#40 Fate

2K 119 3
                                    

Karena itulah aku benci dengan takdir.
-Qhintara-

Hari ini murid-murid SMA Kharisma kelas 10 dan 11 melaksanakan UAS untuk kenaikan kelas mereka, sedangkan kelas 12 tinggal menunggu hasil kelulusan mereka saja.
.
Daniel tengah duduk di bangku yang berada di depan kelasnya, sedaritadi ia tidak fokus belajar karena tengah memikirkan Qhintara yang akhir-akhir ini berubah. Apalagi cewek itu tidak mengikuti UAS untuk hari ini dan 4 hari ke depan, itu membuat Daniel semakin khawatir. Entahlah, walau Daniel sudah mencoba menyingkirkan fikirannya tentang Qhintara, tapi tetap saja selalu gagal.

Tettt!

Bel yang menandakan bahwa UAS akan segera dimulai berbunyi. Daniel merogoh tasnya mencari kertas peserta UAS setelah itu meletakkan tasnya di luar kelas lalu memasuki kelasnya dengan langkah gontai.
---
Mapel 1, 2, dan 3 sudah selesai dilaksanakan. Semua murid yang mengikuti UAS pun pulang, kecuali Daniel. Ia mampir ke toko buah untuk membeli buah untuk Qhintara lalu pergi menuju rumah sakit.

Setelah sampai di rumah sakit. Ia bergegas pergi ke ruangan Qhintara. Berbeda ketika ia di sekolah, kini ia malah tampak bahagia, mungkin karena ia akan bertemu Qhintara?

Daniel membuka pintu dan menampilkan Qhintara yang sedang memainkan ponselnya itu. Wajah Qhintara sudah tak sepucat hari-hari lalu dan Daniel senang.

Qhintara menengok ke arah pintu saat menyadari ada seseorang yang mengunjunginya, setelah ia tahu bahwa orang itu Daniel, ia pun menatap layar ponselnya lagi.

Daniel meletakkan parsel buah di nakas lalu menengok ke arah Qhintara dengan senyuman yang menghiasi wajah tampan Daniel,"lo mau buah apa? Biar gue potongin. Apel? Pir? Buah naga? Anggur at--"

"Gak usah." ucap Qhintara memotong ucapan Daniel.

"Oh gue tau. Apel ya? Bentar gue potong dulu." Daniel mengambil pisau kecil lalu memotong apel hijau itu.

"Nih." Daniel menyodorkan potongan apel kepada Qhintara tapi hanya Qhintara lirik saja tanpa mau mengambil potongan apel tersebut.

Daniel menaikkan alisnya dan menggidikkan bahu lalu memakan potongan apel itu. Ya walaupun hatinya sakit saat menerima respon Qhintara yang hanya begitu tapi Daniel santai menanggapinya.

Daniel duduk di kursi sebelah ranjang  Qhintara sambil menikmati apel tersebut dan memandang Qhintara heran,"lo liat apa sih? Senyum-senyum gitu?"

"Bukan urusan lo." ucap Qhintara sambil terus menatap layar ponselnya.

"Itu urusan gue. Karena benda mati itu gue jadi dikacangin." ujar Daniel.

Ceklek..

Tiba-tiba pintu ruangan Qhintara terbuka dan menampilkan sosok Ryno. Wajah Qhintara terlihat senang akan kehadiran Ryno, sementara Daniel? Moodnya tiba-tiba hilang entah ke mana.

"Ryno!" sapa Qhintara dengan gembira.

"Hahaha.. Seneng banget lo. Loh? Daniel? Lo di sini juga?" tanya Ryno sambil menghampiri Qhintara.

"Gue harap mata lo berfungsi." ucap Daniel kesal.

"Qhin--" ucapan Daniel terpotong.

"Tadi gimana UAS lo? Lancar? Bocorin soalnya boleh lah." ucap Qhintara sambil menaik-turunkan alisnya.

Ryno mengacak rambut Qhintara,"bocorin-bocorin enak aja gak lah. Belajar, lo kan pinter."

'Dih. Sok asik!' batin Daniel kesal.

"Qhin, lo--" ucapan Daniel kembali terpotong karena Qhintara meminta Ryno untuk mengambilkannya air mineral.

"Qhintara--" dan untuk ketiga kalinya ucapan Daniel terpotong karena Qhintara meminta Ryno untuk menemaninya keluar dari kamar rawat Qhintara.

Karena geram Daniel menendang nakas besi itu membuat Qhintara dan Ryno menoleh ke arah Daniel.

"Daniel lo apa-apaan sih?!" tanya Qhintara.

"Lo yang apa-apaan?! Dari kemarin gue dicuekin terus, gak direspon, terus tingkah lo juga aneh! Lo kenapa sebenernya hah?!" gertak Daniel.

Badan Qhintara bergetar, ia meneteskan air mata. Sebelumnya Daniel tidak pernah membentaknya, ini pertama kalinya.

Ryno menatap Daniel geram, ia menghampiri Daniel. Ryno hampir saja memukul wajah Daniel jika Daniel tidak mencekram tangan Ryno dengan cepat. Sedangkan Qhintara, ia bergegas keluar dari kamar rawat tersebut dengan menyeret infusnya. Ryno menatap Daniel tajam lalu pergi menyusul Qhintara.
.
.
Qhintara duduk di bangku taman rumah sakit. Ia menangis, sebenarnya ada alasan tertentu yang membuat Qhintara seperti ini.

Flasback[on]

Qhintara mengerjapkan matanya karena cahaya dari matahari sangat menyilaukan matanya. Ia merasakan badannya sangat kaku.

"Ry-Ryno? Gue di rumah sakit? Lo ngapain di sini?" tanya Qhintara.

"Ssttt tenang.. Gue panggilin dokter dulu." ucap Ryno.
---
Setelah mengecek kondisi Qhintara, Sandi menatap Ryno,"silakan ikut saya ke ruangan saya. Permisi." ucap Sandi.

Ryno menatap Qhintara dan menggidikkan bahunya tanda ia tak tahu setelah itu pergi ke ruangan Sandi.
.
"Jadi, selama dia kritis, saya menganalisa darah yang saya ambil sedikit dari pasien. Ini laporan tentang kondisi Qhintara, anda bisa membacanya. Tapi Alhamdulillah, leukemia yang diderita Qhintara itu Leukemia limfositik kronis, jadi masih lumayan ringan." ujar Sandi dan menyerahkan laporan tersebut.

Ryno membaca laporannya, jantungnya berdetak 2× lebih cepat dari biasanya. Ia terkejut, sangat terkejut.

Ryno menatap Sandi,"terus gimana dok? Harus kemoterapi?"

"Tidak, ada cara lain, Transplantasi mengganti sumsum tulang belakang yang sakit dengan yang sehat." ujar Sandi.

Ryno mengusap rambutnya,"nanti saya bicarakan kepada Qhintara dan dengan persetujuan orang tuanya. Saya permisi."

Ryno keluar dari ruangan itu, air matanya berhasil lolos dari mata kirinya. Ryno berjalan ke ruangan Qhintara sambil menitikkan air mata.

Ceklek..

"Ryno? Lah? Kok lo nangis? Kenapa woi?" ucap Qhintara terkejut.

Ryno menghapus air matanya dan memeluk Qhintara,"lo harus kuat, lo harus semangat."

"Wait.. Kok lo ngomong gitu?" tanya Qhintara.

"Lo kena leukemia, Ra." ucap Ryno sambil melepas pelukannya dan memberikan laporan itu.

Tubuh Qhintara menegang saat mendengar ucapan Ryno. Dengan perlahan ia membaca laporan itu dan menutup mulutnya.

Qhintara ingin menangis tapi ia menahannya dengan sekuat tenaga, lalu menatap Ryno,"gue bisa sembuh kok. Lo percaya kan kalo gue cewek kuat? Hm.. Tentang ini lo jangan kasih tau Daniel ya?"

Ryno tersenyum,"iya, dan gue percaya lo kuat! Semangat buat perjuangan lo!"

Flashback[off]

Qhintara menundukkan kepalanya, ia menangis. Jika bukan karena penyakit ini, ia tidak akan tega mengabaikan Daniel. Sebenarnya Qhintara sudah tahu jika Daniel menyimpan perasaan kepadanya, jadi ia memutuskan untuk membuat Daniel membenci dan menjauhinya.

Qhintara tidak ingin membuat Daniel sakit hati dan kecewa nantinya saat takdir mengatakan bahwa ia harus pulang lebih awal.

Dan Qhintara baru saja menyadari bahwa ia juga memiliki perasaan yang sama pada Daniel, maka dari itu ia memilih untuk menjauhi Daniel dan melenyapkan perasaannya. Agar mereka berdua tidak merasakan kekecewaan dan sakit hati.
---
Sorry telat:( dan sekali update galau mulu:(

Fake Love ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang