Air mata lo terlalu berharga cuma buat nangisin dia.
-Daniel-Seperti biasa Qhintara menunggu mobil jemputannya di depan gerbang sekolah sambil mendengarkan beberapa lagu.
"Aduh! Siapa sih?!" Qhintara menengok ke arah orang yang baru saja mencabut headset-nya dengan kasar.
"DANIELLL!! Nggak usah pake acara nyabut headset gue juga dong! Gimana kalo telinga gue berdarah? Lo mau tanggung jawab?!" geram Qhintara.
"Lagian lo aja gue panggilin dari tadi nggak nyahut, nggak salah dong gue," ucap Daniel santai.
Qhintara berdecak, "Ya lo kan bisa nepuk pundak gue!" ucap Qhintara yang masih marah.
"Bodo," jawab Daniel.
Qhintara memutar bola matanya malas, "Terus lo ngapain ke sini?"
"Nyulik lo," ucap Daniel santai tapi berhasil membuat Qhintara tersentak.
"Ma-maksudnya?"
Daniel tertawa kecil saat melihat wajah Qhintara yang seperti ketakutan, "Canda, gue ke sini mau ngajakin lo ke rumah gue."
"Ngapain ngajak gue ke rumah lo? Awas aja lo macem-macem!" ucap Qhintara sembari menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
"Nggak minat sama yang rata. Lagian lo pd banget, inget kan lo asisten gue?" Daniel memutar bola matanya malas, "ayo!" ajak Daniel.
"Supir gue gimana?" tanya Qhintara.
"Tinggal telefon terus bilang gak jadi, Pak. Saya pulang sama temen. Susah amat!" jawab Daniel.
Qhintara mendengus kesal, mengirim pesan ke supirnya dan memasukkan ponselnya ke dalam saku rok seragamnya, lalu menaiki motor Daniel.
---
Sesampainya di depan rumah Daniel, Qhintara menatap sekeliling rumah Daniel dan mengerutkan alisnya.'Ini rumah Daniel? Gede amat, tapi kok sepi?' batin Qhintara.
"Udah cepetan masuk!" ucap Daniel membuat Qhintara terkejut.
"Dih, galak amat sih," gumam Qhintara.
Setelah mereka berdua memasuki rumah besar itu, Qhintara memilih duduk di sofa yang berada di ruang tamu untuk menunggu Daniel.
"Lo ngapain di situ?" tanya Daniel.
"Ya duduklah. Kenapa? Nggak boleh?" tanya Qhintara.
"Ck! Ke kamar, bukan di situ." ucap Daniel yang melangkahkan kakinya menaiki tangga menuju kamarnya.
"Lah? Kok di kamar? Kan di sini juga bisa?" Qhintara berusaha menyingkirkan pikiran negatifnya itu.
"BURUAN!" teriak Daniel dari anak tangga.
---
Kreekk..Pintu kamar Daniel terbuka. Qhintara mulai memasuki kamar Daniel dengan ragu-ragu dan berhati-hati.
"SHIT!! DANIEL!! PAKE BAJU LO BEGO!! MATA GUE, ASTAGA MATA GUE GAK SUCI LAGI!!" teriak Qhintara heboh.
"Biasa aja kali. Cuma buka atasan doang. Lebay!" ucap Daniel.
Qhintara terlonjak ketika melihat Daniel tak memakai baju atasannya. Qhintara masih anak baik-baik, ia tak pernah melihat seorang laki-laki tanpa memakai baju atasannya.
'Mata gue udah gak suci lagi.' batin Qhintara.
"Eh, kok.. lah.. duhh.. jangan nangis. Woi jangan nangis.. duh gimana nih? Ini gue pake baju kok. Gue udah pake atasan lagi." Daniel bingung akan melakukan apa, Qhintara menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love ✔
Teen Fiction[Revisi] Kamu(R) telah memberiku sepasang sayap, hingga bisa membuatku terbang. Aku terlampau bahagia hingga aku tak menyadari bahwa sayap yang kau beri hanya sayap bayangan, sayap yang membawaku terbang tinggi, sangat tinggi, hingga sayap itu mulai...