Prolog

188 126 459
                                    


    "MEL, gue nggak mau ngelanjutin hubungan ini lagi."

Seorang pria berjaket denim berusaha melepas tangan seorang gadis yang saat ini bertengger di lutut sang pria.  berkali-kali Mark mendesah bosan ketika dia melihat Amel belum juga jera memohon-mohon kepadanya.

Air mata Amel sedaritadi mengalir dikedua pipi tirusnya, maskara yang dia pakai sejam yang lalu luntur begitu saja membuat di sekitaran mata cewek itu menghitam bak mata Panda.

"Aku nggak mau! Kamu nggak boleh mutusin aku gitu aja, sayang."

Sejak Mark melontarkan kata putus, Amel tak henti-hentinya melontarkan kalimat yang sudah berulang kali Mark dengar. Kalau dua kali pria itu masih bisa tolerir, tapi dua puluh kali. Dua puluh kali, Men. Ingin sekali Mark melontarkan kata-kata kasar.

"Sayang? Lo budeg atau gimana? Kita itu udah putus sejak tiga puluh menit yang lalu. Jangan lo kira gue bakalan kasihan sama lo cuma gara-gara lo bersujud di hadapan gue." Mark dengan tatapan jengkelnya dia menendang Amel sehingga cewek itu tersungkur membuat tatapan sinis Mark semakin menusuk. "Sana lo jauh-jauh. Gue alergi deket-deket mantan." titah Mark dengan wajah jijik.

Ponsel Mark menyala menampilkan satu pesan masuk dari Clara. Mark pun dengan cepat membalas pesan dari cewek itu. Tak berapa lama kemudian, Clara datang sambil mengemut Es krim. Cewek itu tampak menatap Mark kesal.

"Al, lo bilang mutusin dia itu nggak lama." rengek Mark sembari menatap Amel sinis dan langsung mendapat respon sinis juga dari Amel. "Dari pertama kan gue udah bilang sama lo, kalau dia itu ganjen." cerca Clara tampak tak ragu sama sekali.

Memang dari awal, Clara sudah mengetahui sikap Amel. Karena dari kelas satu SMP dulu sampai kelas tiga, Clara dan Amel sekelas. Jelas saja dia tahu sikap cewek itu seperti apa. Genit ke semua cowok. Semua cowok hampir dipacarin sama dia.

Amel yang mendengar hinaan untuk dirinya itu pun berusaha bangkit lalu Amel berusaha mencengkram lengan Clara namun Mark dengan sigap merangkul Clara dan menepis tangan Amel.

"Awas aja kalau tangan lo yang kotor itu nyentuh temen gue." Mark melotot garang ke Amel yang langsung membuat senyuman kemenangan terbit dibibir Clara.  Cewek itu menjulurkan lidahnya kemudian memeluk pinggang Mark.

Mark tersenyum puas ketika melihat wajah Amel terlihat memerah. Cowok itu pun memutar balik tubuhnya, menuntun Clara untuk segera pergi meninggalkan Amel yang hanya bisa merendam kekesalannya.

"Habis ini target lo yang mana lagi?" tanya Clara, dia memicingkan matanya ke arah Mark.

"Ntar juga lo tahu sendiri." jawab Mark sekenanya. "Nanti lo nemenin gue lagi ya?" Mark memberhentikan langkahnya otomatis membuat Clara juga ikut terhenti.

Clara mengernyit sesaat sebelum akhirnya dia membalas. "Yang penting Es krim dan snacknya dibanyakin."

Mark terkekeh pelan. "Gue heran deh sama lo, makannya banyak banget tapi badan lo kayak upil. Emang tuh makanan nangkringnya dimana?"

"Ada nih diperut gue yang rata. Lagian nih ya, gue tuh harus makan yang banyak biar nanti gue bisa sukses."

Mark tertawa melihat ekspresi wajah Clara yang terlihat begitu kekanakkan. Cowok itu pun mengacak-acak rambut Clara gemas. Kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka hingga mereka berdua sampai di motor milik Mark.

Ketika Mark hendak memasangkan helm untuk Clara, ponsel Mark berdering yang membuat tangan Mark terhenti di udara. Pria itu menaruh kembali helm berwarna biru tersebut lalu mengangkat teleponnya.

Senyuman Mark mengembang begitu dia mendengar jawaban menggembirakan yang sedaritadi ditunggunya diseberang sana. Mark menatap Clara sesaat sebelum akhirnya dia memeluk Clara dengan kencang.

Hati Clara seketika cenat-cenut menerima perlakuan spontan dari Mark. Dia berusaha menahan degup jantungnya yang kian memicu darahnya untuk berdesir lebih kencang lagi. Clara tahu bahwa perasaannya terhadap Mark memang sudah berubah.

Mark melepas pelukan kemudian memandang Clara dengan sorot bahagia. "Flora nerima gue."

Hati Clara mencelos begitu tahu bahwa Mark merasa senang seperti ini karena Flora, orang yang selama ini disukai sahabatnya itu dari dulu. Clara sesaat termangu di tempatnya. Apakah ini tandanya Clara tak diberikan sedikitpun kesempatan untuk menyempil sedikit saja di hati Mark?

Clara takut, dengan adanya Flora, Mark lebih menghabiskan waktunya bersama Flora dibandingkan dirinya.

***

Haiii, aku bawa cerita baru nih. Semoga kalian suka ya^_^

Aku jatuh hati sama Agoy untuk visual Mark Aldric

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku jatuh hati sama Agoy untuk visual Mark Aldric


Caitlin untuk Visual Clara Andito

Caitlin untuk Visual Clara Andito

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini untuk Trailer Invisible ya😘

INVISIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang