7 - Adu Keegoisan

6.6K 512 10
                                    

Suasana gelap dan sunyi menyambut Dahayu, saat dirinya membuka pintu kamar yang akan ia serta Giri harus tempati di kediaman kakak sulungnya ini untuk satu malam.Mustahil bagi mereka berdua tidur terpisah di ruangan yang berbeda. Jika sampai terjadi, sudah dipastikan semua anggota keluarganya akan menaruh kecurigaan yang besar dan tentunya menciptakan permasalahan baru.

Semula, Dahayu tak memiliki rencana menginap. Tapi, jika sang kakak tertua telah memberi perintah agar ia dan Giri tak pulang. Maka, Dahayu harus menuruti tanpa menggunakan alasan lain apa pun sebagai bentuk penolakan. Ia tidak akan bisa membantah.

Dahayu berjalan hati-hati masuk ke dalam kamar karena pencahayaan yang sangat minim, atau bahkan tak ada sama sekali tertangkap oleh indera penglihatannya.Lanjutkan langkah kaki Dahayu tertuju ke salah satu sudut ruangan, dimana saklar lampu berada. Ia cukup hafal tata letak beberapa benda yang ada di dalam kamar. Mengingat, jika menginap di rumah sang kakak, Dahayu akan menggunakan ruangan ini.

Ketika sorot lampu kamar telah memberi penerangan yang sempurna, atensi Dahayu pun terfokus pada sosok Giri sedang tertidur di atas ranjang. Ia terdiam sejenak saat mengamati wajah pria itu yang selalu mirip dengan Gristawan di matanya.Memori-memori yang tersimpan rapi di kepala Dahayu tentang mendiang kekasihnya lantas kembali berputar indah bak rol film tanpa bisa ia dihentikan.

Masih terekam cukup jelas beberapa momen Dahayu begitu menikmati saat-saat dimana Gristawan tertidur pulas disertai gurat-gurat ketegasan di wajah yang tak memudar. Sama persis dengan apa yang kini ini dilihatnya pada sosok Giri.

Kenapa mereka berdua harus terlihat sangat mirip secara fisik?

Apa karena adanya pengaruh yang sangat kuat dari keidentikkan Giri dan Gristawan sebagai saudara kembar?

Pertanyaan besar yang seakan selalu sulit untuk wanita itu jawab sendiri sampai sekarang. Atau ia memang tak ingin mengakui kenyataaan bahwa sesungguhnya mereka berbeda.

Dahayu tidak bisa terus melihat Giri hanya sebatas sebagai bayangan Gristawan. Namun, Ada perbedaan mencolok yang dirinya rasakan pada dua saudara kembar itu. Ia akan selalu mencintai Gristawan dan membenci Giri di sepanjang hidupnya.

"Ada apa, Da?"

Secara refleks Dahayu membuang wajah, saat tiba-tiba saja Giri terbangun dan langsung menatap ke arahnya. Mereka sempat beradu pandang, tetapi Dahayu dengan cepat memutus kontak mata antara dirinya dan pria itu.

"Dahayu?" Giri masih penasaran dengan apa yang dipikirkan Dahayu. Terlebih saat melihat tatapan terluka dan mata sembab istrinya. Ia yakin Dahayu tadi menangis.

Giri tidak bisa untuk mengambil sikap tak acuh seolah ia tidak menganggap hal tersebut penting. Nyatanya, ia akan menaruh perhatian besar untuk segala sesuatu yang menyangkut Dahayu semenjak mereka menikah.

"Tidak ada apa-apa."

"Aku tahu kamu habis menangis, Da. Apa kamu membahas Awan dengan Kak Latri lagi?" Giri tidak dapat mencegah keingintahuannya yang besar. Ia terus mengarahkan fokusnya pada Dahayu.

Bukan tanpa sebab jika Giri memiliki pemikiran yang demikian. Ia tidak sengaja mendengar nama saudara kembarnya disebutkan oleh Dahayu saat berada di kamar kakak iparnya. Giri tak bermaksud untuk menguping pembicaraan di antara mereka.

Hanya saja ketika hendak memanggil Dahayu untuk membicarakan masalah administrasi proyek pembangunan hotel yang kala itu sedang mengobrol bersama Latri di kamar. Giri pun lalu menangkap beberapa hal yang mereka bahas, termasuk tentang kematian Gristawan.

"Apa yang tadi aku bicarakan dengan Kak Latri bukan jadi urusan kamu, Giri. Sekalipun aku ingin membahas Gristawan. Itu tidak masalah untukmu, 'kan?"

Perhatian Giri tak ingin dialihkan dari sosok istrinya. Mata Dahayu pun terlalu kentara memancarkan kesedihan dan dalamnya kepedihan. Giri tidak akan mampu dibohongi, walau kesinisan terus saja wanita itu upayakan untuk ditunjukkan di hadapannya.

BECAUSE OF OUR SONSWhere stories live. Discover now