P A T A H [9]

530 24 3
                                    

Hampir empat hari Bara alfa dari sekolah. Tentu saja beberapa guru menanyakan kabar Bara kepadaku, pertama karena selain mereka mengenaliku sebagai pacar Bara, dan kedua mereka tidak bisa menghubungi orangtua Bara.

Guru saja sampai repot menanyakan kabar Bara, lalu bagaimana denganku!? Apa kabar aku yang terluntang-lantung menunggu kabar darinya?

Aku marah!

Jelas saja aku melakukan itu. Dan pada sore yang cukup terik ini, Bara menemuiku di rumah. Tanpa basa-basi, tidak menjelaskan kemana dia pergi, dia langsung meminta makan padaku.

"Cuci deh piringnya abis itu," celetukku.

"Biasanya juga kamu yang nyuci." Bara menyendokkan sesuap nasi terakhirnya ke mulut. "Peraturan baru?"

"Kamu pikir ini restaurant?"

Pergerakan Bara yang hendak meminum air putih terhenti seketika, ia mendelik tajam padaku. Tak aku pedulikan.

"Alah, marah lagi kamu." Bara melongos, jelas sekali terpancar guratan kesalnya. "Kali ini apa lagi, sih, Ka?"

Mendengar itu, hatiku menggelegak. Kupikir kehadiran Bara disini untuk meminta maaf, atau menjelaskan alasannya menghilang, atau meyakinkanku bahwa ia tidak akan mengulanginya lagi. Tapi apa yang kudapat?

"Apa lagi lo bilang?" sentakku, tanpa mempedulikan bahasa lo-gue yang aku gunakan. "Gue ini pacar lo, Baraaa! Lo kemana selama ini, ha? Ilang ga ada kabar. Gue LINE, WA, telpon ga ada balasan. Terus lo datang ke rumah gue, Cuma buat marah-marahin gue? Otak lo dimana sih?"

Aku benar-benar kalap saat ini. Kepalaku berdenyut-denyut saking panasnya.

"Gue nungguin kabar lo, Bar! Gue tuh khawatir sama lo dan lo sama sekali gak mikirin gimana perasaan gue tanpa ada kabar dari lo gini! Gue cemas, tolol. Ngerti nggak sih lo?" cecarku. "Gue kira lo datang kesini buat jelasin semuanya, tapi ternyata gue salah. Emang susah banyak berharap sama lo, gue mulu yang sakit hati jadinya."

"Aku ada urusan."

"Bilang 'kan bisa!"

"Aku gak megang HP, Ka."

"Itu doang alasan lo?"

Hidungku sudah kembang-kempis tak karuan. Siap meluncurkan unek-unekku kalau sekiranya jawaban Bara tidak sesuai dengan harapanku, lagi.

Bara mengenggam tanganku, tapi aku tepis dengan kasar. "Ka, aku minta maaf. Aku tau aku salah, tapi aku memang benar-benar ada urusan. Lebih tepatnya masalah. Dan aku benar-benar pusing sekarang, aku mohon jangan buat aku tambah stress."

Tanganku langsung mengepal, menahan emosi. "Gue cewek lo, Bar. Lo bisa cerita ke gue. Dan gue bakal bantu lo sebisa gue—"

"Kamu gak bisa bantu aku, Ka." potong Bara.

Damn!

Hari ini, hatiku benar-benar remuk. Hancur bersamaan dengan apa yang Bara ucapkan.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Patah Hati untuk yang Kesekian KalinyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang