P A T A H [2]

540 34 0
                                    

Sesuai ucapannya tadi, Bara memang mengantarkan makanan Locky ke rumah, bahkan dia juga langsung memberikan makanan itu ke Locky. Berbeda dengan Locky yang begitu menyambut Bara dengan hangat—karena si jantan itu sudah kelaparan—justru, aku sedang malas bertemu  Bara.

"Kamu diantar pulang sama siapa tadi?" Bara bertanya. Laki-laki itu terkadang bersikap manis, setelah menyadari dia memang bersalah.

Aku tidak langsung menjawabnya, mengeringkan rambutku dengan handuk lebih mengasyikkan daripada harus mengobrol dengannya.

"Ka?" Bara menoleh padaku, meninggalkan semangkuk mi instan rebus yang kubuat. "Sama siapa?"

Ya, ya, ya, aku memang sedang kesal padanya. Namun aku tidak sampai hati melihatnya menggigil ketika begitu sampai di depan rumah, tersenyum seraya memamerkan sebungkus makanan Locky.

"Sama Abang."

"Maaf, Ka." Aku mendengar Bara mendesah. Napasnya lebih berat. "Aku nggak bisa nganter kamu pulang, tadi mendadak Bunda minta aku buat nganter kue ke pelanggan—"

Aku mengangguk dua kali. "Oh, jadi Bunda kamu sekarang udah berubah jadi Ryan, ya, Bar?"

Bara menegang setelah aku menyelesaikan kalimatku barusan, jelas sekali ia bertingkah seperti maling yang tertangkap basah.

"Aku mungkin bakal lebih fine, kalau kamu kabarin aku lebih awal, Bar." Aku tersenyum, terpaksa. "Seenggaknya aku nggak tinggal sendiri di sekolah kayak orang idiot."

Aku sedang tidak ingin mendengar sebuah penjelasan, maka aku mengusir Bara dari rumahku, alih-alih aku sedang ingin sendiri. Itu kali pertama, aku mengusir Bara, dan pertama kali Bara berbohong padaku.

Selanjutnya ada setetes air mata yang meluncur melewati pipiku.

Oh, shit.

Ada banyak tetesan yang membasahi pipiku!

Patah Hati untuk yang Kesekian KalinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang