#48 Accident

2K 102 10
                                    

Berjauhan denganmu? Tidak, aku tidak bisa. Maka dari itu, aku di sini untuk menjemputmu.
💐

Hari ini, Qhintara pergi ke toko buku yang berada tidak jauh dari rumahnya, ia sengaja memilih berjalan karena sekalian lari pagi katanya. Ia juga tidak mengajak Jacob, malahan Jacob sendiri yang memaksa untuk ikut, alasan Qhintara tidak mengajak Jacob karena Jacob akan merepotkan. Dan itupun terbukti seperti sekarang.

Jacob mengangkat lengannya ke atas, karena Jacob memakai kaos tanpa lengan jadi bulu ketiaknya yang lebat pun terpampang jelas di depan wajah Qhintara.

"Ra, kata orang, cogan tuh kalo bulu keteknya lebat terus lagi keringetan, ketampanan serta keseksiannya tuh bertambah tau. Mau lihat bulu ketek seksi gue gak?" tanya Jacob menatap Qhintara.

"Ck! Bau tau gak?!" jawab Qhintara dengan wajah kesal dan mendorong Jacob yang berada di depannya.

"Wangi lolipop gini lo bilang bau. Percuma hidung lo mancung!" seru Jacob lalu menghampiri Qhintara.

"Cowok tuh wangi maskulin! Nah lo? Wangi lolipop? Apaan banget hih!" gerutu Qhintara.

Jacob mengalungkan lengannya dipundak Qhintara,"Yee, wangi lolipop tuh disukai sama si Popi, semut peliharaan gue. Lo? Bodoamat gue mah." ujar Jacob.

Jadi, sebenarnya antara Qhintara dan Jacob yang bodoh siapa?

Qhintara memberhentikan langkahnya dan menoleh ke Jacob,"bodoamattt, Bambang!" setelah berucap seperti itu, Qhintara menghempaskan lengan Jacob dan mulai berjalan lagi.

Jacob terkekeh melihat kekesalan Qhintara, ia mengacak rambut Qhintara gemas,"duhh dedek bayi ngambek." ucap Jacob yang masih setia dengan kekehannya.

"Gak usah diacak-acak! Berantakan nih! Kecantikan gue memudar 5% gara-gara lo! Jadi kayak gembel gue." ucap Qhintara sambil membenarkan tatanan rambutnya.

"Masih cantik kok," Jacob mendekatkan tubuhnya dengan Qhintara lagi dan melanjutkan ucapannya,"iya, cantik kayak gembel, hahaha!"

Qhintara menekuk wajahnya kesal,"ishh! Kambing! Minggir ah!" ucap Qhintara seraya mendorong Jacob untuk menjauh.

"Apa sihhh dedek bayii?" jawab Jacob.

"Lo dedemit ngeselin yang pernah gue temuin!" maki Qhintara.

"Lo pantat wajan gemesin yang pernah gue temuin." ucap Jacob.

"Au ah! Ngomong sama babi ngepet gak ada abisnya." maki Qhintara lagi.

"Au ah! Ngomong sama kentut monyet kayak ngomong sama angin." ucap Jacob.

"Ishhh! Diem lo, setan!" ucap Qhintara kesal. Sedangkan Jacob tertawa geli, ia senang menggoda Qhintara sampai Qhintara kesal, itu membuat Qhintara terlihat imut baginya.

Terbukti kan jika Jacob merepotkan?Bahkan begitu merepotkannya sampai Jacob tidak memberi Qhintara kesempatan untuk berjalan di trotoar.

Qhintara berhenti dan menatap Jacob kesal,"woi, dugong! Lo fikir ini jalan punya buyut lo apa? Lo gak nyadar atau bener-bener tolol sih? Kalo lo kayak gini, bisa-bisa gue nabrak tiang listrik di sana!" Qhintara menunjuk tiang listrik yang berada 4 meter dari mereka.

Jacob hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal sambil menatap Qhintara dengan tatapan polosnya.

Qhintara memutar bola matanya malas dan berdecak kesal lalu melanjutkan jalannya lagi. Ia memasang headset di telinganya. Alunan musik menemani langkahnya.

