[Dua Puluh Lima] //: Optimis

2.7K 157 2
                                    

***

Arnold mengerjapkan matanya berulang kali karna sinar matahari yang menembus kamarnya melalui kaca jendela. Ia mengucek matanya sebelum benar-benar terbuka. Ia melihat jam dinding 07:45. "Masih pagi," gumamnya.

Arnold langsung berjalan ke kamar mandi setelah merasa nyawanya sudah terkumpul.

Sekitar sepuluh menit, Arnold sudah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya hanya dibalut oleh anduk yang hanya menutupi bagian pinggang hingga lutut. Dadanya terbuka begitu saja, menampilkan otot perut Arnold yang berbentuk kotak tak lupa air yang belum dilap hingga kering menambah kesan macho pada diri Arnold.

"Tes akhir yang gak keren, masa bajunya tetep seragam." Arnold mengambil baju seragam kebanggaan SMA Galaxy di antara jejeran baju mahal di lemarinya. Ya, harus tetap Arnold akui meskipun seragam sekolah tapi seragam SMA Galaxy itu keren, lebih modern dan modis.

"Arnold berangkat duluan ya Mah, Pah," Arnold mencium punggung tangan orang tuanya secara bergantian.

"Semoga berhasil."

Arnold tersenyum lalu berjalan keluar, motornya sudah siap. Arnold pun langsung menancapkan gas menuju rumah Diandra.

Tidak butuh waktu lama Arnold sudah menepikan motornya di depan rumah Diandra, meskipun jarak rumah mereka cukup jauh namun untungnya jalanan jakarta hari ini bersahabat alias tidak macet.

Arnold turun dari motornya dan mengetuk pintu rumah Diandra. Selang beberapa detik gadis itu keluar dari rumahnya. Ia sudah mengenakan seragam juga sepatunya.

Diandra tersenyum ke arah Arnold, entah apa yang gadis itu gunakan sehingga ia terlihat sangat cantik.

"Lo make up-an ya?" tanya Arnold seraya tersenyum. Diandra menggeleng, "Engga."

Lalu Arnol menangkup wajah Diandra, "coba gue liat!" Arnold mendekatkan wajah Diandra dan menatap wajah Diandra lekat-lekat. Sangat natural, hanya dilapisi bedak tipis dan diberi sentuhan liptint sedikit.

Diandra melepaskan tangan Arnold yang sedang menangkup jawahnya. "Lepas,"

"Nyokap lo ada?" Arnold sedikit mengintip ke dalam rumah Diandra. Diandra menggeleng, "kerja."

Arnold mengangguk kecil. "Ayo berangkat!" ia berbalik dan berjalan ke arah motornya. Sedangkan Diandra, ia mengunci pintu rumahnya terlebih dulu sebelum akhirnya mengikuti Arnold menghampiri motornya.

Langkah Diandra terhenti karna sebuah sebuah getaran dari dalam sakunya, segera ia rogoh sakunya itu dan mengambil benda yang bergetar tersebut.

Richard Aldino is calling...

Diandra mendongak dan mengangkat tangannya tanda menunggu ke arah Arnold yang sudah berada di atas motornya.

"Hallo Di,"

"Hallo, lo kemana aja sih? Dari tadi gue telponin gak di angkat, diline juga gak bales."

"Sorry, gue baru bangun."

"Ck. Lo jadi dateng kan?"

Richard terdiam.

"Richard!!, lo kok diem sih?"

Arnold langsung menoleh ke arah Diandra yang sedang membelakanginya. Richard?

"Eh-- sorry Di," Richard kembali diam.

"Kenapa? Lo jadi liat gue tes piano kan?"

Arnold langsung merebut ponsel Diandra dan menempelkan benda itu di telinganya. Diandra terkejut dan sedetik kemudian ia bersikap biasa saja karna ternyata yang merebut ponselnya adalah Arnold.

Behind Bullying [END]Where stories live. Discover now