis itu menggumam tidak jelas.

Dara masih mengabaikan rengekan Rio yang memintanya untuk segera bangun. Dan itu membuat Mario merasa tidak sabar.

" Yaak Mario turunin " teriak dara ketika merasa tubuhnya melayang.

" Gak akan, siapa suruh susah di bangunin " Mario terus berjalan ke arah kamar mandi mengabaikan Dara yang memukul-mukul punggungnya.

Begitu sampai di depan pintu kamar mandi, Rio menurunkannya. " Mandi sana " katanya lalu mendorong tubuh Dara, mengacak rambutnya yang berantakan dan berbalik ke arah sofa.

Setelah selesai Mandi Dara keluar hanya dengan selembar handuk yang menutupi sebagian tubuhnya, Dara berlari melewati Mario yang sedang menonton tv.

" Habis ini kita cari sarapan " kata Rio sesaat sebelum Dara menutup pintu kamarnya.

Dara berdiri di dekat pintu dengan pakaian lengkap. " Mau sarapan sekarang ? " tanya nya membuat Mario menoleh dan berdiri.

" Iya " katanya seraya berjalan menghampiri Dara.

" Lontong kari, gak masalah kan ? " tanya Dara memastikan.

" Yang penting bisa di makan " Rio mencium puncak kepala Dara sekilas kemudian berjalan lebih dulu.

" Ih, om-om mesum " balas Dara mendorong punggung Rio dari awah belakang yang tidak memberikan efek apapun.

Mario mengenakan sandal yang waktu itu sengaja dia tinggalkan, dan Dara baru memperhatikan penampilannya. " Kamu pakai baju siapa ? " tanya Dara melihat polo shirt dan celana pendek yang Rio kenakan.

" Tadi pagi minta Tamy anterin baju saya " katanya santai.

" Kok dia mau sih di suruh sama kamu, terus emang gak mikir aneh-aneh kamu nginep di sini ? " cecar Dara sambil membuka pagar rumahnya.

" Memang kamu mau dia berpikir apa ? " Mario menarik tangan Dara dan menggenggamnya.

" Ya gak mau dituduh yang enggak-enggak dong, secara kamu nih udah dewasa dan ya siapa yang tahu apa yang ada di otak temen-temen mu " jawab Dara dengan wajah serius.

" Tenang aja, dia teman baik saya dan lebih tahu saya dari orang lain " Mario mengusap punggung tangan Dara dengan lembut.

Udara pagi di sekitar jalan Cisitu masih terasa sejuk karena masih berada di dataran tinggi dan di tambah dengan lingkungan yang asri dengan pohon-pohon yang masih banyak terdapat di sepanjang jalan. Hanya perlu sepuluh menit dengan berjalan kaki untuk sampai di penjual lontong kari yang menurut Dara itu adalah yang terenak di dekat rumahnya.

" Pak dua porsi yah, di makan di sini " pesan Dara pada Bapak yang sedang sibuk meracik berbagai bahan lalu duduk di meja kosong di bagian dalam.

" Kamu sering ke sini ? " tanya Mario yang sudah duduk di depan Dara.

" Ya bisa di bilang begitu, enak sama bersih " Dara melihat ponselnya sekilas lalu menyimpannya kembali.

Mario memperhatikan ruangan di sekitarnya, tempatnya tidak begitu besar tapi semua meja dan kursi serta bumbu-bumbu seperti kecap dan saos di susun rapi membuat ruangannya terkesan luas dan nyaman.

Tidak perlu menunggu lama, seorang pekerjanya mengantarkan pesanan mereka berdua diatas sebuah nampan, aroma khas kuah kari membuat perut Dara keroncongan, dia langsung melahnya tanpa menambahkan apapun.

ANANDARA ( Completed )Where stories live. Discover now