[Tiga Puluh Empat] //: Lagi dan Lagi

2.7K 155 5
                                    

"Di," Kathryn menyikut Diandra di sela-sela aktivitas mencatat apa yang diterangkan bu Lidya di papan tulis.

"Kenapa?" Diandra ikut menghentikan aktivitas mencatatnya juga lalu melirik Kathryn.

"Sorry ya, soal kemarin maksud gue t--" ucapan Kathryn terpotong.

"Iya, gue tau. Yang lo bilang kemarin itu emang bener, gue tau lo bilang kayak gitu karna lo peduli sama gue. Lo tenang aja sejauh ini gue masih baik-baik aja," Diandra tersenyum lalu melanjutkan mencatat. Kathryn sempat terdiam sebentar sambil terus memerhatikan Diandra sebelum akhirnya melanjutkan mencatat juga.

Diandra memang tipe orang yang tidak akan terlalu membesar-besarkan masalah jika ia masih bisa mengatasinya sendiri. Tapi jika ia terus memendam masalahnya sendiri pasti lama kelamaan masalahnya akan menumpuk dan ia tidak bisa mengatasinya sendirian.

***

Kring ... kring ...

Setelah bel istirahat berbunyi Arnold langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri Diandra.

"Ikut gue Di!" ajak Arnold dengan tempat makan Diandra yang ada di tangannya.

"Lo ke kantin sendiri gak papa kan?" tanya Diandra pada Kathryn yang tengah merapikan bukunya. Kathryn mendongak dan langsung melihat Arnold yang sudah berdiri di samping Diandra.

"Gak papa kan?" Tanya Diandra lagi, Kathryn langsung melihat ke arah Diandra lalu ia mengangguk setelah terdiam beberapa detik.

Arnold mengajak Diandra ke rooftop. Jika jam istirahat kemungkinan akan ada siswa siswi yang melewat di taman meskipun hanya satu, Arnold tidak mau ada yang melihat ia memakan bekal pemberian Diandra. Jadi pilihannya rooftop.

"Mau makan nasi goreng doang kenapa harus ke rooftop segala?" tanya Diandra saat mereka tiba di rooftop.

"Banyak nanya." jawab Arnold ketus, ia lalu membawa Diandra duduk di sampingnya. Arnold sudah duduk di kursi panjang yang ada di rooftop.

Diandra sebisa mungkin menyembunyikan raut wajah kesalnya. Arnold yang menyadari itu langsung berkomentar, "karna kalo nasi goreng lo gak enak lagi gue bebas marahin lo sepuasnya tanpa ada yang liat."

Arnold mulai membuka tempat makan Diandra dan siap menyendokan isinya ke dalam mulut, tapi bukan mulutnya ...

Tapi ...

"Nih lo dulu yang makan!," Arnold sudah menyodorkan satu sendok nasi goreng pada Diandra, Diandra menatap Arnold dan nasi goreng itu bergantian dengan bingung. "Cuma mau mastiin." kata Arnold dan Diandra langsung memakan nasi gorengnya.

"Enak?" tanya Arnold, Diandra mengangguk. Lalu ia menyendokan nasi goreng lagi, kali ini untuk dirinya ...

Diandra terus memerhatikan Arnold, ekspresi laki-laki itu pasti berubah jika rasa nasi gorengnya tidak enak. Tapi ...

Yeay ... Arnold bahkan menyendokan lagi nasi goreng buatan Diandra ke dalam mulutnya.

"Enak?" tanya Diandra pada Arnold yang sedang sibuk melahap nasi gorengnya. Arnold mendongak menelan sisa kunyahannya dan menjawab,

"Lumayan, lebih baik dari yang kemaren." Arnold kemudian menyendokan nasi goreng lagi ke dalam mulutnya.

Pala lo peang. Perasaan bumbu yang gue pake sama kayak kemaren, gimana bisa rasanya jadi lebih enak?

"Lo mau lagi?" tanya Arnold karna Diandra terus memperhatikannya. Diandra menggelengkan kepalanya.

"Nih, gak usah jaim kalo mau lagi bilang aja," kata Arnold seraya menyodorkan satu sendok nasi goreng pada Diandra.

Behind Bullying [END]Where stories live. Discover now