Chapter 1

11.3K 1K 250
                                    

I dedicated this chapter for @AegisXyston ... Thank you about your permission for me to translating your story 🙏😘

"Weasley is our King,
Weasley is our King,
He always lets the Quaffle in,
Weasley is our King!!,

"Weasley can not save a thing,
He can not block a single ring,
That's why Slytherin all sing,
WEASLEY IS OUR KING!!'

Itu adalah musim Quidditch di Hogwarts dan pertandingan pertama minggu lalu adalah Slytherin Vs Gryffindor.

Ron sedang berjalan di sepanjang koridor, dia baru saja kembali dari ruang Ketua Murid. Harry adalah ketua murid sekarang dan Ron kembali menjadi Pendamping Sang Terpilih. Dia sedang berjalan ke arah ruang bersama Gryffindor saat dia mendengar para murid Slytherin menyanyikan lagu itu, dia merasa mual setiap kali dia mendengar lagu itu. Jadi dia mengabaikannya dan terus berjalan mengambil jalan lain.

Malfoy telah menyumbangkan setumpuk Thunderbolt 3 pada tim Quidditch Slytherin. Para pemain Gryffindor memang memiliki Nimbus 3000 hadiah dari kementrian setelah perang Hogwarts dan bagian dari dana pembangunan ulang, tapi Thunderbolt tentu saja mengalahkan mereka ber mil-mil jauhnya.

'Sapu itu seharusnya di larang' Ron bergumam dalam pikirannya, berharap Thunderbolt itu tidak pernah ada.
Sementara dia mengutuk Malfoy di dalam kepalanya, dia tidak memperhatikan jika lagu itu semakin mendekatinya.

"Oh lihat, ini King Weasel kita!" sebuah suara ejekan menyadarkan Ron dari lamunanya, "mari kita sambut Raja kita, Mate!"

"Weasley is our King!! Weasley is our King!!" Lagu itu kembali di nyanyikan.
Telinga Ron memerah karena marah, cukup cocok dengan kobaran rambut merahnya. Dia berbalik untuk mengutuk si pemilik suara, dia tahu itu pasti Draco Malfoy.

Tapi Draco terlalu cepat untuknya, dia menghindari mantra itu dengan anggun dan teman-temannya yang lain mengeluarkan perisai dari tongkat mereka dan akhirnya justru membuat Ron terlempar ke belakang.

"Kau pikir kau sangat hebat di Quidditch hanya karena kau mempunyai sapu yang lebih baik, Malfoy? Aku bertaruh kau tidak akan menjadi sangat sombong tanpa sapu milikmu!" Ron mengeluarkan setiap kemarahannya sambil berdiri kembali.

"Benarkah Weasel?" Malfoy berkata dengan suara khas aristokratnya seperti biasa, "kau ingin aku mempertaruhkan sapuku jika aku menang melawanmu?" Draco bertanya sambil menaikkan alisnya.

"Tentu. Apakah kau takut?" Ron mengejek.

"Ooohhh ..." Teman-teman Slytherinnya bersorak mencemooh.
Malfoy menaikkan alisnya dan memberikan tatapan membunuh pada teman-temannya yang cukup untuk membuat mereka diam.

"Apa yang akan kau pertaruhkan jika kau kalah Weasel? Jangan bilang padaku jika kau akan mempertaruhkan sapu sampahmu? Bahkan peri rumahku menggunakan sapu yang lebih baik untuk membersihkan rumahku!" Draco mengejek.

Para teman-teman Slytherin Draco tertawa mengejek, telinga Ron menjadi memerah lagi, tapi saat ini karena malu.

"Baiklah! Aku akan mempertaruhkan apapun yang kau mau Malfoy! Your name your price!" Ron membentak.

"Baiklah kalau begitu, aku ingin berkencan dengan kekasihmu." Malfoy menyeringai. Para teman-teman Slytherinnya langsung berhenti tertawa.

"Apa maksudmu?" Ron berteriak, menerjang ke arah Malfoy dan mengacungkan tongkatnya.
"Berani sekali kau?!"

"Mudah tersinggung, heh? Takut kau akan kalah Weasel King? Raja Pecundang Gryffindor!" Malfoy berkata dengan tawa yang menggema.

Para siswa Slytherin masih saling menatap, mereka tahu ada badai yang akan datang dan tawa Malfoy adalah petir pertama.

Winners Keepers (Terjemahan)Where stories live. Discover now