#7 ILY TOO✔

2.9K 193 34
                                    

I love you, more!
💐

"Gue kangen lo, Ryno." ucap Qhintara dengan nada lirih sembari menatap langit-langit kamarnya.

Sudah 2 hari Qhintara tak mendapati Ryno di sekolahnya. Qhintara sangat mengkhawatirkan Ryno, bahkan Ryno tak pernah memberinya kabar setelah kejadian di pesta ulang tahun Karamoy. Ryno mengabulkan permintaan Qhintara, Qhintara meminta Ryno agar pergi darinya. Kini, Ryno benar-benar pergi dan menjauh dari Qhintara.

Tiba-tiba dering ponsel Qhintara berbunyi. Qhintara menoleh ke arah benda pipih itu, lalu mengambilnya.

Keyzie is calling..

"Halo? Tumben nelfon gue. Kenapa?" ucap Qhintara.

"..."

"Apa?! Jangan bohong ya lo! Bercanda lo gak lucu Zie!" ucap Qhintara terkejut.

"..."

"Ok! Gue ke sana. Shareloct!"

Tutt..

Qhintara langsung menyambar jaket hoodie-nya. Ia tak perduli jika ia masih mengenakan seragam SMA Kharisma. Ia tergesa-gesa, jantungnya serasa ingin melompat sekarang juga.

Qhintara menyetir mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia sangat terkejut atas apa yang dikatakan oleh Keyzie.

Qhintara turun dari mobilnya, ia telah sampai di tempat tujuannya. Dengan segera ia bergegas ke arah repsesionis.

"Pasien yang bernama Ryno Adrean Kendra ada di kamar nomer berapa ya?" tanya Qhintara.

"Oh sebentar saya cari dulu. Oh ini, pasien di kamar Tulip nomer 253." jawab repsesionis tersebut.

Qhintara bergegas menuju ke kamar tersebut, dengan jantung yang tak beraturan.

Sesampainya di kamar tersebut, ia mendapati sahabat-sahabatnya dan..
Orang tua Qhintara? Mereka menangis, semua menangis. Sebenernya apa yang terjadi?

Sherina menghampiri Qhintara dengan terisak, "Hiks.. sekarang.. hiks.. R-Ryno.." ucap Sherina terbata-bata.

"Bicara pelan-pelan. Gue gak ngerti lo ngomong apa.. Please, ini kenapa sih?" ucap Qhintara keheranan.

"Ra, mending kamu masuk ke dalam aja, biar kamu tau." ucap Juna, ayah Qhintara. Qhintara mengangguk, memasuki kamar itu dengan wajah tegang.

Qhintara terkejut mendapati Ryno terbaring lemas dengan wajah yang pucat pasi. Qhintara merasa dadanya sesak, ia menahan air matanya yang hampir keluar. Qhintara mendekati Ryno. Ia takut, takut untuk kehilangan.

"Ry-Ryno.. lo ke-kenapa? Gimana ceritanya lo-lo bisa kek gini?" ucap Qhintara sembari menyeka air matanya yang sudah tak bisa ia tahan.

"Ryno? Ini gue Qhintara." ucap Qhintara, namun tak mendapati jawaban dari Ryno.

"Ryno.." ucap Qhintara lagi, namun kali ini mendapatkan jawaban dari Ryno.

"Ra.. Rara? L-lo di sini?" ucap Ryno dengan nafas yang berat.

"Ryno? Lo kenapa? Kenapa nggak ada yang ngasih tau gue soal ini? Hiks.." Qhintara terisak, namun Ryno malah terkekeh kecil.

"Kok malah ketawa? Jawab gue!" desak Qhintara lagi.

"Ra-uhuk nanti lo baca surat itu ya?" ucap Ryno.

"Ngomong langsung aja, nggak usah pake surat-suratan!"

"Jangan nangis ya. Peluk gue mau?" Ryno kini terlihat sangat pucat.

Qhintara langsung mendekap tubuh Ryno, Ryno pun membalasnya. Qhintara merasakan tubuh Ryno sangat dingin, tidak seperti suhu orang normal.

Fake Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang