[Empat Puluh] //: Hadiah

2.6K 160 7
                                    

***

Arnold mulai memilih kalung yang akan ia beli. Beberapa kali penjaga toko itu menunjukan koleksi kalungnya. Belum ada yang menarik perhatian Arnold.

Arnold memberi kode pada pejaga toko itu agar mendekat, setelah memahami kode Arnold penjaga toko itu mendekat. Arnold langsung berbisik pada penjaga toko itu.

Penjaga toko itu langsung menganguk paham, melirik Diandra dengan senyuman ditahan kemudian berjalan menuju tepat penyimpanan koleksi kalung lainnya.

Diandra yang melihat Arnold masih sibuk memilih kalung hanya terdiam dan sesekali tersenyum.

Kurang sabar apa gue nungguin lo. Dua jam woi. Milih kalung, apa bikin kalung?

"Nah, ini baru bagus." pekik Arnold saat melihat koleksi kalung yang baru dikeluarkan penjaga toko itu.

Arnold mengangkat kalung yang memiliki liontin hati di tengahnya, memeriksa setiap sisi kalung tersebut lalu mendekatkannya pada leher Diandra seolah akan memakaikan kalung tersebut pada Diandra.

"Cocok." Arnold tersenyum lebar pada Diandra yang masih tersentak kaget saat Arnold seperti akan memakaikan kalung itu di lehernya. "Suka?"

"Hah?"

"Itu ... nyokap gue pasti suka kan? Kalung bagus gini."

"Iya, tapi kalo buat nyokap lo model kayak gitu terlalu---"

"Oke. Saya ambil yang ini"

***

"Makasih ya, udah mau anterin gue." Arnold melihat Diandra yang sedang melepas helmnya.

Diandra tersenyum kemudian mengangguk. "Makasih juga."

Arnold turun dari motornya setelah menerima helm dari Diandra melihat itu dahi Diandra mengernyit.

"Mau mampir?"

"Eh?" Arnold terlihat kaget mendengar tawaran Diandra. Diandra itu tidak pernah menawarkan Arnold untuk mampir.

"Oh, Engga usah lain kali aja. Gue mau ... " Arnold terlihat bingung sendiri lalu tangannya terulur mengambil paper bag yang Diandra yakini berisi kalung untuk diberikan pada Mona.

"Lo tau gak Di?" Arnold terlihat tersenyum konyol. "Masa gue lupa." Kali ini Arnold tertawa terbahak-bahak seolah menertawakan dirinya sendiri.

"Tau apa? Lupa apa?" Diandra dibuat bingung sendiri.

"Nyokap gue itu ultahnya bulan depan. Hahahahaha gue lupa anjir." Tawa Arnold semakin pecah. Dahi Diandra semakin dibuat mengernyit, ia bahkan menggaruk pipinya yang tidak gatal saking bingungnya.

Arnold sedikit ngos-ngosan, memegangi perutnya yang terasa kram karena tertawa. Setelah napasnya kembali normal Arnold menatap Diandra yang masih saja bingung.

"Jadi, dari pada mubadzir, kalung ini buat lo aja. Sayang udah terlanjur gue beli." Arnold menyodorkan paper bag berisi kalung tersebut. "Nih!"

Diandra semakin dibuat bingung sekarang, ia bahkan tidak kunjung mengambil paper bag itu.

"Kenapa? Kok gak diambil?" tanya Arnold ikut bingung, Diandra hanya semakin mengernyit bingung.

"Kode pengen gue pakein?" tanya Arnold lalu sedetik kemudian dia menarik Diandra mendekat ke arahnya.

"Gak usah kode-kodean kalo sama gue." Diandra melihat tangan Arnold yang mulai membuka kotak berisi kalung yang tadi Arnold beli.

Diandra menahan napasnya saat Arnold mendekatkan wajahnya untuk mempermudah mengaitkan pengait kalung. Refleks Diandra menarik rambutnya agak ke atas. Setelah kalungnya berhasil tepasang Diandra kembali menurunkan rambutnya dan mundur menjauh dari Arnold.

Behind Bullying [END]Where stories live. Discover now