10 - Pesan Ipar

6.5K 529 23
                                    

Malam ini, Wira menjadikan teras belakang kediaman adik bungsunya sebagai spot untuk obrolan pribadi yang akan ia lakukan hanya bersama Giri. Ia tak langsung pulang ke rumah pasca menjenguk Dahayu.Wira menyesalkan keterlambatan dalam mengetahui bahwa adik bungsu perempuan satu-satunya yang ia miliki sedang sakit dan harus menjalani rawat inap selama dua hari.

Wina juga tidak berani memberi tahu dirinya karena Dahayu melarang.Tuntutan tanggung jawab menangani proyek di luar daerah membuat dirinya jarang dapat berkomunikasi dengan adik bungsunya itu. Bukan hanya ia seorang, kakak tertua beserta orangtua mereka jauh lebih sibuk dibanding dirinya.

"Bli, mau ngomong tentang apa dengan saya?"

Lamunan Wira terpecah ketika Giri mengeluarkan pertanyaan yang sudah pasti ditujukan untuknya. Ia lebih dulu menyeruput teh manis hangat yang baru disajikan sekitar lima menit lalu oleh asisten rumah tangga."Lo masih suka aja bicara formal sama gue, Giri. Kita lagi ada di rumah, bukan kantor. Gue sama lo juga sudah jadi keluarga. Bukan rekan kerja."

Giri pun lantas tertawa pelan karena sindiran halus yang dilontarkan oleh kakak ipar laki-lakinya itu. "Sudah jadi kebiasaan, Bli."

"Makanya coba biasakan aja bicara sama gue. Lo formal, gue yang merasa nggak nyaman," imbuh Wira diiri gaya bicara yang santai. Ia ingin mereka mengobrol layaknya keluarga.

"Saya akan coba, Bli," balas Giri. Ia masih menampakkan kekikukannya yang belum bisa ia hilangkan dengan mudah.

Wira meminum kembali teh hangat di dalam cangkir yang masih tersisa kurang dari setengah. Membiarkan keheningan mengisi jeda yang mereka buat."Makasih karena lo sudah jaga adik gue selama dia sakit," ujar Wira tulus.

"Kak Wina dan Gandhi juga ikut menjaga Dahayu, Bli. Bukan cuma saya saja."

Wira mengulas senyum untuk sesaat ke arah adik iparnya, hanya dalam hitungan sekian detik saja. "Kalian kompak jagain adik gue. Sedangkan, gue, Bli Wirya dan orangtua kami bahkan nggak tahu Dahayu sakit."

"Biar saya yang kedepannya ambil tugas menjaga Dahayu, Bli. Dia adalah istri saya. Bli dan keluarga jangan terlalu khawatir." Giri berbicara tegas.

Wira kembali mengukir tersenyum tipis karena mengagumi kedewasaan yang adik iparnya perlihatkan. "Gue percaya lo bisa jaga Dahayu."

"Gue orangnya nggak suka banyak basa-basi. Gue rasa lo juga kayak gitu. Gue langsung aja mau nanya."

"Masalah apa, Bli?" Giri diselimuti rasa penasaran tentang kemana arah pembicaraan mereka kali ini.

Ada sejumlah hal yang ingin Wira konfirmasi secara langsung pada Giri, yakni tentang perubahan sikap adik bungsu kesayangannya yang semakin tidak dapat ia pahami dari hari ke hari, terutama pasca Dahayu menikah.Beberapa hari lalu, Wina dan juga dirinya sempat bertemu di kantor serta larut dalam perbincangan yang terbilang serius, khususnya membahas mengenai perilaku Dahayu ke Wina yang akhir-akhir ini semakin kurang menyenangkan.

Wira sudah tahu betul seberapa besar rasa sayang adik sepupunya itu pada Dahayu. Wina tidak akan segan menegur adik bungsu mereka ketika melakukan tindakan yang salah.Wira tak bisa menampik pula jika ia kerap menerima dampak yang serupa karena Dahayu. Lambat laun ia sepertinya mulai tidak mampu lagi mentolerir sikap atau sifat Dahayu yang melewati batas sewajarnya.

"Awalnya gue pikir kalau Dahayu menikah. Dia bisa kembali kayak dulu, sebelum Gristawan meninggal. Tapi, gue malahan merasa adik gue itu semakin banyak berubah."

"Gue sama sekali nggak ngerti sama Dahayu. Gue nyoba buat bicara dari hati ke hati. Tapi apa? Dia nggak ada takutnya buat melawan nasihat gue sekarang," lanjut Wira. Suara pria itu terdengar lebih berat dan tersemat emosi di dalamnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 07, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BECAUSE OF OUR SONSWhere stories live. Discover now