34

387 52 0
                                    

Author SP

SWIIING!

Cahaya silau berpedar ke seluruh ruangan putih itu. Jihyo dan Gwangsoo terkaget dan langsung berlari ke arah ruangan itu. Mereka menemukan tubuh Jungkook dan Somi tergeletak di lantai.

"Hah? Mereka kenapa..." kaget Gwangsoo.

"Irona! irona! jebaal..." teriak Jihyo sambil mengguncang tubuh mereka secara bergantian.

Namun dua tubuh remaja itu tidak menunjukkan respon. Jihyo pun terduduk lemas disampingnya.

"Nuna! bagaimana ini? Ottoke ottoke ottoke! Mereka tidak akan apa-apa kan? Nan busowo" panik Gwangsoo.

"Ssst! Diamlah! Aku juga ga tahu. Ahhh! Tarik nafas. Huhh huuh.. Tenang jihyo, harus tenang. Ayo putar otak! Ah matta! Cek denyut nadi mereka, Gwangsoo!"

"O! Denyut nadinya masih ada Nuna"

"Pyuuh, syukurlah. Baringkan mereka di atas kasur. Kita tunggu saja sampai mereka siuman."

 Gwangsoo pun meletakan kedua tubuh Jungkook dan Somi di atas ranjang. Ketika Jihyo dan Gwangsoo di daun pintu, hendak meninggalkan ruangan...

"Nuguseyo..." 

"Nuna, mereka sadar... Ottoke?"

"Jangan balik badan dulu. Masker, pake dulu masker!"

Dengan kecepatan kilat Jihyo dan Gwangsoo memakai masker dan menghampiri sumber suara itu.

Somi SP

Kukerjap-kerjapkan kedua mataku. lampu LED di langit-langit putih itu menjadi hal pertama yang kulihat saat membuka mata. 

Tap tap tap kedengar suara langkah kaki menjauh. Aku pun mengalihkan pandanganku dan melihat seorang yeoja dan namja berjubah putih seperti dokter. Mereka hendak keluar dari ruangan ini. Aku tidak bisa melihat wajahnya, karena mereka membelakangiku.

"Nuguseyo.." tanyaku.

Mereka pun terdiam dan berbisik satu sama lain. Dengan cepat mereka merogoh sesuatu dari saku jubahnya dan memasangnya pada wajah masing-masing. Mereka akhirnya berbalik dan berjalan mendekatiku.

"Kau sudah sadar?" tanya yeoja itu.

Aku hanya menganggukkan kepala. Aku bangun dan duduk dengan bersandar ke belakang ranjang.

"Kau ingat siapa namamu?" tanya namja jangkung disebelahnya. 

"Hmm, aku Jeon Somi."

"NUNA! Kita berhasil! YES!" girang namja di sebelahnya. Namun yeoja itu malah memukul kepala namja itu dan menyuruhnya untuk diam.

"Ya kau keluarlah, bawa makanan buat mereka" perintah yeoja itu.

Namja jangkung itu pun keluar ruangan.

"Kau baik-baik saja kan Somi? Apa kau merasa ada yang sakit atau tidak beres?"

"Tidak ada, hanya pusing sedikit saja."

"Syukurlah. Somi, sekarang kau sudah kembali ke tubuhmu. Tapi kita masih harus mengeceknya lagi. Apakah antidote ini benar-benar berhasil."

"Kuharap begitu. Apalagi yang harus kulakukan sekarang?"

"Kita hanya perlu melakukan satu tes lagi. Kita tunggu Jungkook siuman dulu."

Aku baru sadar kalau Jungkook terbaring di sebelahku.

"Jungkook tidak apa-apa kan?" tanyaku.

"Kalau kau baik-baik saja, kurasa jungkook pun begitu." 

"Hm, kau eonni peneliti yang menghubungi kami sebelumnya kan?"

"Eoh, majja! Geundeu, aku harap kau merahasiakan kau pernah bertemu langsung denganku."

"Waeyo, Eonni?"

"Aku seharusnya tidak melakukan kontak langsung dengan kalian. Kalau perusahaan tahu, aku dan bawahanku tadi itu akan mendapat masalah besar."