Tidak peduli dengan Jacob yang tertinggal di belakangnya. Ia terus berjalan hingga sampai di zebra cross, lampu pejalan kaki menunjukkan merah, jadi ia menunggu.

Ketika lampu pejalan kaki beralih menjadi hijau yang artinya pejalan boleh menyebrang, ia pun melangkahkan kakinya untuk berjalan lagi.

"QHINTARAAAA!! AWASS!!" seru Jacob dari kejauhan sambil berlari ke arah Qhintara. Namun, Qhintata seperti tidak mendengarnya karena ia memutar musik dengan volume yang cukup tinggi, jadi Qhintara melanjutkan jalannya.

Dari kejauhan terdapat pengendara motor yang melaju dengan kecepatan tinggi. Ia membunyikan klaksonnya, tapi Qhintara tak mendengarnya.

Di sisi lain, Jacob berusaha berlari menghampiri Qhintara. Ia baru saja sampai di zebra cross dan dapat menarik tubuh Qhintara jika motor itu tidak menabrak Qhintara terlebih dahulu.

Brak!

"RARAAA!!!" teriak Jacob.

Terdengar suara ban motor berdecit, ya, motor yang baru saja menabrak Qhintara itu kabur. Beberapa orang meneriakinya, beberapa lainnya buru-buru mendekati tubuh Qhintara yang tergeletak di aspal.

Jacob berlari ke arah kerumunan orang-orang untuk menyerobot masuk, lutut Jacob menyentuh aspal dengan sesal seraya menatap tubuh Qhintara. Ia menangkup wajah Qhintara dengan kedua tangannya.

"Gak! Rara, please wake up!! I'm sorry! I know you can heard me!" seru Jacob.

Jacob meletakkan kepala Qhintara dengan pelan lalu ia segera menghubungi ambulan tapi tiba-tiba ada seorang laki-laki memakai kacamata hitam yang menghampiri Jacob dan Qhintata,"gue aja yang bawa dia ke rumah sakit. Nunggu ambulan kelamaan." ucap orang tersebut. Jacob pun langsung menggendong Qhintara memasuki mobil orang itu.

"Ngebut!" seru Jacob dengan panik.

Jacob menatap keadaan Qhintara yang mengenaskan dengan darah yang mengalir dari hidungnya dan dahi Qhintara yang memar.

Jacob melepas headset Qhintara dan menyingkirkannya. Betapa tidak becusnya ia menjaga Qhintara sampai Qhintara seperti ini? Jika terjadi hal yang tidak di inginkan, ia tidak akan memaafkan dirinya.

"Woi! Cepet dong!" seru Jacob.

Orang itu melirik kaca belakang dan menghela nafas, ia juga tahu betul bagaimana keadaan Qhintara sekarang yang membuat siapa saja akan khawatir saat melihat kondisinya ini.

Tak lama terlihat bangunan putih menjulang tinggi, iya itu rumah sakitnya. Setelah sampai di rumah sakit, Jacob buru-buru menggotong Qhintara dan menyerahkan Qhintara pada suster dan dokter-dokter di rumah sakit itu.

Qhintara dibaringkan di brankar lalu dipasangkan infus dan dibawa ke ruang UGD. Jacob menemani Qhintara namun sesampainya di depan pintu UGD Jacob diberhentikan oleh salah satu susternya.

Jacob menjambak rambutnya frustasi. Fikiran-fikiran negatif mulai menyelinap di kepalanya. Ia harus menyingkirkannya dan mulai berfikir jernih. Ia mengatur nafasnya dan memejamkan mata serta menundukkan kepalanya.

Sebuah tepukan dipundaknya membuat Jacob mengangkat kepalanya lagi, ia menatap laki-laki misterius yang telah menolongnya.

"Thanks." ucap Jacob berterima kasih kepada laki-laki itu.

Laki-laki tersebut tersenyum,"no problem."

Jacob mengerutkan alisnya,"sebenernya lo itu siapa? Kok lo mau bantu kita?"

Laki -laki itu merenggangkan tangannya,"Daniel."

'Da-Daniel? Kayak pernah denger namanya. Tapi.. siapa?' batin Jacob.
---
Beberapa part lagi ending. Maunya sad ending atau happy ending, nih?

Fake Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang