Bab 27

3K 275 81
                                    

"Gue gak mau kehilangan lagi."

※※※※※

Tak biasanya, pagi ini terlihat kelabu. Gumpalan awan hitam terlihat memenuhi langit, tak memberi kesempatan kepada sang mentari untuk menunjukkan pesonanya. Beberapa orang terlihat sudah mengerumuni sebuah rumah yang telah dipasangi bendera berwarna kuning di beberapa bagian.

Di sinilah saat dimana kita dapat melihat sahabat sejati atau teman yang hanya berusaha terlihat 'bersimpati'. Seorang ibu paruh baya tengah berteriak dan menangis histeris di depan seorang anak lelaki yang tengah terbujur kaku di depannya. Terlihat di sebelahnya terdapat anak lelakinya yang lain tengah berusaha menenangkan sang ibu tanpa menghiraukan air matanya yang juga luruh membasahi kedua pipinya.

Mereka masih tak menyangka bahwa akan kehilangan sosok anak yang manis itu. Tangan yang biasa melakukan hal-hal luar biasa itu, kini terikat dibalik selembar kain kafan putih. Senyum yang selalu menebar kebahagiaan itu kini sudah hilang bersamaan dengan lepasnya jiwa dari raganya.

"Katanya, dia bunuh diri," ujar seorang anak lelaki kepada seseorang yang tengah berjalan bersamanya.

"Hah? Kenapa?"

"Ga tau. Lagi banyak masalah kali," ujar anak cowok yang kini tengah menunduk sembari mengikat tali sepatunya yang tiba-tiba terlepas.

"DAVKAA!" pekik seseorang dengan pakaian hitam-hitam dan kedua mata yang nampak sembab. Cewek itu yag tengah berdiri di depan rumah duka tersebut membuat banyak pelayat menjadi terkejut.

"Kai, lo bisa tenang gak sih?! Malu maluin aja!" bisik seorang cowok yang berlari menghampiri Kailasha setelah selesai mengikat tali sepatunya.

"Tapi gue sedih. Gue belom sempet minta maaf sama dia."

"Justru kalo lo nangis gini terus, dia ga tenang disana," ucap cowok itu menenangkan Kailasha.

"Tapi... Davkaaaa..."

"Sini-sini..cup cup cup. Kai manis ga boleh nangis yah," ucap cowok itu yang segera mendapatkan tepukan keras di punggungnya.

"Ih, apaan sih Go?!" seru cowok itu yang kesal akibat pukulan itu.

"Davka! Udah sana masuk ke dalem!" ujar Diego yang kesal melihat tingkah anak itu.

"Iyeh," sahut Davka yang segera beranjak menuju bagian dalam rumah untuk menemui pihak keluarga dari almarhum.

Hari ini Davka dan yang lain dikejutkan oleh meninggalkan Luis. Teman sekelas dari Diego. Davka mengenalnya juga karena Luis merupakan panitia pensi di bagian Humas. Luis juga tergabung pada club ekstrakurikuler yang sama dengan Davka dan Diego sejak mereka duduk di kelas X. Jadi wajar saja, kepergian yang begitu mendadak dari cowok itu cukup melukai hati Davka.

Terutama bagi Kailasha. Beberapa waktu lalu Luis menyatakan perasaannya kepada Kailasha. Saat itu, Kailasha menolaknya bahkan saat Luis memohon padanya. Meskipun Luis tidak marah padanya, dan Kailasha pun menolaknya dengan cara yang halus, tetap saja ia merasa bersalah padanya. Biar bagaimanapun juga ia telah melukai hati Luis.

*****

Davka melangkah masuk ke dalam rumahnya dan duduk di atas sofa. Tangannya dengan cekatan bergerak mengambil remote yang diletakkan di atas meja dan menyalakan televisi di hadapannya. Kedua matanya memang memandang ke arah layar. Tapi pikirannya tidak di sana.

Sudah sekitar 3 hari ia tak melihat Afreen di sekolahnya. Bahkan rumahnya pun terlihat seperti tak berpenghuni. Mungkin dari luar ia terlihat tak peduli. Tapi hatinya benar-benar merasa khawatir. Apakah orang tuanya kembali bertengkar hebat? Apakah ayahnya memukulnya?

Seharusnya ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang