j; problem

952 155 28
                                        

Aku nggak tau harus kemana malam ini. Aku manggil supir agensi buat nganter aku kemana aku mau.

"Mba Hayi kok nangis?"

Aku cuman diem sambil senyum, terus geleng. Pusing ini kepala mikir Hanbin terus. Padahal juga belum tentu dia mikirin aku.

Lama aku diem, ternyata aku baru sadar kalau di luar ujan. Pas banget nggak sih suasananya? Terbangke emang.

Drttt

Hanbin is calling

Berkali-kali aku ignored. Nggak aku angkat. Mau aku copot kartunya, tapi sebelum aku matiin ponsel, ada sms masuk.

Dari Hanbin.

Hanbin: mohon maaf, pemilik ponsel ini kecelakaan, anda bisa mengambil ponselnya di polsek gangnam no. 127, sedangkan kami akan membawa tuan ini ke rumah sakit shinwa

"Pak ke rumah sakit Shinwa sekarang," aku panik. Jelas.

Setelah beberapa saat di dalam mobil, aku bingung. Haruskah aku menghubungi tante Hana?

Tapi kalo jantungnya kumat gimana???? Nggak mungkin aku bikin tante Hana khawatir.

Oke. Aku seorang istri sekarang, dan aku punya tanggungjawab atas suamiku. Nggak masalah.

Dua jam Hanbin ditangani di ruang ICU. Aku nunggu di luar sambil harap-harap cemas. Juga berdoa, buat kesembuhan Hanbin. Semoga gak ada apa-apa yang terjadi.

"Keluarga Tuan Hanbin?"

"Saya, Dok."

"Operasinya lancar. Kaki Tuan Hanbin mengalami keretakan, jadi dia tidak bisa jalan untuk sekarang. Kepalanya mengalami benturan kecil, tapi nggak ada masalah serius. Tangganya juga baik walau sedikit keseleo."

"Lalu sekarang kondisinya gimana ya, Dok?"

"Untuk sekarang kami akan pindah Tuan Hanbin ke kamar inap biasa. Dia butuh istirahat."

"Baik. Terimakasih, Dok."

"Sama-sama."

Aku ngurus administrasi dulu, setelah itu ke kamar inap Hanbin.

Hanbin tidur pules banget. Aku belum pernah liat Hanbin setenang ini sebelumnya.

Liat dia yang kayak gini damai banget. Sumpah.

Padahal beberapa jam yang lalu kami ribut besar. Hhhhh.

Kenapa sih dia pake keluar rumah segala? Kok bisa sampe kecelakaan gini?

"Hayi," aku denger Hanbin ngomong, tapi matanya bener-bener merem.

"Hayi," dia nyebut nama aku lagi.

"Aku di sini, Bin."

Pelan, aku liat matanya kebuka. Dia ngeliat aku. Entah dorongan dari mana, aku genggam tangan Hanbin. Dan dia nggak nolak.

Lama kami saling tatap. Pribadi, aku nyari tau kenapa Hanbin kayak gini. Kenapa dia nyebut nama aku di antara tidurnya?

"Jangan pergi lagi," Hanbin membuka suara. Aku nggak salah denger Hanbin bilang gini ke aku???

"Aku nggak mau kamu pergi lagi, Hay. Bisa janji sama aku?"

"Tergantung kondisi, Bin. Aku bakalan tetep pergi kalau keadaan nggak memungkinkan."

"Bisa kita damai?"

"Hmmm, harus ada punglinya."

"Hah?"

"Becanda. Iya ayo damai."

"Saling ngabari mulai sekarang, saling bilang kalau nggak bisa pulang juga. Gitu ya, Hay?"

"Iya."

"Kamu boleh nyiapin makanan buat aku juga. Aku bakalan makan semuanya. Aku janji."

"Tapi aku nggak mau masak buat kamu lagi, Bin."

"Kenapa?"











"Aku mau tour, jadi aku bakalan sibuk di studio. Mungkin kita bisa nyewa asisten rumah tangga setelah ini."

"Hmmm, nggak usah, aku nunggu kamu pulang aja buat masakin aku."

"Kalau aku capek gimana?"

"Yaudah aku yang masakin buat kamu aja, Hay."


Bukan buat kita, tapi buat aku :))

How sweet he is?

Malam itu, hujan deres banget. Dan untuk pertama kalinya, kami tidur di ruangan yang sama. Di tengah hujan di bulan Juni. Betapa indahnya ya?

Ngeliat Hanbin yang sekarang bikin nggak habis pikir kenapa dia bisa sekaku itu di awal kita ketemu. Sedih kalau liat Hanbin yang kadang suka marah, dulu.

Tapi ya udah deh. Ini juga dia udah sepakat nggak ngelarang aku lagi. Walau dia punya hak untuk itu.

Dia udah punya hak. Karena dia udah bikin aku bingung, gimana cara buat ngilangin dia dari pikiran aku sekarang ini.

no sense; hanbin ➕ hayiTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon