Perasaan

11.6K 638 31
                                    

Bagi lelaki janji berupa kata itu semu. Mereka lebih suka menyampaikan perasaan mereka melalui sikap dan tindakan.

Ali mengetuk pintu rumah untuk ketiga kalinya dengan sabar. Ia sudah menghubungi Yasmin namun tak ada jawaban apapun membuat Ali khawatir.

Tidak ada yang terjadi pada gadisnya bukan?

Ali berusaha mengintip melalui celah kecil di jendela depan. Namun ia tidak melihat sosok Yasmin di sana.

Lalu, kemana istrinya itu? Apa pergi?

Tapi kalau pun pergi mobilnya masih terparkir rapi di garasi.

Rasa khawatir mulai menyergap lelaki itu. Salahkan ia yang selalu lupa membawa kunci cadangan hingga selalu merepotkan gadisnya. Saking khawatirnya, Ali hampir mendobrak jika saja ia tidak mendengar suara kunci yang dibuka.

Tidak bisa bersabar Ali segera masuk dan meraih Yasmin ke dalam pelukannya.

"Ali--" ucap Yasmin tertahan dengan suara lirih.

Ali yang merasa aneh dengan tubuh istrinya itu melepaskan pelukannya. Mata itu tak henti memancarkan kekhawatiran yang mendalam seakan takut terjadi sesuatu yang buruk.

"Kamu kenapa?"

Dengan wajah pucat menahan sakit, Yasmin mendongkak. Kedua tangan ia remas di bagian perutnya.

"Sakit, Al--" ucapnya seraya meringis.

Tanpa berpikir panjang Ali menggendong Yasmin. Lelaki itu berniat membawa Yasmin ke rumah sakit. Setelah mengunci pintu, mobilnya mulai melaju di tengah gemerlap malam kota.

"Istri saya kenapa dok?" Ali bertanya sekali lagi takut ia salah mendengar.

"Istri anda kekurangan cairan akibat diare. Sepertinya pola makan istri anda tidak di jaga sehingga penyakit yang sering Bu Yasmin alami kembali kambuh."

"Tapi istri saya baik-baik saja kan?"

"Tenang saja Pak Ali, Bu Yasmin baik-baik saja. Tapi untuk malam ini Bu Yasmin di sarankan untuk menginap."

"Baik dok, terimakasih."

Setelah dokter itu pergi, Ali berjalan menuju bangsal Yasmin. Ali mengecupi punggung tangan Yasmin berkali-kali hingga gadis itu membuka matanya karena terusik.

"Masih ada yang sakit?" tanya Ali perhatian.

Yasmin menggeleng lemah. "Aku diare ya?"

Ali mengangguk, "Tadi memangnya makan apa?"

"Lagi ke pengin rujak, terus aku beli dari yang biasa lewat. Pas habis aku makan nggak tau kenapa perutku sakit."

"Kenapa nggak ngabarin aku kalau sakit?"

"Kamu kan lagi ada meeting penting, aku nggak mau ganggu kamu."

"Tapi kalau tadi aku datang lebih cepat kamu nggak akan kayak gini. Kamu banyak kekurangan cairan."

Yasmin mencoba tersenyum, ia meraih tangan Ali yang masih setia di atas punggung tangannya.

Dia Bukan Jodohku - [ Marriage Love Series 2 ]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora