8

38 15 52
                                    

Dia menceritakan seseorang yang dia cintai didepan saya yang mencintainya. Menyakitkan.

- Clara
 

***  

    CLARA dengan langkah terburu-buru menelusuri loby apartement. Tadi, ketika dia selesai menunaikan sholat Isya, Mark menelponnya dengan suara yang begitu lesu. Kata Mark, dia baru saja putus dengan Flora dan dia sangat membutuhkan Clara saat ini makanya itu Clara tergesa-gesa menuju apartemen cowok itu. Clara pergi ke apartemen Mark sendiri. Aren tak mau ikut padahal Clara sudah menawarinya. Kata Aren, dia masih kesal terhadap Mark.

Selesai dia mengganti baju, Clara langsung menuju dapur, mengambilkan Mark beberapa makanan lalu berjalan terburu-buru ke apartemen Mark. Dia nggak mau, Mark sampai melakukan hal yang tidak-tidak.

Clara tahu betul pikiran Mark itu sangat pendek. Dia tak ingin memikirkan hal apa yang terjadi kedepannya jika dia melakukan suatu hal. Sikap Mark belum dewasa, dia seperti anak SMP yang memiliki sifat labil akut.

Setelah menekan password, Clara langsung masuk ke dalam apartemen Mark. Keadaan di dalam apartemen cowok itu gelap. Seperti tak berpenghuni. Clara menekan saklar, kemudian lampu menyala dan langsung menampilkan keadaan apartemen cowok itu sangat berantakkan.

Bantal kursi bertebaran di lantai. Bungkusan snack-snack pun juga begitu. Clara kaget setengah mati. Astaga, ini baru seminggu Clara tak berkunjung di apartemen cowok itu sudah berantakkan seperti ini, bagaimana jika Clara tak mengunjunginya sama sekali?

Mungkinkah tempat ini masih layak di sebut apartemen?

Clara berdecak kemudian menaruh rantang yang berisikan masakan buatannya di atas meja. Cewek itu dengan telaten mulai memunguti sampah-sampah yang bertebaran itu satu-persatu. Merapihkan kamar Mark yang seperti kandang kambing itu.

Ketika Clara hendak memasukan baju kotor milik Mark ke mesin cuci, Mark keluar dari kamar mandi sambil menggosok-gosok kepalanya yang masih basah. Mark dan Clara sempat bertemu pandang sebelum akhirnya Clara membuang pandangannya. Clara malu melihat Mark telanjang dada seperti itu.

Memang dasarnya Mark orangnya nggak peka, cowok itu bukannya pergi memakai baju tapi malah mendekati Clara dengan wajah polosnya. "Istri gue baru nongol nih."

Clara merasakan pipinya memanas. Cewek itu menggigit bibir bawahnya kemudian mendorong lengan Mark. "Lo pake baju dulu sana. Gue risih."

Mark mengernyit polos. "Risih gimana?" Mark kemudian menatap tubuhnya yang hanya dibaluti handuk sebatas pinggang. "Perasaan gue masih make handuk deh."

Clara ingin sekali menabok kepala Mark saat ini. "Pake baju sekarang. Atau gue pulang."

Ancaman Clara berhasil. Sebelum pergi, Mark sempat berdecak kesal yang membuat Clara langsung bernapas lega.

Satu jam berlalu, aktivitas kedua orang itu telah selesai. Kini mereka berdua duduk santai di sofa sambil menonton drakor kesukaan Mark. Neverthless . Sebenarnya, Clara bingung. Kenapa bisa cowok aneh kayak Mark bisa digilai di kalangan para remaja?

Selera filmnya saja tidak seperti cowok kebanyakan. Mark lebih memilih nonton Drakor dibanding anime seperti cowok-cowok umumnya.

"Al, ganti kek. Gue bosen ngeliat filmnya. Konfliknya nggak pernah selesai sejak gue nemenin lo nonton."

Mark hanya berdehem sebagai balasan, dia tak sedikitpun mengalihkan pandangannya dari layar televisi. Melihat hal itu membuat Clara ingin mencolok mata Mark agar menatap ke arahnya. Sudah ada sekitar tujuh menit mereka seperti ini. Tak ada yang berbicara. Bahkan Mark yang mengatakan ingin berbicara banyak terhadap Clara belum juga angkat bicara.

INVISIBLEМесто, где живут истории. Откройте их для себя