4

75 50 182
                                    

Biarkan aku mencintaimu, itu hakku. Kamu mau membalasku, itu hakmu.

- Clara

***

"LA ada yang mau aku omongin."

Mark menatap Clara yang saat ini tengah menikmati martabak yang sengaja dibelinya khusus untuk cewek itu. Seusai mengantar Flora pulang, Mark langsung menanyakan keberadaan Clara yang ternyata sudah berada di rumah berkat Alden.

Langsung saja Mark menghampiri rumah Clara, tak sengaja Mark melihat pedagang kaki lima dekat dengan rumah Clara. Di warung itu merupakan tempat langganannya Clara membeli martabak. Maka dengan itu Mark membeli martabak itu sebagai permintaan maafnya terhadap Clara.

Clara meminum air putih sebentar, kemudian menatap Mark yang saat ini merebahkan tubuhnya di sofa. "Lo mau ngomong apa?" firasat Clara menjadi tak enak. Dia berusaha bersikap biasa-biasa saja padahal dia yakin dia akan mendengar hal buruk setelah ini.

Mark menatap Clara. "Flora nyuruh gue buat jauhin lo." Mark menghela napas, dia kemudian menjadikan tangannya sebagai alas bantal.

Clara tertegun sesaat. Dia merasakan dadanya terasa sesak. Mark mau menjauhinya? Apakah Clara akan mampu bertahan?

"La, untuk sementara ini kita nggak usah saling komunikasi dulu ya?" Mark menatap Clara sendu, sementara Clara berpura-pura mengangguk. "Tapi gue nggak bisa jauh dari lo." Mark kemudian berdiri menghampiri Clara.

"Jelas lah lo nggak bisa jauh dari gue. Lo kan anak gue." Clara tersenyum kecut.

"Anak? Lo kali anak gue. Bawaannya minta dibeliin Es krim mulu sama gue, mana bisa lo di sebut Emak kalau kayak gitu?" sungut Mark sembari menabok kepala belakang Clara.

Clara mengelus kepalanya. "Apaansih lo?" desis Clara. "Gue ini emak lo, emang lo mau jadi anak durhaka?!" hardik Clara sembari melotot.

Mark memeluk Clara dari samping. "Gue nggak bisa jauh dari lo La."

Gue juga Mark. Gue bahkan lebih menderita daripada lo.

Clara tersenyum getir, dia kemudian melingkarkan tangannya di pinggang Mark. "Ntar kalau lo pulang sekolah, jangan lupa seragam kotor lo taruh di keranjang jangan dicecerin. Kalau lo mau makan, masak nasi goreng jangan mie goreng. Kalau lo mau ke sekolah lagi, jangan lupa lo harus beresin dulu tempat tidur lo."

Mark menarik ingusnya. "Iya Bunda Lala, Al janji nggak akan jadi orang yang jorok."

Clara terkekeh pelan. "Apaansih! Ohiya Al, lo beneran mau serius sama Flora?" tanya Clara.

Mark menarik tangannya kemudian duduk tegap. "Iya. Gue udah nunggu saat-saat seperti ini." ujar Mark dengan mata yang berbinar.

Hey, tak tahukah Mark bahwa rona bahagia di mata cowok itu sangat mengiris hati Clara? Tak tahukah Mark bahwa hanya Mark lah penyemangat Clara ketika berada di sekolah? Jadi, bagaimana bisa moodbosternya jika menjauh darinya? Apakah Clara akan tetap hidup?

"Haha, tumben. Biasanya lo nggak bakalan betah pacaran lama-lama. Satu hari lo pacaran aja, lo udah ngadu sama gue, minta ditemenin buat mutusin cewek lo."

Mark berdecak. "Ya bedalah! Gue nggak suka sama cewek yang kemarin-kemarin itu. Kali ini yang jadi cewek gue itu Flora, La. Cewek yang pertama kali gue taksir di SMA." kata Mark menggebu-gebu.

Gue kira lo punya rasa yang sama ke gue, Mark. Ternyata gue salah. Gue emang bener-bener nggak ada di hati lo. Sedikitpun bahkan nggak ada.

INVISIBLEWhere stories live. Discover now