"Aku akan merahasiakannya Eonni."

"Gomawo, nanti kalau makanan datang, makanlah dengan Jungkook. kalian pasti lapar."

Aku pun menganggukkan kepalaku.

"Aku akan mengawasi kalian dari ruangan sebelah. Kalau ada apa-apa kalian tinggal bicara saja."

"Gomawo Eonni" ucapku tulus.

"Aniya, aku harusnya minta maaf pada kalian. Karena ketelodaranku, kalian jadi mengalami hal seperti ini. Aku akan berusaha semaksimal mungkin agar semuanya kembali normal."

"Neomu gomawo.." ujarku sambil memegang kedua tangannya.

"Gwaenchana. Geurom. Aku ke sana ya."

Yeoja itu pun meninggalkan ruangan ini. Tak lama kemudian terdengar salah satu bagian langit-langit terbuka. Bagian berbentuk persegi itu turun dan berhenti tepat di depanku. Hamburger, fried chicken, nasi, lengkap dengan kimchi, sayuran, buah-buahan, dan minuman terhidang atas nampan pada kotak itu.

"Somi, pindahkan nampan itu ke atas meja." perintah namja dari speaker yang berada di ruangan ini.

Aku pun memindahkannya ke meja di samping ranjang.

Seeeet.. 

Kotak persegi itu pun bergerak naik dan kembali ke langit-langit ruangan. Wuih, berasa di film-film sci-fi hehe. Mataku pun beralih ke namja di sebelahku.

"Kookie, irona!" ujarku sambil mengguncangkan lengan berototnya.

Namun jungkook masih terpeam, tak ada tanda-tanda dia kan segera bangun. Aku pun teringat cara Jin membangunkanku ketika tubuh kami tertukar. 

"Ok, aku bukan byuntae. Aku hanya meniru Jin biar kau bangun..."ujarku pada diriku sendiri.

Hati-hati kuletakkan kedua telapak di atas dadanya dan menirukan gaya Jin membangunkan namja berotot ini.

"Geuman Jin Hyung" ucap Jungkook dengan mata masih terpejam.

"I-RO-NA~" teriakku di dekat telinganya.

"Eo! Siapa kau? Kenapa kau di sini?" tanyanya heran.

"Ya! Kau hilang ingatan? Kau tidak mengingatku?" aku langsung panik.

  "Aw!" ucap Jungkook sambil memegang kepalanya seperti kesakitan.  

 Refleks, kuletakkan kedua telapak tanganku di dahinya.  

"Appo? Sakitnya sebelah mana? Mau aku pijat?"

"Merong! Bohong deng. Aku ga ilang ingatan ko, Som" ucap Jungkook sambil mengubah posisinya menjadi duduk sepertiku.

"YA! Aish, jinja!" kesalku. Tanpa sadar, air mata sudah menggenang di kedua pelupuk mata.

"Uro? Kau nangis? Wae?"

"Hwuaaa..."

Air mataku langsung meluncur dengan sendirinya. Jungkook pun panik dan langsung memegang kedua bahuku.

"Wae wae wae? Neo appo?"

"Hajima! Jangan bercanda kayak gitu. Bussowo.. Kau membuatku takut"

Jungkook pun mengusap kedua air mataku dan memelukku erat.

"Mianhe, aku janji ga akan melakukannya lagi. Kau benar-benar ga apa apa kan?"

"Hm, hiks, nan gwaencahana. Kepalamu masih sakit?"

"Aniya, tadi hanya pusing sedikit..."

Tiba-tiba sebuah suara membuat aku dan jungkook langsung mengambil jarak,

"Ehm, maaf merusak moment romatis kalian, aku hanya mengingatkan. Kalau lapar silakan makan makanan yang sudah disediakan supaya kita bisa segera ke tes selanjutnya.

"Ah matta! Aku lupa kita sedang uji coba hehe" ujar Jungkook sambil memamerkan gigi bunny-nya.

"Kau mau makan dulu?" tanyaku.

"Aniya, aku belum lapar. Ayo kita langsung saja ke tes selanjutnya."

TBC

Gomawo udh baca, vote and komen ;)



Switch On (Tamat)Onde histórias criam vida. Descubra agora