Bab 5

4.3K 364 36
                                    

Ini adalah hari kedua Afreen duduk di kelas XII. Tapi ia benar-benar tidak memiliki semangat untuk pergi ke sekolah hingga akhirnya ia tiba saat bel masuk berbunyi. Benar-benar tepat waktu!

Tidak seperti kemarin ketika ia dapat dengan mudah melangkah melewati koridor menuju kelasnya, kali ini ia harus sedikit memperhatikan jalannya. Bel masuk yang sudah berbunyi beberapa detik yang lalu tentu saja koridor masih dipenuhi oleh banyak siswa.

Hari ini Afreen menguncir kuda rambutnya karena jam olahraga kelasnya berada di jam pertama. Meskipun kegiatan belajar mengajar masih belum efektif, Pak Rudi yang merupakan guru olahraganya sudah sangat semangat untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran olahraganya.

Saat Afreen hendak meletakkan tasnya di atas meja, ada sesuatu hal yang aneh. Davka, teman sebangkunya itu tertidur dengan menelungkupkan kepalanya di atas meja. Sungguh hal yang sangat tidak biasa. Ya meskipun ia baru mengenalnya kemarin, tapi Davka yang ia tahu adalah seorang ketua OSIS yang paling aktif dan tidak bisa diam.

Dan ketika hari ini ia disuguhi oleh pemandangan seorang Davka yang tiba-tiba sangat tenang dan bahkan tertidur di kelas, matanya terasa aneh. Apakah ia sedang sakit? Atau sedang ada masalah?

Ah sudahlah tidak penting.

Afreen menggelengkan kepalanya berusaha menghalau pikiran anehnya tadi. Bagaimana mungkin ia menjadi sepeduli itu dengan orang lain?

Afreen melempar tasnya ke atas meja dengan keras menimbulkan suara yang membuat Davka segera menegakkan tubuhnya dan berteriak,

"Davka gak ngutang, Bu Iis!"

Kelas yang semula ramai oleh berbagai obrolan siswa seketika hening. Davka yang seakan baru tersadar dari apa yang baru saja ia lakukan mencoba memperhatikan seisi kelas yang sudah memperhatikannya. Bahkan Afreen yang berdiri di sebelahnya pun memandangnya dengan wajah terkejut.

Jika kalian ingin tahu, Bu Iis adalah salah satu pedagang di kantin yang menjual siomay. Sejak kecil Davka sangat menyukai siomay, terutama buatan bundanya. Hingga saat ini, hal pertama yang ia pastikan harus ada di kantin sekolahnya adalah pedagang siomay. Kebiasaan buruk seorang Davka adalah membayarnya kalau ingat. Bu Iis tidak pernah marah akan hal itu, karena setiap kali Davka mengingat untuk membayar semua tagihannya, ia benar-benar membayar semuanya.

Kemarin lusa Bu Iis mengerjainya bahwa ia melupakan hutang yang sangat besar. Ia mengatakan bahwa salah satu anggota OSIS nya, yaitu Diego memesan siomay untuk sebuah acara besar di sekolah dan belum membayarnya. Davka panik karena tidak memiliki uang sebanyak itu. Dan tak disangka bila hal itu membawanya hingga ke mimpi meskipun ia sudah tahu bahwa itu hanyalah sebuah jebakan.

Memang teriakan Davka tidak main-main. Davka yang sewaktu SMP merupakan Danton PASKIBRA di sekolahnya sudah dapat dipastikan seberapa keras suaranya. Dan baru saja ia meneriakkan hal aneh bin ajaib dengan suara seperti itu.

Davka tertawa lirih merutuki kebodohannya sedangkan seluruh kelas mendadak riuh oleh berbagai tawa dan umpatan. Mungkin ia masih bisa tenang karena Diego tidak sekelas dengannya. Jadi untuk saat ini, ia tak akan menjadi bahan olok-olokan sahabatnya itu.

Davka melirik ke arah Afreen yang wajahnya memerah seperti menahan tawa. Ada perasaan bahagia seketika menjalar di tubuhnya. Ia memang sudah sering melihat Afreen si gadis berwajah dingin. Tapi melihat Afreen yang seperti ingin tertawa seperti ini entah mengapa, ia ingin sekali bersyukur karena masih diberikan kesempatan untuk melihat hal ini.

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang