Patah Hati untuk yang Kesekian Kalinya

P A T A H [4]

Bara bukan murid biasa, maksudku, dia berasal dari kelas yang anggotanya mayoritas anak-anak eksis jaman sekarang; cewek-cewek hits yang followers instagramnya banyak, ponsel iphone 7, dan sering jalan-jalan. Cowok-cowok nakal sekaligus hits, Followers instagram cowok-cowok ini memang tidak banyak, ponsel tidak semuanya iphone, tetapi mereka sering merokok, ngevape, bahkan cabut pelajaran. Tak jarang anak cewek ikut bersama mereka.

Contohnya sekarang ini, aku mendapat kabar dari salah satu siswi XI IPS 3, Andin, dia temanku dulu waktu kelas X.

"Cabut?"

Andin menggangguk. "Iya, Ka. Cabut sama Fayet, Adio, Ryan. Kalau nggak salah, ada anak cewek yang ikut. Siapa yaa?" Andin mencoba mengingat. "Oh iya, Regy sama Finka."

Setelah mendapat informasi dari Andin, aku buru-buru menelepon Bara. Percobaan pertama, kedua, teleponku tidak diangkat. Percobaan ketiga, teleponku direject.

Untung saja percobaan keempat berbuah manis, kalau tidak, sudah dipastikan kedua telingaku mengeluarkan kepulan asap panas.

"Halo, Ka?"

"Bar," kataku. Aku mengencangkan volume suaraku karena disana sangat berisik. "Bara! Bara, kamu dengar aku, 'kan? Halo–halo–"

"Halo, Kaaaa?" suara Bara tak kalah kuat diseberang sana.

Aku meremas ponselku, semakin merapatkannya ke telinga. "Kamu dimana, Bar?"

"Yah, cewek Bara nelpon."

"Bara pulang! Bara pulang!"

"Gak asik ah cewek lu, Bar. Baru aja mau seneng-seneng."

"Udah gabung sama kita aja, Barr!"

"BARA, ROK GUE MASIH DI DALAM MOBIL LO, MINTA KUNCI DONG!"

Lalu sambungan telepon terputus.

Tubuhku meluruh bersamaan dengan degub jantungku yang semakin nyeri jika berdetak. Aku hafal betul siapa saja pemilik suara tumpang-tindih tadi, termasuk pemilik suara terakhir itu, dia adalah Regy. Salah satu anak hits SMA-ku.

Sekali lagi aku memandang layar ponsel–yang sekarang hanya terpajang fotoku bersama Bara ketika makan siang–membuatku menangis lagi.

***