V - Ugh!

23.2K 2.9K 83
                                    

Aku dan Tiara buru-buru turun dari motor begitu kami sampai di parkiran. Sudah jam 08.45. Telat lima belas menit dari jadwal yang seharusnya! Tiara tampak sebal padaku karena semua keterlambatan ini disebabkan oleh aku yang belum siap ketika tadi dijemput, tapi temanku itu sepertinya berusaha untuk menahan diri.

Ketika kami keluar dari parkiran motor, tebak siapa yang sedang berjalan di depan kami dari arah yang berlawanan? Zharfan! Pagi ini cowok itu mengenakan kemeja bunga-bunga berwarna hijau cerah. Motifnya mirip seperti baju yang dikenakan Mat Solar di serial TV Bajaj Bajuri. Dia juga terlihat sedang buru-buru. Sepertinya sedang terlambat juga.

"Pfffttt..." Tiara menahan tawa. Aku tahu dia pasti ingin berkomentar tentang baju yang tadi dipakai Zharfan!

"Hahaha!" Cewek itu langsung ngakak setelah Zharfan sudah tak terlihat lagi. "Lo lihat nggak sih bajunya? Motifnya bunga-bunga, mana warnanya ngejreng banget, lagi! Anjir, ganteng-ganteng tapi kok seleranya gitu amat, sih!"

Tiara masih terbahak-bahak di sampingku. Menyebalkan.

"Yaaa emang kenapa sih kalau pakai baju bunga-bunga?" tanyaku, membela Zharfan. Padahal aku tak mengenal Zharfan, tapi entah kenapa kesal rasanya ketika mendengar orang lain menertawakan dia. Walaupun yang menertawakan itu adalah temanku sendiri. Padahal mau Tiara menertawakan Zharfan atau tidak, cowok itu juga kelihatannya tak akan peduli. "Ini lu lagi pakai baju motif bunga-bunga juga, kali."

"Ya tapi kan dia cowok, Cit!" ujar Tiara, masih senyum-senyum geli. "Gue mah cewek, sah-sah aja pakai baju bunga-bunga. Aduh... Hahaha. Coba aja kalau Degan seleranya normal ya Cit, gue pasti udah naksir dia juga!"

"Yaaa bagus deh selera Degan abnormal, jadi gue nggak punya saingan!"

Tiara tertawa lagi.

Aku heran, apakah salah jika seorang cowok memilih untuk memakai baju bunga-bunga daripada kotak-kotak? Motif yang jarang sekali dipilih oleh cowok-cowok, memang, tapi apakah karena pilihan yang jarang itu lantas kita berhak menyebut selera mereka tidak normal? Hanya karena mereka berjenis kelamin laki-laki? Sungguh tidak adil rasanya ketika perempuan bebas menyukai warna apa saja, tetapi laki-laki akan ditertawakan jika mereka memilih warna pink sebagai warna kesukaan mereka.

Dasar Tiara. Katanya mendukung penuh kesetaraan gender, tapi masih gampang ngejudge orang berdasarkan sesuatu yang sebenarnya nggak ada korelasinya sama sekali dengan gender.

Aku ingin menyampaikan uneg-unegku ini padanya sebenarnya, tapi Tiara pasti akan mendebatku sampai aku kehabisan argumen. Jadi aku memilih untuk tetap diam. Aku malas berdebat.

Lagipula, nanti pasti Tiara mengira aku berkata begitu hanya karena aku ingin membela Zharfan!

***

"Citraaa lucu banget, sih lo hari ini! Kayak cokelat!" Ella mencubit-cubit pipiku ketika aku sampai di kelas.

"Citra, so cute..." kali ini giliran Azkia yang berkomentar.

"Ini nggak ada apa yang mau puji gue cantik? Bosan gue dari dulu dibilang lucu mulu!" seruku pura-pura tersinggung.

"Yeu, ngarep banget gue bilang cantik?!"

Aku hanya menanggapinya dengan cengiran, lalu menyusul Tiara yang lebih dulu mendahuluiku. Cewek itu sudah duduk di kursi. Dia menyisakan satu kursi di sampingnya untuk kududuki.

"Cieee dipuji lucu," goda Tiara ketika aku sudah duduk di sampingnya. Tiara tau banget kalau aku nggak suka dibilang lucu!

"Duh, gue tuh penginnya dibilang cantik, bukan lucu," sahutku. "Masa dari bayi sampai kuliah gini gue dibilang lucu mulu, sih? Nggak ada progress!"

Once In A WhileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang